Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Motif
Aleandro mondar mandir di depan kamar operasi. Detik demi detik berlangsung sangat lama bagi Aleandro.
Ada Michelle juga di sana.
"Sayang, duduklah!" Michelle menggeser pantatnya agar Aleandro duduk di sampingnya.
Aleandro melakukan hal yang dipinta oleh Michelle.
Aleandro diam menatap lampu di atas pintu yang masih menyala pertanda operasi masih berjalan.
Aleandro mengacak rambutnya kasar, tak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
Martin datang bersama tuan Pollin dan Jerome di belakangnya.
"Ale, apa yang terjadi?" tanya tuan Pollin serius.
Aleandro menggeleng lemah, sampai saat ini belum ada gambaran sama sekali karena Aleandro belum bertindak. Semuanya masih buram.
Tuan Pollin menepuk bahu Aleandro.
Urusan bisnis, putranya itu tak perlu diragukan lagi. Berbanding terbalik dengan urusan cinta, membuat tuan Pollin hanya bisa geleng kepala.
"Martin, Jerome apa hasil penyelidikan kalian?' tuan Pollin mengandalkan mereka berdua.
Martin mendekat, "Rekaman cctv yang ada di resto dan jalan sudah kami retas tuan. Dan ini hasilnya," Martin menunjukkan sebuah video.
Nampak jelas mulai Andine menyeberang jalan menuju resto.
"Sepertinya Andine mengikuti seseorang?" tanya Jerome nimbrung.
"Hhmm... Diamlah!" suruh Aleandro kepada Jerome sambil melirik Michelle. Michelle pura-pura tak tahu.
"Stop!" pinta tuan Pollin.
Semua mata memandang ke arah papa Aleandro.
Sementara video berhenti saat menampakkan Nicky membuka masker dan minum.
"Siapa pria ini?" tanya tuan Pollin.
Martin mengedikkan bahu, tapi arah mata Jerome melihat ke arah Michelle. Karena di rekaman itu ada Michelle di sana.
"Oh, rekan kerja ku Pah," kata Michelle.
"Hhhmmmm," gumam tuan Pollin.
"Sejak kapan kamu bekerja? Apa uang Aleandro tak cukup untuk bersenang-senang?" sindir Jerome.
Michelle diam, malas membahas.
Tuan Pollin mengingat sesuatu.
Aleandro berlari ke arah pintu kamar operasi.
Obrolan tuan Pollin, Martin dan Jerome sementara terjeda. Mereka bertiga menyusul Aleandro, ingin mendengar keadaan Andine terkini.
"Maaf tuan-tuan. Untuk sementara Nyonya Andine Shadiqah belum bisa ditemui. Akan kami pindahkan ke ruang intensif, karena masih butuh support alat," jelas dokter itu.
"Saya suaminya, bolehkah saya melihat istri saya sebentar?" ijin Aleandro.
"Anda bisa melihatnya lewat kaca itu tuan," beritahu dokter.
Michelle ikutan melihat. Nampak di sana Andine terbaring dengan kepala diperban dan alat-alat terpasang dalam tubuh Andine.
'Kenapa nggak mampus aja sekalian?' umpat Michelle dalam hati.
"Sayang, karena Andine sudah keluar kamar operasi. Ayo kita pulang saja, lagian kamunya nggak boleh masuk ke ruangannya. Di rumah biar bisa istirahat," ajak Michelle.
"Kamu saja pulang duluan," tolak Aleandro.
Michelle pergi setelah pamit ke sang suami.
Tak lupa Michelle pamit ke tuan Pollin, pria tua yang sebenarnya Michelle tak suka padanya.
Keempat pria itu masih setia berada depan ruang intensif.
"Ale, kamu kenal tuan Bagaskara bukan?" tanya tuan Pollin tiba-tiba.
"Kenapa papa membicarakan dia, tentu saja Ale kenal? Bukannya usahanya sudah bangkrut dan mereka lari ke luar negeri" sahut Aleandro.
Tuan Pollin mengangguk.
"Bukankah pria yang bersama istrimu itu anaknya?" ucap tuan Pollin memaksa Aleandro mengingatnya.
"Nicky... Ya, itu nama yang disebutkan oleh Michelle," tukas Aleandro setelah mengingatnya. Aleandro tak mengenal dekat keluarga itu. Beda lagi dengan papanya yang hafal dengan para rival bisnis lengkap dengan keluarganya.
"Dia pria yang sama, saat aku menemukan Andine di taman kota," beritahu Aleandro.
"Oh ya? Kenapa satu pria bisa bersama kedua istrimu? Percuma punya dua istri, tapi kamu ditikung oleh seorang saja," olok Jerome.
Pletak..
Jari tangan tuan Pollin mendarat manis di kening Jerome.
"Sakit uncle," keluh Jerome.
"Jaga mulut kamu," ucapan tuan Pollin membuat Jerome diam.
"Ada apa di balik semua ini?" tanda tanya Aleandro bersamaan dengan tuan Pollin.
Tuan Pollin teringat akan mobil mewah yang menabrak Andine.
"Selidiki mobil itu Martin," perintah tuan Pollin.
Martin mengangguk.
"Itu hanya mobil sewaan, belum diketahui siapa yang bawa," kata Jerome.
Semua mata mengarah kepada Jerome.
"Anak buahku gercep, aku juga barusan tahu" jelas Jerome.
.
Michelle buru-buru pergi daripada berdekatan dengan mertua yang selalu ingin menguliti dirinya luar dan dalam.
Saat dalam mobil, Michelle menghubungi Nicky tapi tak terangkat.
"Aku harus minta penjelasan kepadanya," gumam Michelle.
Bukannya pulang, Michelle mengarahkan laju mobil ke arah tempat tinggal Nicky.
Michelle penasaran kenapa Nicky mengenal Andine.
"Awas saja kalau keduanya terindikasi bekerjasama," gumam Michelle dengan terus melajukan mobil.
"Nggak... Nggak... Gue nggak rela Nicky berdekatan dengan Andine. Cukup dia merebut perhatian suamiku tidak untuk Nicky," Michelle menggeleng tak terima kenyataan.
Michelle menekan kode akses masuk apartemen Nicky.
"Kok sepi? Di mana dia?" gumam Michelle.
"Sayang... Sayang....," panggil Michelle.
Nicky diam tak menyahut meski mendengar panggilan Michelle.
"Oh, disini ternyata," Michelle ikutan gabung dengan Nicky.
"Ngapain ke sini? Bukannya kamu muak denganku? Bahkan menuduhku kerjasama dengan Andine?" tutur Nicky kesal.
'Ah, gemesnya kalau Nicky merajuk,' gumam Michelle senang.
"Aku hanya nggak suka kamu dekat dengan wanita selain aku," ucap Michelle seolah cemburu.
Memang begitukah kehidupan kalangan atas? Lengah dikit langsung cari kepuasan di luar, seperti halnya Michelle. Kayaknya nggak semua deh. Author cari aman saja, daripada dihujat he..he...
Nicky menghela nafas panjang.
"Andine temenku. Aku kenal dia sebelum aku kenal denganmu. Hanya sebatas teman dan tak lebih," kata Nicky.
'Ah, dia menjelaskan padaku. Itu artinya Nicky sayang sama aku,' hati Michelle berbunga.
"Oke, aku percaya padamu sayang," seru Michelle seraya memeluk Nicky.
"Pulanglah! Aku ingin sendiri," kata Nicky.
"Kamu mengusirku? Padahal aku ke sini karena kangen sama kamu sayang," Michelle ingin dipeluk dan disentuh. Padahal tujuan awal karena ingin minta penjelasan pada Nicky.
"Pulanglah! Aku tak ingin suami mu salah pengertian lagi," Nicky tetap menyuruh Michelle pergi.
"Ih, ternyata semua laki sama saja. Habis manis sepah dibuang," kata Michelle kecewa dan air mata menggenang.
Nicky memeluk Michelle.
'Ilmu jual kesedihan emang ampuh,' batin Michelle terkekeh. Tidak Aleandro tidak Nicky, mereka akan luluh dengan ilmu tingkat tinggi ini.
.
Di rumah sakit, ke empat pria berbeda umur itu masih serius menguak tabir akan motif Nicky Bagaskara mendekati keluarga Pollin lewat Michelle dan Andine.
Selama ini keluarga Pollin merasa tak ada dendam pribadi dengan keluarga itu.
"Jangan terlalu cepat menyimpulkan,"
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Sampai part ini kenapa yang kasih bintang lima dikit ya? Author sepertinya mau pakai ilmunya Michelle, ilmu jual kesedihan...
Mohon selalu tinggalkan jejak ya cintaaaaa, klik tanda jempol, kasih bunga dan tak lupa subscribe.
Lope sekebun deh buat yang masih setia
💝💝💝💝💝
yup perlu banget Andien diperkenalkan