NovelToon NovelToon
AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

Status: tamat
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Angst / Chicklit / Tamat
Popularitas:11.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Cublik

“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”

Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur lebur bagaikan serpihan kaca.

Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.

Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.

Lima tahun lamanya, dirinya setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.

Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?
_______

Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 02

Amala keluar dari dalam kamar, sambil menyandang tas tangan, benda yang tadi dia cari pun sudah ada di dalam tas nya, cincin pertunangannya dengan Yasir Huda.

Amala mengenakan baju kurung, celana panjang serta hijab lebar menutupi bagian dada. Wajahnya terlihat segar, sebab ia membubuhkan bedak tipis agar tidak terlihat seperti orang habis menangis. Tak lupa mengoleskan madu murni di bibir sensualnya.

Amala memiliki kecantikan alami, turunan dari mendiang bapaknya. Postur tubuh ramping, wajah manis dengan lesung di kedua sudut bibirnya. Alis tebal dan bulu mata lentik, pipi sedikit tembam.

Namun, kecantikan Amala tersembunyi dibalik busana longgar dan hijab lebar. Sehingga di mata khalayak ramai, dirinya hanya dipandang biasa saja. Malah dimata kaum Adam cenderung tidak menarik dikarenakan cara berpakaiannya serba tertutup. Tidak mau bersolek seperti wanita lain yang selalu berusaha tampil semenarik mungkin demi mengundang perhatian para Kumbang jantan.

“Sudah selesai berdandan nya? Apa yang kau poles, Mala? Wajahmu masih begitu-begitu saja,” tanya salah satu sahabat Amala.

“Terus, kau berharap yang bagaimana? Mirip biduan kampung kah? Yang pipinya seperti habis kenak tonjok saking tebalnya mereka memakai perona pipi.”

“Ya nggak segitunya juga. Oh ya … Mak Syam tadi berpesan, kau disuruh mengambil uang hasil jual buah pinang di tempat Bang Agam,” Dhien berucap sambil menahan senyum geli.

Badan Amala seketika lemas, wajahnya pun ikut memelas. Satu nama yang disebutkan oleh Dhien, berhasil membuatnya menjadi seperti ‘hidup segan, mati pun tak mau.’

Mak Syam sudah pergi ke ladang, memeriksa tanaman cabai dan jahe yang tidak lama lagi siap panen.

“Tengoklah wajahmu itu Mala? Udah seperti Ayam makan karet,” Dhien tertawa puas.

“Dhien, boleh aku minta tolong?”

“Tidak.”

“Awas kau, ya!” Amala memicingkan mata, menatap sinis sahabatnya yang masih tertawa kecil. Dia pun mulai melangkah ke warung sembako yang berseberangan dengan rumahnya.

‘Ya Allah, semoga bukan Bang Agam yang menjaga warung,’ di setiap ayunan kakinya, dia berdoa, berharap tidak bertemu dengan sosok yang selalu berhasil membuat dirinya merasa terintimidasi hanya ditatap sepersekian detik.

Sampailah Amala, di warung milik salah satu orang paling kaya wilayah mereka. Bibirnya menyunggingkan senyum samar kala mendapati yang jaga warung bukan bang Agam, tetapi salah satu pekerjanya.

“Makcik," sapanya lembut, “Saya mau ambil uang hasil jual pinang kemarin,”

“Tunggu sebentar ya, Mala. Saya panggilkan dulu Nak Agam,” ujar wanita paruh baya yang langsung bergegas ke belakang warung.

Belum sempat Amala protes, sosok tadi sudah menghilang dibalik pintu penghubung warung dan ruang istirahat.

‘Tamatlah sudah! tetap saja harus berhadapan dengan dia. Ya Allah, tolong jaga lisan dan anggota tubuh ini agar tidak melakukan hal bodoh seperti yang sudah-sudah.’

Amala asik melamun, dia duduk di kursi kayu panjang, dalam hati terus menggerutu. Sampai tak mendengar ayunan langkah kaki.

“Ada perlu apa, Nur?”

Amala kenal betul suara bariton ini. Hanya dia seorang yang memanggil nama depannya, tidak seperti lainnya yang menyebut ‘Amala’.

“Hah …?”

Seperti gerakan slow motion, wajah yang tadi menunduk mulai mendongak, netranya langsung menatap bahu lebar berbalut kaos polos, naik lagi pada jakun menonjol dan garis leher jenjang. Bukannya sadar, Amala malah mengangkat lebih tinggi dagunya sampai pandangannya terpaku pada rimbunnya bulu-bulu halus di rahang tegas, hidung bagaikan perosotan, dan berakhir pada bola mata hitam pekat seperti langit malam tanpa bintang.

“Ehem … sudah selesai belum, Nur?”

“Belum Bang. Eh ….”

Hampir saja Amala terjengkang, beruntung tangannya refleks berpegangan pada tepian meja. Gadis berumur 23 tahun itu terlihat salah tingkah menahan rasa malu luar biasa. Dia menunduk dalam tanpa berani menatap sang lawan bicara. Sikapnya tak ubahnya seperti seseorang yang ketahuan tengah mencuri.

Baru saja tadi dia berdoa, meminta kepada Tuhan agar menjaga lisan dan sensor geraknya. Namun baru hitungan menit, lihatlah apa yang sudah dia lakukan ini! Bertambah panjang saja daftar kekonyolannya bila berhadapan dengan laki-laki bernama lengkap Agam Siddiq.

“Itu, Bang. Anu_ Mamak bilang, saya disuruh mengambil uang hasil jual pinang kemarin!” cicitnya lirih dengan kosa kata terbata-bata.

“Mau di bayar uang atau ambil belanjaan?” tanya pria yang senantiasa menatap ke depan, tanpa berniat bertatap.

“Kalau boleh belanjaan saja, Bang,” lirih Amala.

“Masuk dan ambil sendiri barang yang kau inginkan!” Agam langsung berlalu dari sana.

Lagi dan lagi Amala kalah cepat. Dia baru saja hendak protes, tetapi sosok pria dewasa yang masih betah melajang di umurnya 27 tahun itu sudah melangkah cepat menjauhinya.

Mau tak mau Amala mulai memasuki warung sembako berukuran luas, lebih besar daripada bangunan rumahnya. Tadi bang Agam tidak menyebutkan berapa rupiah hasil penjualan pinang. Jadi, jangan salahkan dia kalau mengambil belanjaan lebih dari harga jual.

Tak seberapa lama, tas jinjing yang terbuat dari karung beras sudah terisi penuh. Banyak yang Amala ambil, mulai dari gula, minyak goreng, dan bumbu dapur lainnya. Aksinya itupun tidak ada yang memantau, makcik penjaga warung entah di mana keberadaannya, seakan sengaja membiarkan dia mengambil apa saja.

“Kau habis dari mana, Amala?” goda Dhien, yang duduk di bangku kayu bawah pohon mangga depan rumah Amala.

“Merampok,” jawab Amala sekenanya, lalu masuk dalam rumah dan meletakkan belanjaan tadi di atas amben dapur.

“Ayo berangkat!” ajak Amala, setelah mengunci pintu rumah.

Dhien pun sigap, dia yang mengemudikan motor Astrea berwarna merah putih miliknya. Amala sendiri tidak bisa naik motor, dan tidak memiliki kendaraan roda dua itu. Dia hanya punya sepeda ontel.

Laju motor tua milik Dhien begitu lambat. Apalagi ditambah medan jalan berbukit dan belum beraspal. Sepanjang jalan diapit oleh perkebunan karet dan semak belukar tumbuhan pakis serta rumput liar.

Kampung mereka berada di pelosok, jauh dari kota kecamatan apalagi ibu kota provinsi. Alat komunikasi pun belum ada, para warga mengandalkan surat-menyurat sebagai sarana berbagi kabar kepada sanak saudara yang tinggal di luar daerah maupun provinsi. Untungnya arus listrik sudah masuk di wilayah pemukiman warga yang rata-rata bekerja sebagai penyadap karet dan petani.

Di tahun pertengahan 1990 an ini, alat komunikasi melalui udara masih sulit. Adapun telepon umum atau Wartel, letaknya hanya di kota-kota saja.

.

.

Selang 20 menit kemudian.

“Dhien, parkiran saja motor nya di rumah itu!” Amala menunjuk halaman rumah tetangga bi Atun, yang terlihat tidak berpenghuni. Mungkin pemilik rumah sedang bekerja di ladang.

Dhien pun menurut, dia memarkirkan motornya di bawah pohon coklat.

“Kita lewat belakang saja, Dhien!” ajak Amala, mereka berjalan melewati kebun coklat dan melompati parit kecil.

Begitu sampai di belakang rumah bi Atun, mereka dikejutkan oleh pekikan suara nyonya rumah.

“Dari dulu Ibuk memang lebih setuju kalau Yasir menikahi Nirma daripada Amala! Putri bungsu mendiang Abidin itu setara dengan anak kita, Pak!”

“Tapi, nggak gini juga caranya Buk! Apa kata orang? Mala sudah menjadi tunangan Yasir sejak 5 tahun lalu, tetapi tiba-tiba Nirma yang dipersunting!”

Deg.

Jantung Amala seperti di remas, tatapannya berkunang-kunang.

“Amala, hei! Mala …?!”

.

.

Bersambung.

Harap bersabar membaca setiap Bab- nya ya, agar bisa menyelami alur ceritanya 🙏😊

Terima kasih banyak semuanya 🌹

1
mobie mz
sepertiku..KB alami...alhasil jebol..barulah yg terahir dokter ku paksa suruh blokir...sejahtera tidak KB tidak pikir jebol lagi .fokus besarin anak🤣🤣
mobie mz
masih adakah dijaman sekarang...mash SD aj sudah manggil bunda dan ayah🤣🤣🤣
tp insya Allah ak akan terapkan aturan ini..karna anakku perempuan semua..smoga allah kabulkan niatku aamiin🤲
Cublik: Aamiin Allahumma Aamiin ❤️
total 1 replies
mobie mz
cekikian aku ni...smpe disangka suami lagi chattingan sama orang🤣🤣🤣
Ineke Susanti
Karyamu memang selalu luar biasa thor..
mobie mz
ak penasaran cek Google.. trnyata buah kecapi..itu KLO daerah Bogor kak
Cublik: Di Sumatera Utara, banyak yang nyebutnya Sentul, Kak 😊
total 1 replies
Intan Pakpahan
hamidun nich kyny si Mala🤭
Intan Pakpahan
wkwkwkwkwkwk ayek durhakim 🤣🤣🤣
Intan Pakpahan
melelehhhhh hati adek, Bang....🤭😄
Intan Pakpahan
wkwkwwkwkwkwk cucok meong nich trio bocil sm si Dhien 🤣🤣🤣
Intan Pakpahan
trio bocillll 🤣🤣🤣🤣
Intan Pakpahan
hahahahahaha makin kesini makin kesono Thorrr tambah ngakakkkk🤣🤣🤣🤣1
Cublik: 😊😊😊😊😊
total 1 replies
Intan Pakpahan
wkwkwkwkwkwkwkwk diseruduk Lembu donkkk🤣🤣🤣🤣
Intan Pakpahan
keren achhhh Bang Agam 👍
Intan Pakpahan
hahahahaha keren nich Ayek, sekutu yg bs diandalkan 🤣🤣🤣🤣
Intan Pakpahan
gak ada Meutia sm Dhien, gak rame nich Novel 🤣🤣🤣🤣🤣
mobie mz
ak coba mampir kak
Cublik: Terima kasih, Kak 😊
total 1 replies
Liannawaty suparman
udh ke 4x nya aq baca novel mu Thor dan ga membosankan 👍🤭
Reeka Rsm
sempat sempatnyaaa nyindir
Nadip Na
kocak seru🤣
Ariska26
ada hikmahnya jg baca ulang kak,,,trnyata blm kasih ulasan,,,, kisah amala penuh perjuangan,, demi membahagiakan mamaknya dy rela menahan cintanya,,,begitupun agam, tidak memaksakan cintanya pada amala,smpai rela jdi saksi 2x pertunangan amala,,,,lanjutkan karyamu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!