Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Menikah Tanpa Cinta
“Saya Luella Gladys, anda dapat memanggil saya Luella.” Ucapnya dengan senyuman hangat yang serupa, Glory mengangguk dan menatap Istana selir yang tampaknya tidak terurus. Bahkan Istana Glory masih terbilang cukup baik, dibandingkan Istana tua itu.
Sejak tadi, Glory juga hanya melihat satu orang pelayan yang kesana kemari untuk melayani Glory. Dilihat dari tangan Luella juga tampak kurang baik, mana ada tangan Selir pecah-pecah seperti itu? Jadi Glory yang tinggal di lingkup Istana ini, masih terbilang beruntung tampaknya.
“Apa anda menikahi Kaisar karena Cinta?” Tanya Glory, Luella terkekeh mendengar ucapan Glory. Dengan sopan Luella juga menutup mulutnya sembari menggelengkan kepalanya pelan.
“Apakah di dunia para Bangsawan ada yang menikah karena cinta? Itu hanyalah dongeng saja Yang Mulia, kenyataannya bagi para wanita Bangsawan. Semakin tinggi status suami maka akan semakin baik pula diri kita.” Ucapnya terkekeh hambar, Glory mengangkat alisnya bingung. Di Lattish juga ada Pernikahan Politik, namun bukan karena terpaksa, melainkan mereka memang jatuh cinta namun tak berani saling mengungkapkan, alhasil Paus Agung sering kali menikahkan mereka dengan cara, Kaisar menjodohkan mereka.
“Aneh, karena di Lattish hampir semua pasangan menikah karena cinta. Entah bagaimana status mereka, mereka akan mengedepankan cinta. Itulah mengapa di Kekaisaran Lattish jarang ada yang bercerai, bahkan saya pernah melihat data perceraian, dan mungkin hanya ada beberapa pasangan saja. Sisanya berpisah karena maut, dan memilih untuk tetap sendiri setelahnya.” Jelas Glory, Luella tertegun mendengarnya.
“Benarkah ada tempat seperti itu? Saya sangat iri bila memang ada.” Ucapnya dengan wajah berbinar, Glory tersenyum dan memberikan sapu tangannya.
“Kembalikan lah ini ke Istana saya besok, mari minum teh bersama.” Ajak Glory, Luella mengangguk senang dan mengantar Glory sampai ke depan gerbang Istananya.
Glory menatap Istana selir itu sekali lagi, sangat jauh dari kata layak pikirnya. Glory mulai jalan-jalan hingga sampai di depan Istana Permaisuri. Glory membelalakkan matanya melihat Istana yang hampir hancur itu.
“Astaga, aku kira Istana yang aku tempati lah yang paling buruk.” Gumam Glory, dia juga sempat melihat wanita yang tengah memetik beberapa tangkai bunga dan merangkainya di atas pas.
Di Kekaisaran Riyue semua wanita dipaksa untuk menikah demi keuntungan politik, Glory mengepalkan tangannya. Semua hal itu sama saja merampas kebebasan seseorang, tak ada perikemanusiaan sekali pikir Glory.
Glory lalu kembali berjalan menuju ke Istananya, kini Istananya tampak jauh lebih baik. Tamannya yang semula seperti semak belukar, kini tampak rapi meski belum terlihat indah. Beberapa bunga yang sengaja di pangkas dan kembali dirapikan tampak begitu indah di mata Glory.
“Paman, apa nama bunga ini?” Glory menunjuk sebuah bunga berwarna putih dengan bentuk menyerupai bunga mawar, namun dengan kelopak yang hampir memenuhi seluruh bagian bunga hingga membentuk seperti bulatan.
“Jangan disentuh!” Aslan menghentikan Glory, sontak saja Glory langsung menarik kembali tangannya.
“Itu adalah Bunga diare, meski bentuknya bagus bila anda menghirup aromanya atau memakan satu kelopaknya. Maka anda akan diare selama satu Minggu penuh.” Ucap Aslan memperingatkan, sontak saja Glory langsung mundur dua langkah.
“Astaga mengerikan sekali, kenapa bunga semacam ini di pelihara di taman?” Kecam Glory yang tak suka membahayakan dirinya sendiri harus diare selama itu.
“Saya berencana mengeringkan kelopak bunganya, dan saya bisa menjualnya di masa depan. Jangan melihat benda dari efek buruknya saja, bila digunakan dengan takaran yang pas. Bunga ini dapat dijadikan obat sembelit yang mujarab.” Tambah lagi Aslan, Glory mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
“Lalu itu apa?” Tanya Glory kembali menunjuk satu rangkaian daun berwarna ungu yang cukup indah.
“Ini adalah daun neraka, orang-orang menyebutnya begitu. Padahal daun ini punya manfaat yang cukup bagus untuk penyakit langka, seperti menetralkan racun dingin.” Gumam Aslan, Glory tertegun.
“Astaga, ternyata ini daun neraka ya. Aku pernah mendengarnya, satu daun kering saja bisa seharga 200 koin emas.” Ucap Glory mengingat-ingat.
“Wah anda juga tahu rupanya,” Ucap Aslan yang tersenyum puas.
“Iya, tapi aku hanya melihatnya sudah kering tidak segar begini.” Glory tampak melihat ke kiri dan ke kanan, semuanya tampak dipenuhi oleh tanaman aneh namun sepertinya akan sangat bermanfaat.
“Tanaman apa saja yang harus saya hindari Paman?” Tanya Glory, Aslan menunjuk beberapa tanaman dan Glory mengingatnya dengan baik.
Glory masuk ke dalam istananya, dan Nana tampak sedang rehat dengan dua pelayan lainnya. Mereka tengah membicarakan mengenai keluarga mereka dikampung halaman mereka.
“Nana, hari ini ada makanan apa?” Tanya Glory tersenyum pada seluruh pelayannya.
"Salam kepada Yang Mulia Permaisuri," Semua Pelayan menunduk hormat dihadapan Glory.
“Ada ikan bakar dengan sambal kecap, kata tukang kebun. Anda sangat menyukainya, jadi saya membuatnya hari ini.” Ucap Nana sedikit ragu, karena makanan itu terbilang cukup biasa untuk seorang Permaisuri.
“Wah, benarkah? Aku jadi lapar sekali, tolong bawakan itu ke kamar ku ya. Hem sekalian juga, setelah aku makan kalian semua datanglah ke kamarku.” Ucap Glory dan masuk ke dalam kamarnya, dia melihat air mandinya yang sudah siap meski masih sedikit panas. Mungkin Nana menyiapkannya sedikit lebih panas karena ditakutkan Glory akan pulang dengan sedikit terlambat. Terlebih lagi sebelumnya Nana mengantar Glory ke Istana selir terlebih dahulu.
“Glory memilih untuk menggunakan lulur terlebih dahulu sebelum mandi, dia juga membersihkan tubuhnya dengan hati-hati sebelum berendam dengan air hangat.” Sedangkan Nana kala itu menyiapkan makanan Glory di kamarnya.
Glory keluar dengan rambut basah dan handuknya yang menutupi tubuh, Glory mengeringkan rambutnya dengan sihir dan mengenakan pakaian santai dengan cepat.
Glory menatap ikan bakar yang sungguh menggugah selera makannya, Glory langsung menyantapnya dengan sangat nikmat. Bahkan Nana yang melihatnya tersenyum karena senang melihat majikannya makan dengan sangat baik.
Setelah usai makan, Glory akhirnya memanggil para pelayannya untuk berkumpul. Para pelayan itu akhirnya datang ke kamar Glory dan bersujud dihadapannya, ya memang begitulah tradisi orang Riyue. Saat masuk ke dalam kamar majikannya dan saat dipanggil tanpa maksud sebelumnya, mereka harus bersujud dan tidak boleh mengangkat wajah mereka, karena hal tersebut akan di anggap sebagai sesuatu yang lancang dilakukan oleh seorang Pelayan.
“Angkat wajah kalian! Saya ingin mengenal kalian dengan lebih baik lagi.” Glory mengangkat satu demi satu wajah bawahannya dan tersenyum puas setelahnya.
“Kalian punya keluarga dan kalian sendiri punya masa depan. Kecuali Nana, besok kalian saya beri libur selama 3 hari untuk menjenguk keluarga kalian. Dan ini adalah upah kalian.” Glory memberikan masing-masing satu kantong emas, dan semua pelayannya tampak senang bukan kepalang.
“Terimakasih Baginda Permaisuri,” Ucap semuanya dengan begitu hormat, koin emas yang diberikan Glory setara dengan harga dari seorang budak di pasar budak. Mereka bahkan tak dapat mengatakan apa-apa saking bahagianya.
Kalo ada dari kalian yang ngerasa gak nyambung ni novel, mungkin kalian bisa baca dulu novel sebelum novel ini. Karena sini novel bagian ketiga generasi kedua dari Karyanya Bang Zo, klik link di bawah!
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat