Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 14
Foster semakin mempercepat gerakannya. Nafas Mina memburu, makin menjadi-jadi akibat ulah Foster.
Mina yang tidak siap menerima serangan Foster secara tiba-tiba tidak bisa menahan suaranya lagi. Ia mengerang kuat dan melenguh panjang akibat aksi brutal Foster dibawah sana. Tangan Mina menarik kuat rambut Foster tapi tidak berpengaruh apapun pada pria yang terus mempermainkan dirinya.
Foster sangat menikmatinya. Mina begitu manis dan memabukkan, membuatnya ingin memilikinya.
Mina mengerang kuat saat ia mengalami pelepasannya. Foster menatapnya dengan ekspresi puas. Pria itu mengecup puncak kepalanya singkat.
"Aku akan mengajarimu cara memuaskanku nanti. Sekarang pakai kembali pakaianmu, kau boleh pergi." katanya lembut. Mina tertunduk malu. Ia mengenakan pakaiannya secepat mungkin dan berlari keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Foster yang tersenyum puas.
"Sebentar lagi kau akan segera jatuh cinta padaku," gumam Foster pada dirinya sendiri. Ia sangat bahagia, apalagi Mina tidak tampak takut atas perlakuan mesumnya. Gadis itu hanya malu, namun menikmati. Artinya, ia tidak bisa menolak kenikmatan yang Foster berikan. Tidak lama lagi Foster pasti bisa mendapatkan hatinya. Ia yakin sekali.
***
Saat Dian naik ke lantai enam, ia tak sengaja melihat Mina keluar dari ruangan Foster. Gadis itu sangat terburu-buru, bahkan Dian melihat Mina seperti memperbaiki pakaiannya. Otak wanita itu mulai berkeliaran. Ada sesuatu. Pasti ada yang terjadi di dalam sana. Dian masih ingat wajah Mina. Itu adalah perempuan yang terus diperhatikan oleh Foster ketika mereka rapat beberapa waktu lalu.
Tok tok tok ...
Ia mengetuk pintu ruangan Foster.
"Masuklah."
Ketika Dian masuk, Foster sedang sibuk didepan laptopnya. Wanita itu terus mengamati bos perusahaan tempatnya bekerja ini. Ia beruntung bisa sedikit lebih dekat dengan Foster karena mereka dari kampung yang sama, juga tetanggaan. SD sampai SMA mereka selalu satu sekolahan. Sampai Foster mutusin kuliah diluar negeri, bikin perusahaan sendiri dan tinggal jauh dari orang tuanya, barulah ia jarang melihat laki-laki itu.
Namun tahun lalu dengan memanfaatkan mamanya Foster, ia berhasil kerja di perusahaan ini dengan posisi manajer. Jabatan yang cukup tinggi. Ia sudah menyukai Foster dari lama. Eh, pria itu malah menikah dengan wanita lain. Karena memang Foster tidak ada perasaan apa-apa terhadapnya. Dian sangat kecewa waktu itu. Mama pria itu tidak bisa bantu apa-apa lagi. Katanya itu pilihan putranya sendiri, ia tidak mau ikut campur apalagi putranya sudah dewasa. Tapi Dian masih yakin Foster tidak menyukai wanita yang dia nikahi. Sebaliknya, pria itu justru menyukai salah satu gadis kuliahan yang magang dikantor itu. Dian geram. Memangnya tak ada wanita lain apa? Kenapa harus gadis ingusan itu?
"Ini daftar pengeluaran yang kau minta." ujar Dian meletakkan map ditangannya tadi ke atas meja Foster.
"Terimakasih. Kau boleh pergi." kata Foster menatapnya singkat lalu menyuruhnya pergi.
"Apa yang kau lakukan dengan gadis tadi?" Dian tidak mau terburu-buru pergi. Ia ingin tahu ada hubungan apa antara Foster dan anak magang itu. Foster kembali menatapnya.
"Gadis yang mana?"
"Yang barusan keluar. Penampilannya sedikit kacau, aku menduga terjadi sesuatu antara kalian."
"Bukan urusanmu." kata Foster dingin.
"Foster, aku hanya ingin kau tidak tertipu dengan wanita-wanita yang hanya ingin memanfaatkan-mu. Aku sudah janji pada mamamu." sela Dian lagi-lagi membawa-bawa nama mama pria itu.
"Aku sama sekali tidak butuh kepedulianmu Dian. Aku tahu jelas wanita seperti apa yang harus kuhindari. Karena terlalu banyak perempuan diluar sana yang terus mencari cara agar aku jatuh cinta pada mereka." Foster menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ia dengan sengaja menyindir Dian karena sudah muak dengan wanita itu yang terus membawa-bawa nama mamanya untuk kepentingan pribadinya.
Wanita itu lama-lama membuatnya muak.
"Keluarlah dari sini sekarang, masih banyak yang harus kukerjakan." suruhnya kemudian. Mau tak mau Dian berbalik keluar dengan wajah tidak puas. Dari dulu dirinya tidak pernah berhasil mendapatkan hati Foster. Pria itu seolah membangun dinding yang sangat kokoh darinya.
Sialan. Dian membanting kakinya dan menggertakkan gigi. Ia sangat marah. Belum ada apapun yang berhasil ia capai semenjak kerja di perusahaan ini. Termasuk mendapatkan hati Foster.
"Jadi pak Foster udah nikah? Ya, patah hati aku."
"Bener, kenapa laki-laki setampan bos kita nikahnya cepat banget gitu ya, bikin kecewa aja."
Itulah gosip yang Mina dengar saat kembali ke ruang kerja. Yang bergosip adalah Ester dan salah satu anak magang yang magang sama-sama dengan mereka.
"Mina, kamu dari mana sih? Bu Laya nyariin kamu dari tadi tuh." seru Ester begitu menyadari kehadiran Mina.
"Aku ke toilet, tadi sakit perut." jelas Mina.
"Oh pantes."
"Tapi keknya tadi aku liat kamu turun dari lantai enam deh." timpal anak magang satunya lagi. Namanya Indy. Indy ini tidak terlalu menyukai Mina dari awal mulai magang. Itu sebabnya ia hanya sering berinteraksi dengan Ester saja.
Mina gelagapan. Mendengar ucapan Indy dia jadi gugup dan bingung mau beralasan apa lagi.
"Beneran kamu kelantai enam? Kenapa? Lantai itu kan lantai khusus milik bos kita. Emang kamu pergi keruangannya?" tanya Ester. Mina memutar otak, aduh ... Kenapa otaknya jadi lelet begini sih.
"Saya yang suruh dia keruangan pak Foster. Ada yang keberatan?" kata Laya tiba-tiba muncul dibelakang mereka. Semuanya terdiam. Dan Mina langsung bernapas lega seketika. Dewi penolongnya akhirnya datang juga.
"Bagaimana perutmu, sudah baikan?" Laya menatap Mina. Gadis itu mengangguk.
"Kalau begitu kembalilah bekerja." kata Laya lagi. Lalu Mina kembali ke meja kerja miliknya. Dia berinisiatif bertanya ke karyawan tetap apa ada pekerjaan untuknya atau tidak. Pandangan Laya beralih ke Ester dan Indy.
"Kenapa masih di sini, memangnya kalian tidak ada kerja?" suara tegasnya yang lantang sontak membuat dua wanita itu cepat-cepat beralih dari situ menuju meja mereka masing-masing. Indy sempat mencuri pandang ke Mina dengan ekspresi tidak sukanya.
selanjutnya terserah anda uuopsss salah terserah othor😂😂😂
lanjut
lanjut
lanjut