Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk Berat
"Orang yang sedang kau lindungi adalah istriku, Felix. Jadi, jauhkan tanganmu dari tubuhnya sekarang juga."
Mata hitam Sean begitu pekat, mengandung aura dingin sehingga membuat Claire sedikit tertekan ketika melihat tatapan matanya.
Felix lalu menarik tangannya dan menjauhkan diri dari Claire. "Jadi orang yang sudah kakek jodohkan dengan Sean adalah kau?" Felix sepertinya belum sepenuhnya percaya kalau Claire adalah istri dari sepupunya.
Claire mengerutkan keningnya. "Kakek?"
"Sean adalah sepupuku dan Aletha adalah adikku."
Sepupu? Adik?
Mata Claire membulat. Ternyata Felix dan Sean memiliki hubungan keluarga. Yang lebih mencengangkan adalah Aletha adalah adik kandung Felix. Kepribadian mereka terntu saja sangat bertentangan.
Felix lebih santun, dia juga baik, tidak pernah memandang orang dari penampilan luarnya serta statusnya, dia juga ramah dan lebih sering tersenyum. Berbeda sekali dengan Aletha yang lebih cocok menjadi adik Sean karena mereka memiliki beberapa kemiripan.
"Sudah cukup basa-basinya." Sean mendekati Claire lalu menarik tangannya pergi dari sana.
"Sean, kau mau ke mana?" Helena menghentikan langkah Sean ketika dia berjalan ke arah luar. Helena melirik sejenak pada Claire lalu pada tangan Sean yang menggengam tangan Claire.
"Helena, aku akan meminta Felix mengantarmu pulang. Tunggu saja di sini. Aku masih ada urusan."
Jadi dia datang ke sini bersama Helena?
Saat dia meminta Sean datang bersamanya, dia tidak mau, padahal kakek dan ibunya yang meminta dirinya untuk datang bersama Sean. Tapi, ketika Helena yang memintanya, dia datang secara suka rela. Sudah jelas kalau Sean memang membenci dan tidak suka dengannya.
Tanpa menunggu jawaban dari Helena, Sean berlalu sambil menarik tangan Claire. Helena hanya bisa menggertakkan giginya dengan tangan terkepal sambil menatap kepergian Sean dan Claire.
Claire tidak mampu menolak saat Sean membawanya pulang ke rumah. Selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan sampai tiba apartemen mereka. Claire juga tidak mau menjelaskan apapun pada Sean karena menurutnya itu tidak penting.
Claire memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Dia tidak mau berlama-lama berada di satu ruangan dengan Sean karena dia tidak mau mendengar kata-kata sinisnya. Saat dia akan meraih handle pintu kamarnya, dari arah belakang, terdengar suara Sean.
"Apa tidak ada yang ingin kau jelaskan padaku mengenai kejadian di acara tadi?" Nada bicaranya terdengar dingin.
Claire menarik tangannya dari handle pintu, kemudian berbalik menatap Sean dengan berani. "Tidak ada."
Tidak ada?? Sean tidak tahan untuk mengerutkan keningnya.
"Claire ... Felix adalah sepupuku, kalau kau ingin mencari pria kaya, cari yang lain. Jangan mendekati sepupuku. Apa kau sengaja melakukan itu untuk membuatku marah?" Meskipun ucapannya pelan, tapi setiap kata-katanya penuh penekanan.
Claire menelan salivanya sambil menatap lurus pada Sean. "Sean, sebegitu rendahkah aku di matamu? Apa bagimu aku hanyalah gadis miskin yang suka mendekati pria kaya untuk mengincar kekayaannya?"
Sean mencibir. "Kau yang membuatku berpikir begitu. Mulai dari mantan kekasihmu, lalu aku, Asisten Manager itu, lalu pria bernama Jack, kemudian Felix. Menurutmu, bagaimana aku harus berpikir tentangmu?"
Claire menyunggingkan senyum getir diwajahnya. Ternyata Sean sungguh menganggap rendah dirinya. "Sean, kalau aku bilang aku tidak pernah mengincar harta pria manapun, apa kau akan percaya padaku?"
Sean menunduk dengan wajah dingin. "Lalu, bagaimana dengan pria yang bernama Jack. Bukankah kau menerima kartu darinya waktu itu? Apa kau sekarang akan mengelak dan berpura-pura tidak pernah menerima kartu darinya?"
Claire tidak menyangka kalau Sean melihat ketika Jack memberikan kartu padanya.
Claire tidak bisa memberitahu yang sebenarnya. Itu sama saja akan membongkar status aslinya. "Aku memang menerima kartu darinya, tetapi itu bukan ...."
Sean mencengkram dagu Claire dengan wajah suram. "Claire, kau adalah istriku, jangan lupa itu. Tidak bisakah kau menjadi wanita terhormat dan menghilangkan kebiasaan burukmu di masa lalu?"
Secara tidak sadar Claire meremas kedua sisi gaunnya. Sekali lagi kata-kata Sean menghancurkan harga dirinya. "Kalau kau malu memiliki istri sepertiku. Cukup abaikan aku."
"Mengabaikanmu?" ulang Sean, "kau pikir aku memiliki waktu untuk mengurusimu setelah kau membuat kekacauan di acara tadi? Jika tidak memikirkan nama baik keluarga ini. Aku juga tidak sudi ikut campur urusanmu."
Kata-kata tajam Sean tepat menusuk hatinya. Meskipun hatinya sakit, Claire tetap berusaha menampilkan wajah tenangnya. "Jika kau tidak mengungkapkan statusku. Tidak akan ada yang tahu kalau aku menantu di keluarga Louris dengan begitu tidak akan mempermalukan keluargamu."
Statusnya sebagai istri Sean sudah terungkap. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi keesokan harinya setelah kejadian malam ini. Pasti akan banyak gosip tersebar nantinya mengenai mereka.
"Kau berpelukan dengan pria lain di depan semua orang, kau masih berharap aku diam saja dan menontonmu dari kejauhan?"
Percuma saja berdebat dengan Sean. Dia tetap akan berpikir buruk padanya, bagaimanapun dia menjelaskannya. "Felix, hanya menolongku."
"Claire, aku peringatkanmu sekali lagi. Jangan membuat skandal dengan pria manapun mulai sekarang."
*******
Di suatru tempat, suasana nampak ramai dan temaram. Suara hentakkan musik terdengar sangat keras memekakkan telinga. Di depan meja bartender, nampak seorang pria sedang menikmati minuman beralkohol dengan ditemani seorang pria di sampingnya.
Pria itu bukan menemaninya untuk minum, melainkan sedang menjaganya dari wanita-wanita yang berniat untuk menggoda bosnya. Pria yang sedang dijaga adalah Sean. Setelah berdebat dengan Claire, Sean berakhir di salah satu club malam paling terkenal di kota S.
"Ada apa dengan bosmu?" Seorang pria dengan tinggi 175 datang menghampiri meja bertender dan bertanya pada Kenz. Pria itu adalah Nicko.
Kenz mengedikkan bahunya tanda tidak tahu apa-apa. Karena tidak mendapatkan informasi apapun dari asisten Sean, pria itu kemudian bertanya langsung pada Sean. "Sean, ada apa denganmu? Kenapa kau menelponku tiba-tiba?"
Tentu saja Nicko merasa heran karena Sean tiba-tiba menelponnya untuk bertemu di sebuah club. "Temani aku minum." Sean menoleh pada Nicko sambil mengangkat gelasnya ke arah sahabatnya.
Nicko mengambil gelas itu lalu menjauhkannya dari Sean. "Temani apa? Kau bahkan sudah mabuk."
Nicko sebenarnya tahu kalau Sean pasti memiliki masalah jika sudah mengajaknya minum. "Berikan gelasku." Sean mengulurkan tangan ke arah Nicko dengan wajah kesal.
Nicko merubah posisi duduknya menghadap Sean. "Beritahu aku. Apa yang sudah terjadi padamu?"
Sean menarik pandangannya dari Nicko lalu menggerakkan jari tangan ke arahnya bartender, memintanya untuk mendekat, kemudian berkata, "Berikan aku gelas."
Bertender itu mengangguk, kemudian mengambilkan gelas untuk Sean. Melihat itu membuat Nicko berdecak kesal. "Sean, apa ini ada hubungannya dengan istrimu? Apa ku bertengkar lagi dengannya?"
Selain keluarga besar Sean, Nicko adalah salah satu orang yang juga tahu tentang pernikahan Sean dan Claire.
Sean masih diam. Dia justru terus meneguk minuman berlakohol tanpa memperdulikannya. "Baiklah. Minumlah sebanyak yang kau mau."
Saat ini, bahkan jika dia memukul Sean untuk membuatnya bicara, itu akan percuma saja. Sean akan tetap bungkam.
Kenz yang duduk di sebelah kanan Sean, hanya menggelengkan kepalanya melihat bosnya yang sudah mabuk berat. Sudah beberapa botol dia habiskan bersama dengan Nicko. Setelah merasa kepalanya pusing, Nicko lalu menoleh pada asisten Sean.
"Kenz, bawa bosmu pulang sekarang juga. Dia bisa saja terkapar di sini jika kau tidak membawanya pulang saat ini."
Kenz dengan sigap berdiri lalu membawa Sean keluar dari club dibantu oleh Nicko. Mereka berpisah dengan Nicko di parkiran. Sean pulang bersama dengan Kenz, sementara Nicko naik taksi. Dia sudah menduga kalau dirinya akan mabuk, maka dari itu dia tidak membawa mobil.
Setibanya di apartemen, dengan susah payah, Kenz menahan tubuh Sean saat dirinya sedang menunggu pintu apartemen dibuka. "Maaf mengganggu, Nyonya Muda."
Claire terkejut ketika melihat Sean sudah dipapah oleh Kenz. "Dia kenapa?"
"Tuan Muda, mabuk."
"Biar aku yang membawanya." Claire mendekatkan tubuhnya pada Sean merangkul pinggangnya lalu tangan Sean letakkan di bahunya. "Kenz, maaf sudah merepotkanmu."
Kenz mengangguk. "Kalau begitu saya permisi."
Setelah kepergian Kenz, Claire membawa Sean masuk ke dalam kamarnya dengan susah payah. Karena tubuh Sean lebih tinggi darinya, saat dia akan membaringkannya ke tempat tidur, dia hilang keseimbangan hingga dia dan Sean jatuh bersamaan ke tempat tidur dengan posisi tubuh Claire menimpa tubuh Sean.
Saat Claire akan bangkit dari tubuh Sean, tubuhnya tiba-tiba ditahan oleh tangan Sean. Dengan gerakan cepat, Sean membalik tubuh Claire dan dalam sekejap tubuh mereka sudah bertukar posisi. Sean menahan tubuhnya dengan kedua tangannya yang bertumpu di ranjang lalu menatap Claire yang berada di bawahnya.
"Claire, beraninya kau menghianatiku. Apa kau tidak tahu kalau aku ...."
Bersambung....
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor