Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Tunangan
Nina sadar jika dari tadi Bisma terus memperhatikannya. "Tangan Bapak kenapa?" tanya Nina dengan mata yang masih fokus ke arah laptop.
Bisma tersadar, dia berdehem sembari memalingkan wajahnya untuk menetralkan jantungnya yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. "Tidak kenapa-napa. Cepetan, kalau sudah selesai cepat kamu keluar dari ruangan aku," seru Bisma.
Nina mendelikan matanya. "Ini email yang Bapak cari."
"Oke, terima kasih," sahut Bisma dingin.
Nina menjauhi Bisma, namun Nina bukanya keluar dari ruangan Bisma, dia justru malah mengambil kotak obat yang ada di atas lemari. Lalu dia kembali menghampiri Bisma membuat Bisma kaget.
"Ada apa lagi?" tanya Bisma.
"Sini tangan Bapak, cara Bapak membalut luka itu tidak benar mana masih ada darahnya. Kalau gak dibenerin nanti bisa infeksi kena debu," ucap Nina.
"Tidak usah, aku bisa sendiri," tolak Bisma.
Nina merasa kesal dengan sikap Bisma yang keras kepala. Dia pun menggeser kursi dan duduk di samping Bisma, lalu Nina menarik tangan Bisma membuat Bisma kaget. Bisma hendak menarik tangannya sendiri namun Nina menahannya.
"Diam, aku obati dulu tanganmu. Kalau tidak diobati nanti bisa infeksi," ucap Nina.
Nina pun membuka perban asal-asalan hasil karya Bisma sendiri. Perlahan, Nina mengoleskan salep luka pada tangan Bisma. Sedangkan Bisma terus memperhatikan Nina yang dengan serius mengobati tangannya.
"Kenapa tangan kamu sampai terluka seperti ini?" tanya Nina sembari fokus mengobati.
"Jangan sok perhatian, luka ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka yang kamu goreskan kepada hatiku," sahut Bisma.
Nina menghentikan kegiatannya, lalu menatap Bisma. Untuk sesaat Bisma dan Nina saling tatap satu sama lain, hingga Nina pun tersadar dan kembali melanjutkan mengobati tangan Bisma.
"Aku 'kan sudah minta maaf," ucap Nina.
"Memangnya dengan minta maaf hati aku akan kembali seperti semula?" sinis Bisma.
Nina segera menyelesaikannya, setelah selesai dia pun bangkit dari duduknya. "Terus, aku harus melakukan apa untuk menebus semua kesalahanku dulu?" tanya Nina.
Bisma menarik tangan Nina, membuat Nina membungkukkan tubuhnya ke arah Bisma. Bahkan wajahnya sudah sangat dekat dengan Bisma.
"Tatap aku, dan katakan jika kamu sudah tidak mencintai aku lagi!" tegas Bisma.
Nina sangat gugup, dia tidak tahu harus jawab apa. Di dalam hatinya, tidak bisa dipungkiri jika Nina sangat mencintai Bisma dari dulu sampai sekarang rasa cinta itu tidak pernah hilang. Namun bayang-bayang penyakit yang dideritanya harus merelakan Bisma pergi dari hidupnya meskipun itu sangat berat.
Nina menarik dirinya dan menjauh dari Bisma. "Rasanya jawaban aku dulu sudah sangat jelas dan sampai sekarang jawaban itu masih tetap sama," sahut Nina.
Nina pun membalikan tubuhnya hendak pergi tapi lagi-lagi Bisma menarik tangan Nina dan mencengkram pergelangan tangan Nina dengan kuat. "Kalau kamu memang tidak mencintai aku, kenapa kamu memberi harapan palsu sampai 2 tahun lamanya?" tanya Bisma dengan sangat emosi.
Nina berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Itu sudah masa lalu, aku tidak mau mengingat masa lalu lagi. Lebih baik kita fokus saja ke depan dan hidup masing-masing," sahut Nina dengan menghempaskan tangannya sendiri.
Nina pun segera keluar dari dalam ruangan Bisma. Bisma hanya bisa berdiri mematung, hingga kedua tangannya dia kepalkan. Bahkan dia tidak merasakan sakit walaupun tangannya terluka.
"Kamu adalah wanita paling jahat yang pernah aku temui, Nina," batin Bisma.
Nina segera masuk ke dalam toilet, dia kembali menangis sejadi-jadinya di sana. Mulutnya dia tutup dengan tangannya sendiri karena takut terdengar oleh orang lain. Sedangkan Nadira sangat geram setelah mendengar semuanya, Nadira memang berniat ingin menemui Bisma tapi dia terhenti kala mendengar Bisma berbicara dengan Nina.
"Jadi wanita itu mantan Bisma, pantas saja Bisma menjadikan dia sekretarisnya. Pokoknya aku tidak akan membiarkan Bisma untuk kembali lagi kepada wanita itu," batin Nadira dengan geramnya.
Nadira pun segera pergi dari kantor Bisma dan membatalkan untuk menemui Bisma.
"Bukanya aku tidak mencintai kamu, Bisma. Aku hanya tidak mau menambah kamu sedih karena usiaku tidak akan lama lagi," batin Nina.
Cukup lama Nina menenangkan dirinya, hingga dia pun keluar dari toilet. Dia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Nina masuk kembali ke ruangan Bisma untuk memberitahukan jadwal hari itu.
"Loh, kok kosong?" gumam Nina.
Nina terkejut kala melihat ruangan Bisma kosong, dia pun melihat ponselnya dan ternyata ada pesan dari Bisma. "Aku ada urusan penting, kamu saja urus pekerjaan di sana kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi Pak Bambang."
Nina merasa sangat bersalah, dia pun kembali ke meja kerjanya.
***
3 hari kemudian....
Nina benar-benar merasa gelisah, semenjak kejadian itu Bisma sama sekali tidak pergi ke kantor. Bahkan Bisma tidak pernah menghubunginya sedangkan Nina tidak berani jika harus menghubungi Bisma terlebih dahulu. Entah kenapa semangat kerja Nina hilang, dia merasa rindu kepada sosok pria tampan itu.
"Sebenarnya dia ke mana? kok gak pernah masuk kerja, apa dia sakit ya?" batin Nina.
Waktu makan siang pun tiba, Nina segera menuju kantin kantor. Sebenarnya 3 hari ini dia merasa bebas karena tidak ada yang selalu melarangnya dan seharusnya Nina bahagia tapi pada kenyataannya Nina tidak merasakan bahagia sama sekali.
"Kamu kenapa, Nin? kok kaya banyak pikiran?" tanya Rendra.
"Enggak kok, aku baik-baik saja," sahut Nina.
"Oh iya, kamu sudah mendengar berita gak?" seru Gisel.
"Berita apa?" sahut Nina sembari melahap makanannya.
"Pak Bisma besok malam mau tunangan dan beberapa karyawan ada yang diundang kok," sahut Gisel.
Seketika Nina tersedak, dan Rendra dengan cepat memberikan minuman kepada Nina. Dia merasa kaget mendengar berita yang diberikan oleh Gisel. "Kamu tahu dari mana?" tanya Nina kaget.
"Aku dapat undangannya," sahut Rendra.
"Undangan?" gumam Nina.
"Masa kamu gak tahu sih, kamu 'kan sekretarisnya Pak Bisma seharusnya kamu orang pertama yang tahu akan berita itu," ucap Gisel.
Nina bangkit dari duduknya dan segera berlari meninggalkan teman-temannya. "Nina, kamu mau ke mana?" teriak Gisel.
"Astaga, dia kenapa?" timpal Hilmi.
Rendra merasa curiga kepada Nina, raut wajahnya menyiratkan keterkejutan dan Rendra tidak tahu kenapa Nina sampai terkejut seperti itu. Sesampainya di meja kerjanya, dia segera memeriksanya dan ternyata benar saja ada undangan yang sudah tertumpuk oleh map-map. Nina terduduk dan memperhatikan surat undangan itu.
"Bisma mau tunangan?" gumam Nina.
Tanpa terasa air matanya menetes dengan sendirinya, entah kenapa hatinya begitu sangat sakit melihat undangan pertunangan Bisma dan Nadira.