Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Berakhir Mengenaskan
Setelah mendapat ijin dari ayahnya untuk pergi berlibur sendiri, Yona pun segera mempersiapkan semua keperluannya. Dia berharap selama lima hari kepergiannya, ia bisa menemukan ibunya. Walaupun sangat mustahil. Tapi berpikir optimis tidak ada salahnya bukan.
Rencananya nanti Yona akan menginap di sebuah hotel yang tidak jauh dari tempat kegiatan prostitusi itu. dari informasi yang dia dapat, memang ada hotel di sana. Walaupun tempat itu cukup jauh dari keramaian kota.
Dan akhirnya hari itu tiba. Pagi ini Yona sudah bersiap dengan barang-barang yang akan dibawa untuk pergi berlibur. Ia membawa tas ransel besar layaknya pergi ke Raja Ampat sungguhan.
Sepertinya memang semesta sudah menghendaki rencana pencarian ibunya. Jarvis yang semula berniat mengantar Yona ke bandara, pria itu mendadak tidak bisa karena ada meeting penting dengan kliennya di luar kota. Pria itu merasa sangat bersalah karena tidak bisa mengantar putrinya ke bandara.
“Andai saja waktu meeting bisa ditunda satu jam saja, Ayah akan menyempatkan diri untuk mengantar kamu, Sayang!” ucap Jarvis merasa bersalah.
“Mau bagaimana lagi, Yah. Ayah juga sibuk. Tidak apa-apa.” Yona berusaha tetap tenang.
“Ayah harus berangkat sekarang juga. nanti kabari Ayah jika sudah berangkat,” ucap Jarvis kemudian mencium kening putrinya.
“Ok siap, Ayah!” jawab Yona sambil mengacungkan jari jempolnya.
Setelah kepergian Jarvis, Yona pun segera bersiap. Ia akan diantar oleh sopir menuju bandara. Namun sesampainya di bandara nanti, Yona langsung memesan taksi yang akan mengantarnya ke stasiun di mana perjalanannya yang sesungguhnya hanya ditempuh dengan kereta api.
**
“Apa nggak perlu ditunggu sampai Non Yona berangkat?” tanya sopir saat lelaki itu diminta Yona langsung pulang.
“Tidak, Pak. aku nggak apa-apa kok sendirian. Pak Dim hati-hati di jalan!” tolak Yona dengan halus.
Setelah kepulangan sopirnya itu, Yona tidak masuk ke dalam seperti penumpang lainnya yang akan pergi naik pesawat, melainkan memesan taksi dan memintanya untuk mengantar ke stasiun.
Perjalanan dari bandara ke stasiun memakan waktu kurang lebih setengah jam. Sebelumnya Yona sudah memesan tiket secara online, jadi ia segera berangkat sesuai dengan jadwal keberangkatan.
Kini Yona sudah ada di kereta. Ia duduk bergabung dengan penumpang lainnya. Ini juga pengalaman pertama Yona naik kereta api. Sebelumnya gadis itu tidak pernah bepergian dengan naik kendaraan seperti ini.
Yona memutuskan untuk tidur selama dalam perjalanannya. Karena perjalanan yang akan ia tempuh kurang lebih selama tiga jam. Perjalanan yang menurutnya cukup jauh. Andai saja bisa ditempuh dengan pesawat. Sayangnya di ujung kota itu tidak ada bandara, dan merupakan tempat yang terpencil.
Dan akhirnya kereta api itu berhenti di stasiun terakhir. Yona segera bersiap keluar seperti penumpang lainnya. Ia mengecek ponselnya ternyata ada pesan masuk dari sang ayah yang menanyakan tentang perjalanannya. Yona segera membalas kalau ia sudah sampai dan masih dalam perjalanan menuju hotel. selanjutnya, Yona meletakkan ponselnya ke dalam saku kemejanya. Ponsel Yona memakai tali gantungan yang bisa ia kalungkan di leher, jadi akan membuat aman dari hal buruk.
Yona sangat capek. Ia meletakkan tas ranselnya sambil duduk di sebuah kursi besi yang disediakan di stasiun itu. tas selempangnya ia letakkan di atas ransel karena ia baru saja mengambil tisu untuk mengelap wajahnya yang berkeringat. Yona ingin melihat rute perjalanan menuju hotel yang sudah ia pesan melalui ponselnya. Namun tiba-tiba saja, tas selempang raib dengan cepat saat ada seseorang yang datang mendatanginya.
“Copet!! Tolong!!” teriak Yona sambil berusaha mengejar copet itu.
Yona sangat shock karena di dalam tas selempangnya itu ada dompet yang berisi uang cash dan kartu debit juga kartu identitasnya. Dia terus berlari mengejar copet itu sambil membawa tas ranselnya yang cukup besar.
Orang-orang sekitar yang melihatnya tidak bisa berbuat apa-apa, karena biasanya komplotan copet di sekitar stasiun sangat banyak. Tentu saja mereka ingin cari aman saja. sebagian dari mereka mengatakan pada Yona agar merelakan tasnya hilang. Namun Yona tetap berusaha mengejar copet itu.
Yona terus berlari. Tidak peduli dengan tenaganya yang sudah hampir habis. Karena di dalam tas itu ada barang-barang penting miliknya. Meskipun ponselnya masih aman, namun tetap saja uang di dalam dompet itu sangat Yona butuhkan.
“Woi kembalikan tasku!” teriak Yona dengan nafas tersengal.
Yona melihat pria yang membawa tasnya itu berlari masuk ke dalam gang sempit yang tidak ada penduduk tinggal di sana. Yona sendiri terkejut dengan posisinya saat ini. sedangkan pria yang membawa tasnya itu berhenti saat mendnegar teriakan Yona.
Yona merasa lega karena pria itu berhenti. Apa mungkin akan menyerahkan tasnya dengan mudah. Kalau bisa diajak nego, Yona akan memberikan semua uang yang ada di dompetnya itu. kecuali kartu identitas dan lain-lainnya.
“Kamu mau tas ini, Nona?’ tanya pria itu sambil tersenyum menyeringai.
“Iya. tolong berikan tas itu. uangnya kamu bisa ambil semuanya!” jawab Yona sambil mengatur nafasnya yang naik turun.
“Baiklah. Tapi aku tidak hanya meminta uangnya saja. aku juga menginginkan pemilik tas ini,” ucap pria itu sambil memberi kode lirikan mata. Ternyata komplotan copet itu berkumpul tak jauh dari gang. Sekitar lima orang langsung keluar begitu saja setelah mendapat kode lirikan mata dari temannya.
Mata Yona melotot tajam. Dia sangat ketakutan melihat segerombolan pria itu sedang berjalan menuju ke arahnya. Lebih baik kehilangan tas, daripada kehilangan kesucian. Yona berbalik badan, kemudian berlari cepat meninggalkan komplotan copet itu dengan sisa tenaga yang ia miliki.
“Hei tunggu kami, Nona cantik!” teriak salah satu pria masih mengejar Yona.
Yona tidak peduli dengan teriakan itu. ia terus berlari sekuat tenaga. Namun tidak tahu ke mana arah yang akan dia tuju. Karena sejak tadi tidak melihat seorang pun yang lewat dan akan ia mintai bantuan.
“Tolong!!” teriak Yona saat melihat komplotan copet itu semakin dekat.
Yona semakin ketakutan. Ia tidak ingin menyerahkan mahkotanya begitu saja. lebih baik dia mati daripada harus berakhir mengenaskan di tangan pria baji*ngan itu.
Brukk
Tubuh Yona akhirnya ambruk saat tenaganya sudah benar-benar habis. Komplotan copet itu pun segera mendekat dan mengelilingi Yona dengan tatapan menyeringai. Yona yang sudah di ambang batas kesadarannya hanya bisa menangis dalam hati karena nasibnya setelah ini akan berakhir mengenaskan di tangan para pencopet itu.
“Mari kita nikmati bersama bonus hasil mencopet hari ini,” ujar salah seorang pria yang mulai mendekati Yona.
Yona menutup matanya rapat, seiring dengan kesadarannya yang sudah hilang.
Dorrr
Satu tembakan tiba-tiba melesat ke salah satu betis pria pencopet itu. dalam sekejap, suasana menjadi tegang. Komplotan pencopet itu segera berlari menjauh saat melihat seorang pria sedang mengusap-usap pistolnya yang baru saja melesatkan satu pelurunya ke betis kaki temannya.
“Cepat kabur!!” teriaknya memberikan instruksi pada temannya yang lain.
.
.
.
*Happy Reading!!
next kak💪 semangat