Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 11 - Tekad Kirana
Ep. 11 - Tekad Kirana
🌺SINGLE MOM🌺
Lanjut...
Pagi itu, Kirana sedang duduk di dapur sambil menyiapkan sarapan. Sementara Naya, dengan semangat layaknya anak-anak, sedang bermain di ruang tamu bersama boneka kesayangannya.
"Bu, lihat! Boneka ini sekarang punya mahkota!," seru Naya riang sambil menunjukkan boneka yang ia hias dengan pita kecil.
"Bagus sekali, sayang. Boneka Naya pasti sangat senang punya mahkota secantik itu," sahut Kirana sambil tersenyum hangat.
Setelah sarapan, Kirana mengajak Naya membersihkan rumah. Mereka melakukannya sambil bercanda.
Kadang, Naya berlari kecil sambil membawa kain lap, sementara Kirana dengan sabar mengajarkan bagaimana melipat pakaian dengan rapi.
"Bu, ini benar nggak?," tanya Naya sambil memegang kaos yang sudah terlipat.
"Benar sekali, sayang. Naya pintar, deh," puji Kirana sambil mengusap kepala putrinya.
Siang harinya, setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Kirana membawa Naya bermain di halaman kecil rumah mereka. Naya tertawa ceria saat berlari-lari mengejar bola yang dilemparkan Kirana.
Namun, saat Naya mencoba mengambil bola yang menggelinding ke sudut halaman, ia tersandung batu kecil. Tubuh mungilnya terjatuh dengan keras.
"Aaaahhh! Ibu!! Hu hu hu hu hu...," teriak Naya dengan tangis histeris.
"Naya!!." Kirana langsung berlari menghampiri putrinya.
Ketika melihat lutut Naya berdarah dan kakinya terluka cukup parah, Kirana merasa panik. Ia mencoba menenangkan Naya sambil memeriksa lukanya.
"Sayang, tenang ya. Ibu ada di sini. Kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Kirana, gemetar.
Dengan tergesa-gesa, Kirana membawa Naya ke rumah sakit menggunakan taksi online.
Sepanjang perjalanan, Naya terus menangis kesakitan. "Bu... sakit, Bu..." rintih Naya lemah.
"Iya, sayang. Sebentar lagi kita sampai. Kamu kuat, ya. Ibu di sini," jawab Kirana seraya memeluk putrinya erat.
Setibanya di rumah sakit, Naya segera dibawa ke ruang perawatan. Dokter memeriksa luka-luka di kakinya dan memutuskan untuk memberikan beberapa jahitan kecil.
Sementara Kirana berdiri di samping Naya sambil menggenggam tangan mungil itu dengan erat.
"Bu, aku takut," kata Naya dengan air mata yang mengalir.
"Nggak apa-apa, sayang. Ibu di sini. Ini nggak akan lama, dan setelah itu kamu akan sembuh," kata Kirana, mencoba memberikan kekuatan meskipun hatinya teriris melihat putrinya kesakitan.
Setelah proses jahitan selesai, Naya akhirnya bisa beristirahat di ruang observasi.
Dokter menjelaskan bahwa luka Naya tidak terlalu serius, tetapi ia harus beristirahat selama beberapa hari dan tidak boleh terlalu aktif bergerak.
"Terima kasih, Dok. Saya akan menjaga dia dengan baik," ucap Kirana sambil membungkukkan badan.
Namun, saat Kirana menuju bagian administrasi untuk menyelesaikan biaya perawatan, hatinya sempat bergetar melihat angka yang harus dibayarkan.
Ia khawatir biaya yang akan di keluarkan sangat banyak. Meski begitu, keselamatan Naya adalah yang utama. Dan saat tau jumlahnya, Kirana cukup lega karena tidak sebesar yang ia bayangkan.
Setelah kembali ke rumah, Kirana meletakkan Naya di tempat tidur. Ia memastikan putrinya nyaman sebelum mencium keningnya dengan lembut.
"Bu, aku nggak nakal lagi deh. Maaf ya, Bu," kata Naya dengan suara pelan.
"Nggak apa-apa, sayang. Yang penting kamu sehat. Ibu akan selalu ada buat kamu," jawab Kirana sambil menahan air matanya.
Ketika Naya tertidur, Kirana duduk di sampingnya sambil memandangi wajah polos putrinya seolah mencari kekuatan untuk menghadapi dunia ini yang mungkin tidak lagi mudah untuk mereka.
**
Malam semakin larut. Kini Kirana duduk di meja kecil dekat jendela kamar, sementara Naya tertidur pulas di tempat tidur.
Udara dingin menyelimuti ruangan, namun pikiran Kirana lebih sibuk dari sebelumnya. Ia menatap layar ponselnya dengan cemas, lalu membuka aplikasi bank untuk mengecek saldo di rekeningnya.
Saldo: Rp. 250.000.000
"Syukurlah... masih ada cukup uang," gumam Kirana pelan. Namun, kegelisahan masih merambat di hatinya.
"Aku sudah punya rumah yang nyaman, tapi... aku tidak bisa hanya mengandalkan sisa uang ini saja untuk melanjutkan hidupku dan Naya," katanya sambil menatap kosong ke luar jendela.
"Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus bisa mandiri demi Naya," ucap Kirana lagi dengan tekad yang mulai tumbuh di hatinya.
Kirana lalu membuka ponselnya lagi dan mulai mencari inspirasi usaha yang bisa dilakukan dengan modal yang ia miliki.
Ia pun mencatat beberapa ide yang menarik perhatiannya. Seperti, Bisnis Catering Sehat dengan modal Rp. 50.000.000.
Pikirnya, ia bisa menyediakan makanan sehat dan praktis untuk keluarga kecil atau pekerja kantoran. Dengan keuntungan potensi laba bersih 20-30% dari omzet. Dengan 20 pesanan per hari, ia bisa menghasilkan Rp. 10.000.000/bulan.
Terlebih Kirana suka memasak dan sudah terbiasa dengan kegiatan di dapur. Namun tantangannya, ia membutuhkan pemasaran yang konsisten agar dikenal.
Opsi lainnya adalah Menjual pakaian bekas berkualitas melalui platform online. Selanjutnya bisnis Tanaman Hias, Jasa Laundry Kiloan.
Kirana mencatat semua ide tersebut di buku kecilnya. Lalu, ia melirik saldo ATM-nya lagi sambil menghela napas panjang.
"Kalau aku pilih catering, aku bisa memanfaatkan dapur di rumah. Tapi, aku harus punya pelanggan tetap dulu," gumamnya.
Lalu ia menatap halaman depan rumah melalui jendela. "Atau... tanaman hias? Halamanku cukup luas, dan aku bisa belajar sambil berjalan."
Namun pikirannya kembali melayang. "Tapi laundry kiloan juga menarik. Di sekitar sini, pasti banyak yang butuh jasa seperti itu."
Kirana pun menopang dagunya dan bingung memilih langkah pertama.
**
Keesokan paginya, Naya yang sudah bangun lebih dulu menghampiri Kirana yang sedang menatap buku catatannya.
"Bu, kenapa bengong aja?," tanya Naya sambil memeluk bonekanya.
"Ibu lagi mikir, sayang. Ibu mau cari cara biar kita bisa terus hidup nyaman di sini," jawab Kirana seraya tersenyum lemah.
"Kalau Ibu buka toko kue aja, gimana? Kan Ibu jago masak," ujar Naya polos.
Kirana tersenyum mendengar ide putrinya itu. "Toko kue, ya? Itu juga bisa jadi pilihan. Terima kasih, sayang."
Naya pun mengangguk dengan semangat. "Nanti aku bantu Ibu, ya!."
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍