Sequel
" Semerbak wangi Azalea."
" Cinta Zara."
" Sah."
Satu kata, tapi kata itu bisa berakhir membuatmu bahagia atau sebaliknya.
Zayn Ashraf Damazal akhirnya mengucap janji suci di depan Allah. Tapi mampukah Zayn memenuhi janji itu ketika sebenarnya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya bukanlah wanita yang dia cintai?
Cinta memang tidak datang secara instan, butuh waktu dan effort yang sangat besar. Tapi percayalah, takdir Allah akan membawamu mencintai PilihanNya. Pilihan hati yang akan membawa mu menuju surga Allah bersama sama
" Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang tidak di takdirkan untukmu." _Ali bin Abi Thalib.
" Perempuan perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula." _ QS.An - Nur 26
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 : Aretha sakit
Debaran jantung Zayn semakin tidak karuan. Apa ini? Kenapa semua seperti sudah terencana?
" Jadi, Aretha..."
" Tepat sekali. Dia gadis yang kamu selamatkan waktu itu." Ujar Dila.
Zayn syok.
Setidak peduli itukah Zayn pada orang orang di sekitarnya? Bagaimana mungkin Zayn tidak mengingat wajah Aretha sedikitpun? Ini di luar nalar. Benar kata orang jika dunia itu memang sempit.
Kecelakaan itu terjadi sekitar sepuluh tahun lalu. Bayangkan Zayn sendiri yang membawa Aretha ke rumah sakit Brawijaya, berada dalam satu ambulance yang sama, bahkan Zayn jugalah yang memasang selang di dada kanan Aretha. Lalu, kenapa Zayn sama sekali tidak mengingat wajah itu?
" Allah tidak sedang bercanda padaku kan?" Batinnya mengutarakan pertanyaan yang sangat aneh.
Ezar dan Zara memperhatikan wajah Zayn.
" Jadi benar kalau kamu sama sekali tidak mengenali Aretha, Zayn?" Tanya Ezar tidak percaya.
Zayn mengangguk lemah.
" Luar biasa. Apa kau tau walrus?" Tanya Ezar tiba tiba.
" Iya, tapi kenapa tiba tiba kamu bahas hewan laut berkumis itu?"
" Nah, walrus itu sama dengan mu, cuek, malas dan tidak pedulian. Satu lagi,,,walrus suka dingin apalagi yang beku, persis sepertimu. Dasar kulkas." Ezar berlalu setelah kembali menjatuhkan bom nuklir yang tepat mengenai sasaran.
Di samakan dengan hewan kutub yang menggemaskan itu, Zayn tidak mampu membalas, yang bisa dia lakukan hanyalah berdiam diri merenungi perkataan Ezar.
Zara dan Dila saling tatap. Bagi Zara, kejadian barusan sudah lumrah, bahkan hampir tiap hari ia melihatnya. Tapi tidak dengan Dila. Meski terdengar kasar dan termasuk dalam kategori penindasan verbal, Dila justru menganggap jika itu hanya sebuah lelucon antara dua saudara. Dan lelucon seperti itu bisa mempererat hubungan kekeluargaan sama halnya dengan dirinya dan Aretha.
" Abaikan saja. Mereka itu ibarat tom dan jerry. " Ujar Zara.
" Aku justru suka melihatnya, ku rasa dokter Ezar sangat menyayangi Zayn." Timpal Dila.
Zara terkekeh pelan. " Oiya, apa kamu tau kejadian yang sesungguhnya ?"
" Tentang pernikahan Tata?" Tanya Dila memastikan.
" Iya."
" Aku tau, saat itu aku masih di Seoul, dan untuk kembali , aku tidak punya cukup waktu, jarak yang sangat jauh menjadi pertimbangan ku untuk tidak menghadiri acara pernikahan mereka, lagian itu bertepatan dengan ujian akhir ku."
Zara menatap Zayn, dari raut wajahnya, Zayn sepertinya butuh penjelasan tentang Kanaya, apalagi yang sedang bersamanya itu adalah sepupu Kanaya.
" Kalian sepupu, apa kamu mengenal Kanaya dengan baik?" Zara mewakili Zayn, dan terlihat jelas rasa penasaran pria tampan itu ingin mendengarkan langsung pendapat Dila tentang Kanaya.
" Tidak juga, tapi dia anak yang baik." Tutur Dila.
" Bagaimana kau bisa mengatakan dia baik sedangkan kamu sendiri tidak terlalu mengenalnya?" Protes Zara.
" Bagiku dia baik, hanya mungkin aku yang tidak bisa mengakrabkan diri dengannya.
" Tapi kan umur kalian sama. " Timpal Zara.
" Ya kamu benar, mungkin karena kesibukan masing masing, makanya aku jarang bertemu dengannya dan untuk mengenal lebih jauh, itu pasti sulit."
" Kira kira, apa kamu tau apa yang menyebabkannya pergi di hari pernikahannya? " Zara kini begitu penasaran.
Berbeda dengan Zayn, Zayn justru terlihat lebih cuek dan santai.
" Kalau masalah itu, aku tidak tau. Yang pasti, aku sangat bahagia karena yang menjadi istrinya Zayn adalah Aretha."
Zayn kembali terdiam. Apa yang salah dengan dirinya? Beberapa hari ini, nama Aretha selalu jadi trending dalam otaknya.
Umi Zara, Ezar, uncle Izel, dan terakhir Dila. Mereka semua menginginkan Zayn menikah dengan Aretha.
Begitu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Zayn.
Zayn pertama kali bertemu dengan Kanaya saat membicarakan bisnis dari kedua perusahaan yang mereka pimpin. Dan Zayn menaruh hati pada Kanaya di hari itu juga. Inilah yang di namakan cinta pada pandangan pertama. Dan sampai detik ini, belum ada yang bisa menggantikan Kanaya meski ada Aretha yang selalu menemani keseharian nya.
Merasa di kecewakan oleh Kanaya, belum membuat Zayn berhenti menyimpan rasa cinta itu. Dan itulah sifat asli seorang Zayn.
*
*
Seharian ini, Aretha sangat sibuk. Dia bahkan tidak pernah melihat cahaya matahari sejak dirinya masuk ke dalam ruangan.
Operasi sangat banyak, Aretha harus berpindah dari kamar operasi yang satu ke kamar operasi yang lainnya hingga siang berganti malam.
Aretha hanya istirahat saat makan dan sholat saja. Selebihnya, waktunya dia habiskan di dalam sana, berkutat dengan mesin anastesi dan perbiusan yang lainnya.
Selesai shalat maghrib, Zayn menunggu Aretha di depan ruangan operasi.
Dia bersandar di tembok dengan kedua tangan ia lipat di depan dada.
Tidak begitu lama, Aretha keluar dengan wajah letihnya. Dia kembali mengenakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya.
" Sudah selesai? "
Aretha terkejut.
Dia menoleh dan melihat Zayn yang duduk di kursi panjang menatap ke arahnya.
" Kenapa dokter ada di sini? Bukankah hari ini tidak ada jadwal? " Tanya Aretha.
" Tadi ada rapat bulanan dengan abi. Kamu sudah mau pulang? "
" Iya. "
Zayn berdiri dan mensejajarkan langkahnya dengan Aretha.
Zayn berjalan pelan di samping Aretha, mengikuti langkah kaki istrinya yang dia rasa cukup lambat.
Belum juga beberapa menit, penglihatan Aretha berubah jadi gelap, kepalanya berkunang kunang.
Zayn belum memperhatikan karena dia sibuk dengan ponselnya, hingga tangan Aretha meraih lengannya. Bersamaan dengan itu, Aretha jatuh tidak sadarkan diri.
" Retha..." Pekik Zayn.
Koridor sepi karena Aretha dan Zayn mengambil jalur pintas yang menghubungkan ruangan operasi dengan pintu belakang yang langsung menuju tempat parkir. Tidak ada satu orang pun yang lewat di sana. Apalagi ini sudah malam.
Zayn segera memeriksa tanda tanda vital Aretha.
" Tachi Cardi ( nadi cepat)."
Tanpa menunggu lama, Zayn mengangkat tubuh Aretha dan kembali membawa nya masuk ke dalam ruangan operasi.
Di dalam sana, Zayn membaringkan tubuh Aretha dengan pelan di atas kasur.
Zayn bergerak cepat, Aretha demam tinggi, Zayn segera memberikan infus dan obat obatan yang bisa menurunkan demamnya.
Beberapa saat berlalu, perawat yang berjaga datang.
" Dokter Retha kenapa dok?"
" Dia demam tinggi, mungkin kelelahan. " Zayn menatap wajah Aretha yang terlelap.
Tatapan penuh arti yang orang lain bisa paham tapi yang sedang menatap tidak mengerti sama sekali arti dari tatapan nya sendiri.
" Mau di bawa ke IGD atau di bawa pulang saja dok? Kalau mau ke IGD biar nanti saya bantu. " Tambah perawat laki laki tersebut.
" Observasi dulu, jika demamnya tidak turun, rawat inap saja. "
" Baik dok. "
Zayn terus menemani Aretha hingga dia harus meninggalkan istrinya sementara karena waktu shalat tiba.
Zayn tentu meminta tolong pada perawat untuk menggantikannya menjaga Aretha. Tapi yang pasti, bukan perawat yang tadi, melainkan Zayn menyuruh perawat wanita untuk menemani Aretha.
Selesai shalat, Zayn kembali. Dan ternyata demam Aretha tak kunjung turun.
" Hubungi ruangan VIP, istriku harus di rawat. " Katanya mulai khawatir.
" Tidak perlu, aku mau pulang saja." Ujar Aretha lemah dan memaksakan diri untuk duduk.
" Tapi demam mu tidak turun, Retha. "
" Di rumah saja, aku lebih nyaman di rumah. " Aretha bersikeras.
Zayn bisa apa. Dia mengikuti kemauan Aretha.
Aretha menatap ke luar jendela, titik titik air nampak mulai memenuhi kaca mobil Zayn.
" Aku ingin pulang ke rumah umi Nisa. Boleh ? " Pintanya.
Zayn mengangguk.
" Baiklah. "
Aretha dan Zayn di sambut dengan wajah penuh kekhawatiran.
Umi Nisa memeluk Aretha.
" Kamu kenapa sayang? "
" Retha demam umi. " Jawab Zayn
" Ya Allah, cepat bawa masuk nak Zayn. "
Aretha berjalan dengan satu tangan memegangi infusnya sendiri, tidak ada bantuan dari Zayn maupun umi Nisa. Umi Nisa tau persis kebiasaan Aretha jika sedang sakit. Dia tidak suka di sentuh oleh siapapun. Jika butuh sesuatu, barulah Aretha akan meminta tolong.
Dan kebiasaan itu umi kira sudah berubah karena Aretha sudah menikah, tapi ternyata masih sama.
Aretha dan Zayn masuk ke dalam kamar. Kamar mewah yang jarang sekali di tempati Aretha.
Aretha terus berjalan melewati ranjang ukuran mininya.
" Kamu mau kemana? " Tanya Zayn heran.
" Tidur. "
" Tapi.... "
Zayn menatap tempat tidur dan Aretha bergantian.
" Aku akan tidur di dalam, tidurlah di situ. "
Aretha masuk ke dalam sebuah ruangan, dan otomatis Zayn mengikutinya.
Ternyata ruangan itu adalah walk in closet, gamis dan jilbab panjang banyak tergantung di sana.
" Ini kan ruang ganti, kenapa tidur di sini? "
Aretha membuka sebuah lemari besar dan di dalamnya terdapat sebuah bed kecil khusus untuk satu orang.
Aretha mencantolkan infusan nya di salah satu gagang lemari dan merebahkan tubuh panasnya di atas dipan mungil sembari memeluk guling kesayangannya.
Zayn menganga, bingung dengan sikap Aretha yang tidak biasa.
" Tidur di luar saja, aku bisa di sofa. " Kata Zayn membujuk Aretha.
Aretha menutup matanya. " Di luar sedang hujan. Aku tidak suka dengan suaranya. "
...****************...
🤭😍🤩
mudah sekali aslinya zaynnn
tinggalkan gengsi mu
punya kesempatan tium2
nanti jama'ah lagi za mas
5 waktunya setiap hari
lumayan, vitamin 5 kali 😃
halal iniii
😃🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
" hallo pindah kan barang² nyonya Aretha di kamar utama sekarang "
nahh jadi tiap malam bisa bubu bareng teruss 🤣🤣
kamu tu dah jatuh cinta sama areta