NovelToon NovelToon
Dosa Dibalik Kebangkitan

Dosa Dibalik Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kutukan / Fantasi Wanita / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wati Atmaja

Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Pembangunan Wilayah

Kaelan, Rea, dan Lord Adric duduk di sebuah meja sederhana di ruang makan kecil yang nyaris kosong. Dinding kayu ruangan itu sudah lapuk, dan hanya ada lentera redup sebagai penerangan. Mereka disuguhi air putih dalam cangkir tanah liat—satu-satunya yang tersisa setelah perang meluluhlantakkan Rivendale.

Kaelan menatap Lord Adric dengan serius. "Lord Adric, apakah Anda siap bekerja sama dengan kami untuk mengembalikan kehormatan Rivendale dan menyelamatkan anak Anda?"

Lord Adric menghela napas panjang. Matanya tampak lelah, tetapi ada kilatan tekad di sana. "Baiklah. Demi anakku dan istriku yang belum pulih dari kehilangannya, aku siap. Tapi... aku harus jujur, Rivendale terlalu lemah. Aku ragu ini akan berhasil."

Kaelan mengangguk pelan, memahami kekhawatiran itu. "Itu sebabnya kita di sini. Wilayah Anda memang lemah sekarang, tetapi itu bukan akhir. Kita harus membangun benteng pertahanan yang kuat untuk mencegah kerajaan menyerang dengan mudah."

Lord Adric mengetukkan jari di meja, suaranya terdengar getir. "Walaupun apa yang kau katakan itu benar, mendengarnya tetap membuatku marah. Tapi aku tahu, marah saja tidak akan membawa perubahan."

Rea, yang sedari tadi mendengarkan dengan tenang, ikut bicara. "Bukan hanya benteng. Kita juga harus membangun kembali kehidupan rakyat di dalamnya. Bukan hanya bangunan, tapi juga manusia."

Kaelan dan Lord Adric menoleh hampir bersamaan. "Apa maksudmu dengan membangun manusia?" tanya mereka.

Rea menjelaskan dengan tegas, "Wilayah ini tidak hanya terdiri dari batu bata dan kayu, tapi juga rakyatnya. Jika mereka terdidik, mereka bisa menjadi modal yang lebih berharga daripada emas. Kita tidak hanya bisa melatih mereka menjadi tentara, tapi juga ahli dalam pengobatan, pembuat senjata, dan petani yang menghasilkan makanan untuk pasukan."

Kaelan tersenyum, mulai memahami visi Rea. "Itu ide yang bagus. Jika rakyat Rivendale kuat, mereka bisa mendukung kita bukan hanya dalam perang, tapi juga dalam pembangunan."

Lord Adric, yang sebelumnya ragu, perlahan mulai mengangguk. "Kenapa aku tidak pernah berpikir sejauh itu? Jadi, bagaimana kita memulai semua ini, Kaelan?"

Kaelan menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kita akan bekerja sama untuk membangun Rivendale menjadi benteng yang kuat. Ini adalah awal dari kebangkitan kita."

'Kaelan tersenyum, mulai memahami visi Rea. "Itu ide yang bagus. Jika rakyat Rivendale kuat, mereka bisa mendukung kita bukan hanya dalam perang, tapi juga dalam pembangunan."

Lord Adric, yang sebelumnya ragu, perlahan mengangguk. "Kenapa aku tidak pernah berpikir sejauh itu? Jadi, bagaimana kita memulai semua ini, Kaelan?"

Kaelan menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kita akan bekerja sama untuk membangun Rivendale menjadi benteng yang kuat. Ini adalah awal dari kebangkitan kita."

Lord Adric menyandarkan punggungnya, matanya menyiratkan kebingungan. "Tapi... bagaimana wilayah ini bisa bertahan dari serangan luar dengan baik? Kita bahkan tidak punya banyak sumber daya."

Kaelan berpikir sejenak, lalu menjelaskan. "Wilayah ini perlu dikelilingi dinding tinggi dan kokoh. Selain itu, kita juga bisa membangun parit atau sungai kecil di sekitarnya, diisi dengan jebakan atau binatang buas. Jika ada musuh yang ingin menyerang, mereka harus melewati rintangan itu terlebih dahulu. Pos jaga di berbagai sudut juga harus dibangun, dan para penjaga harus berjaga secara bergilir untuk menghindari kelelahan. Di sisi lain, kita juga perlu mempersiapkan pasukan pemanah dan berkuda agar selalu siaga."

Lord Adric menggelengkan kepala perlahan. "Itu semua terdengar bagus, tetapi memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Kita hampir tidak punya pekerja, apalagi bahan bangunan. Bagaimana caranya kita membangun sungai atau tembok tinggi? Siapa yang akan mengerjakan semuanya?"

Rea yang sejak tadi mendengarkan dengan cermat, angkat bicara. "Bagaimana jika kita memanfaatkan prajurit yang sudah ada? Mereka menerima gaji bulanan, bukan? Selain melatih mereka untuk menjaga wilayah, mereka juga bisa dilibatkan dalam pembangunan ini. Jadi, sambil membangun benteng, mereka juga mendapatkan pelatihan tambahan."

Lord Adric tampak berpikir keras. "Itu masuk akal. Tapi, meskipun prajurit sudah digaji, pembangunan ini pasti membutuhkan biaya tambahan untuk material. Bagaimana kita membiayainya?"

Kaelan tersenyum kecil, seolah sudah memikirkan jawaban. "Kita bisa menggerakkan rakyat untuk bekerja bersama. Sebagai imbalan, kita berikan insentif berupa makanan, perlindungan, atau pendidikan bagi keluarga mereka. Selain itu, kita bisa menggunakan pajak atau mengambil alih sebagian hasil ladang yang masih ada. Ini memang berat, tetapi kita tidak punya pilihan lain jika ingin bertahan dan bangkit."

Lord Adric menghela napas panjang. "Aku tidak suka membebani rakyatku lebih dari ini, tetapi... mungkin ini satu-satunya cara. Jika ini demi keamanan mereka juga, aku akan mencoba."

Kaelan tersenyum kecil. "Rivendale mungkin lemah sekarang, tapi kita tidak akan berjuang sendirian. Wilayah ini membutuhkan lebih dari sekadar dinding dan senjata. Kita membutuhkan rakyat yang percaya bahwa mereka bisa melawan ketakutan mereka."

Rea, yang sejak tadi diam, menambahkan dengan tenang, "Rakyat bukan hanya penonton, Lord Adric. Mereka adalah kekuatan yang sebenarnya. Jika mereka terlatih dan terdidik, Rivendale tidak akan sekadar bertahan—ia akan bangkit."

Lord Adric terdiam, berpikir keras. "Dan bagaimana kita mulai semua ini, Kaelan?"

Kaelan menyandarkan tubuhnya. "Kita akan membangun kembali Rivendale. Dimulai dari benteng dan rakyatnya. Ini memang sulit, tapi jika kita bekerja bersama, aku yakin kita bisa melakukannya."

''Adam. Besok beri pengumuman. Aku akan yang berpidato di depan rakyat. Kemudian sebarkan selebaran di wilayah kita melalui bawahan kita.'' kata Lord Adric.

Alun-alun Rivendale penuh dengan rakyat yang berkumpul. Wajah-wajah mereka mencerminkan kelelahan, ketakutan, dan keputusasaan. Lord Adric berdiri di tengah, diapit oleh Kaelan dan Rea.

"Rakyat Rivendale," suaranya tegas, tetapi terdengar getir. "Aku tahu kalian menderita. Kalian telah kehilangan keluarga, rumah, dan harapan. Aku pun kehilangan anakku karena kerakusan kerajaan. Tapi aku tidak ingin ini menjadi akhir kita. Lihatlah anak-anak kalian. Apakah kalian ingin mereka tumbuh dalam ketakutan seperti ini?"

Kerumunan mulai berbisik. Seorang pria di barisan depan berseru, "Apa gunanya semua ini, Adric? Kerajaan terlalu kuat! Kita tidak punya apa-apa!"

Lord Adric menatap pria itu, matanya penuh amarah bercampur ketegasan. "Kau benar, kita tidak punya apa-apa. Tapi kita punya satu hal yang tidak bisa dirampas kerajaan—keberanian untuk melawan. Aku tidak akan meminta kalian melakukan sesuatu yang tidak berani kulakukan sendiri. Aku akan berada di garis depan. Aku akan berjuang untuk kalian."

Rea maju ke depan. "Kami tidak hanya akan melawan dengan senjata. Kami akan membangun Rivendale menjadi lebih kuat. Pendidikan gratis akan tersedia untuk semua, termasuk untuk wanita. Anak-anak kalian akan tumbuh dengan ilmu yang akan membuat Rivendale berjaya."

Kaelan menambahkan, "Dan aku akan melatih para penjaga untuk melindungi kalian. Kita akan mendirikan tembok yang kokoh dan mengatur strategi pertahanan terbaik. Tapi semua ini membutuhkan kalian. Bersama-sama, kita bisa bangkit."

Kerumunan mulai bergemuruh. Seorang pemuda berseru, "Aku ingin belajar! Aku ingin membantu!"

Lord Adric tersenyum untuk pertama kalinya. "Inilah awal dari kebangkitan Rivendale. Bersiaplah, rakyatku, karena perjuangan baru saja dimulai."

1
seftiningseh@gmail.com
menurut aku episode satu di novel ini sangat bagus aku tarik baru baca sedikit menurut aku pribadi novel ini memiliki sedikit nuansa fantasi
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih
Wati Atmaja: terima kasih ya komentarnya.Aku makin semangat.
total 1 replies
Subaru Sumeragi
Begitu terobsesi sama cerita ini, sampai lahap ngelusin buku dari layar!
Wati Atmaja: makasih kaka. tambah semangat nulis cerita ya
total 1 replies
naruto🍓
Penulis berhasil menghadirkan dunia yang hidup dan nyata.
Wati Atmaja: terima kasih atas komentarnya /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!