Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ukuran
Eldric akhirnya memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Karina, dengan perdebatan yang cukup atos akhirnya Eldric bersedia meninggalkan kamar Karina bersama dokter wanita yang memeriksanya.
"Bagaimana apa dia baik-baik saja? kenapa kau lama sekali?" cerocosnya pada sang dokter yang baru saja keluar dari kamar Karina.
"Ruamnya cukup parah, tapi aku sudah memberi salep dan obat untuknya. Sementara ini jangan biarkan dia memakai pakaian yang terlalu tebal, kalau bisa tidak usah pakai bra dulu," dokter itu menjelaskan panjang lebar.
Eldric manggut-manggut mendengarkan penjelasannya.
"Siapa sebenarnya gadis itu El? kenapa kau begitu khawatir dengannya?" tanya sang dokter.
"Dia calon istriku," jawab Eldric enteng.
"What! kau gila Eldric, gadis itu masih sangat muda aku bahkan bisa melihat dia belum berusia genap dua puluh tahun. Apa kau tidak salah?'"
"Tidak, lagipula apa perdulimu Lev. Cepat pulang, aku tidak suka orang asing berlama-lama dalam rumahku," usir Eldric.
"Cih ...habis manis sepah dibuang, kau memang tidak pernah berubah Eldric Hugo, aku ragu calon istrimu itu bisa bertahan dengan sikapmu. Aku rasa dia akan kabur bersama pria lain yang lebih muda dan romantis," goda Levina.
"Cepat pergi!" sentak Eldric, sepupunya satu ini memang suka sekali membuat Eldric naik darah.
"Iya, galak banget sih. Jangan lupa transfer," ucap levina sebelum melangkah pergi meninggalkan Eldric.
Levina melangkah menuruni tangga saat joe hendak naik keatas untuk menemui tuannya. Pandangan keduanya bertemu, joe langsung menundukkan kepalanya sementara levina dokter muda itu menatap joe dengan nanar sorot matanya penuh dengan kerinduan. Joe terdiam di tempat, levina mengayun langkahnya pelan menuruni dua anak tangga terakhir.
"Sampai kapan kau akan seperti ini, Joe?" pertanyaan yang selalu sama, yang teramat menusuk di hati pria itu.
"Anda tau jawabannya Nona," jawab joe dingin.
"Aku akan selalu menunggu hari itu!" ucap levina lirih namun terdengar tegas.
"Sebaiknya anda tidak perlu menunggu, semuanya sudah lama berlalu."
"Jika semuanya berlalu, aku akan mati Joe Valentino!"
"Levina!" joe mendongakkan wajahnya, menatap mata levina dengan marah.
"Akhirnya kau memanggilku dengan namaku." Levina melanjutkan langkahnya melewati joe begitu saja.
Joe menatap nanar pada punggung yang terbalut jas putih kebanggaannya.
"Maafkan aku Levina," lirih joe sebelum akhirnya ia melanjutkan langkahnya.
Hatinya begitu tercabik tiap melihat netra bening yang menatapnya dengan penuh kasih. Namun, terselip duka yang mendalam karena dirinya. Joe menghela nafas panjang, sebelum ia mengetuk pintu kamar Karina.
"Tuan," ucap joe setelah mengetuk pintu beberapa kali.
"Masuk Joe!"
Joe memutar knop pintu lalu mendorongnya perlahan. Pria itu mulai melangkah memasuki kamar Karina. Joe terkejut saat melihat sang tuan sedang ada di atas ranjang bersama seorang gadis. Ya seorang wanita berperawakan kecil dengan rambutnya yang terurai, tubuhnya tertutup selimut tipis sampai dibawah leher. Eldric duduk bersama di ranjang, membelai lembut surai hitam milih gadis yang tengah terlelap itu.
"Turunkan matamu Joe!" bentak Eldric. Joe seketika menundukkan kepalanya dengan bingung.
Eldric menurun kedua kakinya, ia kemudian berjalan mendekati Joe yang sedang berdiri membeku. Eldric melewati joe begitu saja keluar dari kamar. Sang asisten pun langsung berjalan mengekor di belakangnya. Keduanya terus berjalan sampai di ruang kerja Eldric.
"Ada apa?" tanya Eldric saat ia sudah duduk di kursi kebesarannya.
"Ada berkas-berkas yang harus anda tanda tangani." Joe menyodorkan beberapa map kepada tuannya, seperti biasa Eldric membunuh semua bakteri yang menempel di benda yang akan di sentuh olehnya.
Eldric pun memeriksa berkas-berkas itu sebelum membubuhkan tanda tangannya. Ia tersenyum, eldric merasa sangat pus dengan kinerja asistennya. Joe memang tidak pernah mengecewakan eldric. Pria itu akan melakukan apapun untuk melaksanakan tugas dari sang tuan dengan sempurna.
"Pergi dan belikan beberapa baju untuk rizky,". titah Eldric sambil menyodorkan kembali berkas pada joe.
"Baik, Tuan," jawab Eldric patuh.
"Hanya itu saja Tuan?"
"Belikan semua keperluan wanita untuk Rizky, penuhi semua kebutuhan. Aku mau semua itu ada sebelum Rizky membuka matanya," titah Eldric.
"Keperluan wanita? untuk Rizky?" tanya joe dengan keheranan.
Bagaimana bisa sang tuan memintanya untuk membelikan keperluan wanita untuk seorang laki-laki.
"Jangan terkejut Joe, Rizky adalah seorang wanita. Aku juga baru tahu itu hari ini," ucap Eldric dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
"Apa Tuan, dia seorang wanita?!"
"Aku bilang jangan terkejut!"
"Maaf Tuan saya hanya kaget," kilahnya.
"Bukankah itu sama, pintar sekali mulutmu mengelak. Cepat kerjakan tugasmu!" titah Joe tak ingin terbantahkan.
"Tuan, bagaimana dengan ukurannya?"
"Ukuran apa?" Eldric mengerutkan keningnya.
"Ukuran ini." Joe mengarahkan kedua tangannya kedepannya seperti sedang memegangi dua buah mangkok.
Eldric masih mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Pepaya, melon, atau ... tomat?"
"Kenapa kau menanyakan ukuran buah-buahan padaku?"
"Yang saya maksud buah d**a Rizky Tuan, ukurannya berapa? saya takut salah membelinya," jawab joe apa adanya.
"Oh ... Astaga aku akan mengukurnya. Beli saja yang lain selain itu, minta bantuan pada Berto. Aku yakin dia lebih berpengalaman untuk hal semacam ini." Eldric segera bangkit dari duduknya.
Pria itu pun kembali bergegas menuju kamar Karina, membiarkan joe yang masih kebingungan dengan tugasnya. Seorang jomblo di suruh belanja kebutuhan wanita, seumur hidupnya ia hanya berkutat dengan perkejaan kantor dan keamanan sang tuan saja.
Eldric membuka pintu kamar Karina dengan perlahan, ia terkejut saat tidak melihat Karina di ranjangnya. Namun, sedetik kemudian pintu kamar mandi terbuka. gadis itu keluar dari sana dengan masih memakai kemeja milik eldric yang terlihat kebesaran di tubuhnya.
"Tu-tuan," ucap Karina dengan terbata.
Eldric berdecak.
"Kenapa kau bangun? bukankah kau sedang sakit?" Eldric berjalan menghampirinya dan langsung membawa Karina dalam gendongannya.
"Eh ... tolong turunkan saya. Saya masih bisa berjalan!" pekik Karina.
"Diam, aku tidak menerima penolak." Eldric melangkahkan kakinya kearah ranjang.
Ia lalu mendudukkan Karina di pinggir ranjangnya. Eldric berjongkok di depan Rizky dan langsung mengangkat kedua kakinya keatas tanpa aba-aba.
"Bisakah sedikit lebih lembut! Kenapa anda kasar sekali!" protes Karina kesal.
"Ini sudah lembut, jangan banyak protes aku hanya ingin menaikkan kakimu!" ucap Eldric dengan bersungut-sungut.
Harap maklum, dalam kehidupannya eldric belum pernah melayani orang lain. Kehidupannya selalu di layani bak seorang putra mahkota. Ditambah lagi dengan keadaannya yang tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain.
"Lembut apa! kalau nggak mau bantuin ya sudah, aku masih bisa mengangkat kakiku sendiri. Lagi pula bukan kakiku yang sakit," gerutu Karina sambil membenarkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Hening. Keduanya masih kesal dan tenggelam dalam emosi masing-masing.
"Bagaimana aku harus memanggilmu? Rizky atau Karina?" tanya Eldric memecahkan keheningan diantara mereka.
"Terserah Tuan saja," jawab Karina masih dengan ketus.
Maklum ya Mak, masih palang merah. Lagi sensitif 😅
"Okey. Karina Rizky Amalia kita akan menikah minggu depan!" tegas Eldric.
"Apa?!"
"Apa Tuan gila? saya batu berumur 18 tahun Tuan. Delapan belas tahun, dan anda mengajak saya menikah?"
"Kau berani mengatakan aku gila?" geram Eldric sambil mengepalkan tangannya.
"Kalau tidak gila apa coba? tiga hari yang lalu, anda meminta seorang pria untuk menikah dan menandatangani surat legalitas pernikahan sesama jenis dan sekarang anda mau menikah dengan saya? apa anda waras Tuan Eldric?!"
"Kau yang gila! aku ingin menikah dengan kamu, tidak perduli kamu pria ataupun wanita. Aku akan tetapi nikah denganmu, aku tidak perduli dengan jenis kelamin ataupun siapa dirimu sebenarnya, yang aku tau aku akan menikah dan menjadikan dirimu milikku!" tegas Eldric, ia menatap dalam pada Karina.
Kedua mata mereka terkunci. Karina tertegun sejenak mendengar ucapan pria yang ada di hadapannya. Pria itu sudah tidak muda lagi, seorang yang lebih pantas menjadikan Karina sebagai anaknya.
"Pernikahan bukan permainan Tuan, anda tidak bisa bilang ingin menikah dan ingin bersama saat bahagia, tapi kemudian anda akan pergi jika sudah bosan dan jenuh," ujar Karina dengan penuh penekanan.
"Aku mengerti, aku juga tidak tahu apa-apa tentang sebuah komitmen. Aku harap kau mau belajar bersama denganku," ucap Eldric meyakinkan.
"Baik, jika memang anda menginginkan saya menjadi istri anda. Maka buat aku jatuh cinta, aku tidak ingin pernikahanku terjadi tanpa cinta!" tegas karina, entah darimana ide gila itu muncul di pikirannya.
"As your wish, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku sebelum tanggal pernikahan kita!"