Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)
Petikan ayat tersebut seakan terus terngiang dalam ingatan Juna. Hal itu juga yang mendorong Juna untuk memperbaiki dirinya sendiri.
"Karena jika diri kita baik, maka kebaikan akan terus mengikuti langkah kita. Begitupun jika diri kita buruk, maka keburukanlah yang nantinya akan kita dapatkan" Pungkas ustad Zaki, karena saat ini mereka tengah berbincang melalui sambungan telefon.
"Jangan fikirkan siapa jodoh kita nanti, karena Allah sudah menentukannya. Dan firman Allah di surah An-Nisa ayat 26 itu haq, jadi serahkan pada-Nya mengenai jodoh, rezeki dan maut, tetap fokus pada diri sendiri, memperbaikinya sampai kita menjadi manusia yang benar-benar di cintai oleh Allah. Ingat! Apapun yang kita lakukan, niatkan karena Allah, agar berkah dunia akherat, Faham, nak Juna?"
"Faham ustad"
"Dan kamu harus tahu ciri-ciri manusia yang Allah cintai" Lanjut ustad Zaki. "Ada beberapa ciri bahwa Allah menyayangi kita. Yang pertama, orang itu lemah lembut. Lemah lembut baik dalam tutur kata, maupun sikap kita terhadap orang lain. Yang kedua adalah tidak mudah marah. Selalu ingat bahwa selain menahan hawa nafsu, menahan lapar di saat puasa, kita juga harus bisa menahan amarah. Karena setiap amarah dapat merugikan orang lain dan juga diri kita sendiri. Apalagi jika kemarahan kita sampai menyakiti hati orang lain, misalnya berkata kasar, ataupun menyakiti secara fisik. Naudzubillah, jangan, nak Juna"
Juna terdiam, seketika teringat dengan perlakuan kasarnya pada Yura. Bukan sehari dua hari, bahkan ia sudah melukai hati Yura selama puluhan tahun, menyimpan rasa benci juga iri sampai sebegitu lamanya.
"Bukan hanya itu" Kembali ustad Zaki bersuara, sementara Juna langsung terkesiap untuk mendengarkan.
"Orang yang Allah cintai itu, dia sering di buat sedih, sering di buat menangis. Misalnya di beri ujian, kehilangan orang tua, termasuk juga di khianati oleh orang terdekat. Jadi hati-hati, nak! Jika kita membuat orang lain bersedih, maka sesungguhnya kita sedang menyakiti Allah. Seperti kita menyakiti anak yatim piatu, misalnya, maka itu sama saja kita menyakiti Allah"
Persekian detik ucapan ustad Zaki membuat hati Juna mencelos. Jangan tanya berapa kali Juna menyakiti Yura. Tak hanya secara psikis, bahkan dia pernah menyakiti secara fisik.
Astaghfirullah
Batin Juna, merasa sangat bersalah.
"Ciri-ciri lain bahwa Allah menyayangi umat-Nya, yaitu Dia selalu memberikan waktu luang pada orang itu untuk melalukan hal-hal yang positive. Misalnya, memberikan kesempatan untuk kita beribadah, sholat tepat waktu, membaca Al-Qur'an, dan mengikuti kajian-kajian islam. Kenapa? Karena Allah ingin menjaga hati kita, diri kita dari hal-hal yang mampu menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Maka Allah jaga waktu kita agar kita bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan kebaikan, yang bisa menjadi amalan Jariyah"
"Yang terakhir" Tambahnya lagi, setelah menghela napas cukup panjang. "Allah selalu membangunkan kita untuk bermunajat di malam hari. Di mana banyak orang yang enak-enakan tidur, karena Allah sayang kita, maka Dia membangunkan kita untuk bisa lebih dekat lagi dengan-Nya, supaya kita bisa mengarungi jembatan Shiratal mustaqim hingga menuju surganya"
"Apa bisa di cerna apa saja yang saya katakan, nak?" Imbuh Ustad Zaki bertanya.
"Sangat bisa ustad"
"Bagus, kita lanjut lagi besok, okay nak Juna?"
"Siap, ustad, tapi_" Juna menggantung kalimatnya sendiri.
"Tapi apa? Kenapa berhenti. Jangan ragu. Katakan saja apa yang ingin nak Juna sampaikan. Tanyakan apa yang belum faham"
"Kalau ada orang yang membenci kita, apakah ada amalan atau semacam doa untuk bisa membuat hatinya luluh dan mau memaafkan kita, ustad?"
Ustad Zaki tersenyum mendengar pertanyaan Juna. Sedetik kemudian ia menjawab.
"Selalu berbuat baik pada orang yang sudah kita sakiti, dan jangan gengsi untuk mengucapkan kata maaf" Ujarnya lembut. "Baca surah Al-Kautsar sebanyak tiga kali lalu sebut namanya. Surat tersebut dipercaya dapat meluluhkan hati seseorang. Selain itu, Surat Al-Kautsar juga memiliki banyak manfaat lain, seperti membuat hubungan keluarga menjadi lebih harmonis, menciptakan suasana ketentraman dalam hati, pembuka rezeki, menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, memberi taufik untuk bisa khusyu dalam beribadah kepada Allah, juga melindungi diri dari segala macam marabahaya"
"Terimakasih atas ilmunya, ustad"
"Sama-sama. Teruslah belajar, karena ilmu tidak memandang seberapa tua kita menimbanya"
"Baik. Sekali lagi terimakasih banyak, ustad"
"Iya. Hati-hati di sana, jaga kesehatan, terutama jaga sholat maktubah"
"Insya Allah, ustad"
"Assalamu'alaikum" Tutup ustad Zaki yang langsung di jawab oleh Juna.
"Wa'alaikumsalam"
Begitu panggilan terputus, Juna kembali di sergap rasa bersalah.
Ternyata begitu banyak dosa yang tanpa sadar sudah dia lakukan terutama pada anak yatim piatu.
Mendesah pelan, tarikan nafasnya seakan terasa begitu berat.
Ia tak menyangka bahwa Yura termasuk manusia yang Allah cintai. Buktinya apa yang ustad Zaki katakan beberapa saat lalu, semua ada pada diri Yura.
"Yura, benar-benar berada jauh di depan langkahku" Gumamnya lirih, sambil memainkan gawainya.
Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya seraya menggembungkan mulutnya.
Ingin rasanya pria itu berteriak memohon maaf, lalu memperbaiki kesalahannya. Bahkan andai saja bisa, dia ingin sekali mendekap Yura ke dalam pelukannya. Mempersilahkan wanita itu untuk membagi rasa sedihnya pada Juna.
Mungkinkah?
Juna menggelengkan kepala. Rasanya mustahil sekali mengingat Yura sangat membenci dirinya.
***
"Dokter Juna!" Panggilan dari seseorang, membuat konsentrasi Juna pecah. Ia lantas menoleh pada sosok yang memanggilnya barusan.
Namanya Zora Betsaida, dia juga dokter yang baru merintis di dunia militer bersama Juna.
"Iya" Sahut Juna ketika sepasang netranya bertemu pandang dengan iris bulat milik Zora.
"Apa saya mengganggu, dokter?"
"Tidak! Sama sekali tidak" Ada senyum tersungging di bibir Juna saat mengatakan itu.
"Bisa menemaniku makan malam?"
"Tentu saja, kebetulan saya juga belum makan malam"
"Kalau begitu mari kita makan bersama!" Ajaknya dengan ramah.
"Iya, mari" Balas Juna, sambil menyimpan ponsel di saku sneli kebanggaannya.
Wanita cantik keturunan Jerman, yang diam-diam mengagumi Juna. Tapi sayangnya mereka tak seiman.
Sementara di kediaman Irfan, Dini menatap sinis wajah Yura setelah tahu bahwa ayah mertuanya memberikan hadiah mobil pada wanita yang sama sekali tak memiliki ikatan darah dengan keluarga sang suami.
Yura sendiri tak begitu peduli dengan sikap tak suka dari kakak iparnya. Ia lebih memilih menganggapnya sebuah angin yang mungkin akan mampu menumbangkan dirinya jika dia tidak bisa berpegangan dengan erat.
Yura berfikir, semua penderitaan yang membuatnya tertekan selama ini akan segera berakhir.
Dan itu jika dia menemukan sosok laki-laki yang bisa bertanggung jawab, serta bisa di jadikan imam hidup untuk bersama-sama meniti jannah-Nya.
Bersambung.
Malik ntar poligami
tp sy msh gregetan sm yura yg ga peka sm keinginan orang tuay dan juna jg ga trs terang sm yura klu dia suka...klu yura sdh tunangan sdh ga ada harapan buat juna...s.g aja ga jd khitbahy
ayo Thor lanjut lagi
ntar lama2 jd cinta..
lanjut mbak ane
yura kurang peka terhadap keinginan jazil, kurang peka dg perubahan juna dan kurang peka sama perasaan sendiri
yuk kak lanjut lagi
thanks author semangat ya berkarya