NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:24.1k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Pulang Mendadak

Ratri terdiam sejenak, memikirkan langkah yang akan diambil. Dia melihat arloji di pergelangan kiri. Jarum jam sudah menunjuk angka enam lebih beberapa menit. 

“Bagaimana ini?” gumam Ratri bimbang. Pasalnya, sang adik tak memberitahu dengan jelas, alasan kenapa dirinya harus segera pulang. 

Ratri mengirimkan pesan kepada Asha. Namun, adik semata wayangnya tersebut tak juga membalas pesan itu. Perasaan Ratri jadi makin tak keruan. 

Dalam kebimbangan yang tengah melanda Ratri, Sastra masih terus mencuri pandang terhadapnya. Namun, kali ini bukan tatapan nakal yang dilayangkan pria tersebut, melainkan sorot penuh penasaran. Sastra menangkap ada keanehan pada bahasa tubuh Ratri, yang tampak serius.

“Aku ke toilet dulu sebentar,” pamit Sastra, seraya berdiri. Dia berlalu tanpa banyak bicara. Sastra melangkah ke dekat Ratri berdiri. “Ikuti aku,” ucapnya diam-diam, sambil terus berjalan menuju toilet. 

Ratri yang tengah kebingungan, menoleh sekilas. Dia mendengar jelas apa yang Sastra katakan, meskipun suara pria itu tidak terlalu keras, bahkan lebih mirip bisikan. Namin, Ratri justru kembali ke meja di mana Eliana dan Prama tengah asyik berbincang, kemudian mengambil tas. 

“Mau ke mana?” tanya Eliana, seraya menatap keheranan. Begitu juga dengan Prama. 

“Aku harus pulang lebih cepat. Ada urusan mendadak,” jawab Ratri, berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya. 

“Ah, sayang sekali,” sesal Eliana. 

“Biar kuantar.” Prama langsung berdiri.

Namun, Ratri segera menggeleng sebagai tanda penolakan. “Tidak usah. Ada urusan pribadi yang harus kuselesaikan. Terima kasih sebelumnya.” 

“Kamu yakin, Rat? Memangnya ada masalah apa? Kenapa mendadak sekali?” tanya Eliana penasaran.

Ratri mengangguk, diiringi senyum meyakinkan.”Aku duluan, ya.” Dia memeluk Eliana sesaat, sebelum berpamitan juga kepada Prama. 

“Sastra sedang ke toilet,” ucap Eliana, saat melihat Ratri melirik tempat kosong di sebelahnya.

“Tidak apa-apa. Sampaikan salamku padanya,” ucap Ratri, diakhiri dengan menelan ludah dalam-dalam. Setelah itu, dia langsung berlalu dari hadapan Eliana dan Prama, yang menatap dengan sorot keheranan. 

Ratri berjalan sedikit terburu-buru. Dia tak menuruti ucapan Sastra, yang menyuruh agar mengikuti ke arah toilet. 

Namun, saat melewati pintu keluar, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Ratri, lalu membawa ke bagian samping bangunan cafe. 

“Mau ke mana?” tanya seseorang, yang tak lain adalah Sastra. 

“Tolong jangan ganggu aku sekarang. Aku harus pergi.”

“Pergi ke mana?” tanya Sastra lagi penuh selidik. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat sangat khawatir?” 

Ratri tidak menjawab. Dia tak tahu harus menjelaskan apa. 

“Bicaralah, Ratri. Aku mengawasimu sejak tadi, selagi kamu bicara di telepon.” 

Ratri menggigit bibir bawah, demi menyembunyikan keresahan dalam dada. 

Melihat bahasa tubuh yang ditunjukkan Ratri, membuat Sastra seketika berpikir sesuatu. Dia mengembuskan napas pelan, lalu meraih pergelangan tangan kiri wanita muda itu. Sastra menggenggam erat, tanpa mengalihkan pandangan. “Katakan. Ada apa?” bujuknya cukup tegas. 

Ratri yang tengah dilanda perasaan tak menentu, terlihat gugup. “A-aku ….” Wanita berambut pendek itu menjeda kalimatnya. “Aku harus pulang ke Bandung sekarang juga.”

“Kenapa?” 

“Aku tidak tahu. Adikku hanya mengatakan agar aku pulang sekarang. Ini …. Um …. Sudahlah. Aku harus pergi.” Ratri berusaha melepaskan tangan dari cengkraman Sastra. 

“Tunggu aku di tempat kost-mu. Akan kujemput ke sana.”

“Kamu mau apa? Jangan mencari masalah!” tolak Ratri tegas. 

“Aku suka mencari tantangan. Jika itu jadi masalah … biarkan saja,” ucap Sastra enteng, seraya melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Ratri. “Ingat pesanku. Jangan ke manapun sebelum aku datang menjemput,” tegasnya, sebelum berlalu dari hadapan Ratri. 

Sepeninggal Sastra, Ratri terpaku beberapa saat hingga akhirnya tersadar. Dia berbalik, lalu melangkah pergi meninggalkan cafe ‘Secangkir Kopi’ dengan sangat hati-hati karena takut terlihat oleh Eliana dan Prama. 

Setelah keluar dari halaman cafe, Ratri mempercepat langkah. Untuk mempersingkat waktu tempuh, dia memilih menaiki angkutan kota. 

Hanya dalam waktu kurang dari 15 menit, Ratri sudah tiba di tempat kost-nya. Dia langsung berkemas. Tidak banyak pakaian yang dibawa kali ini, berhubung Ratri belum tahu akan berapa lama berada di Bandung. Dia bahkan tidak mengerti kenapa harus pulang ke sana malam itu juga.

Setelah selesai berkemas, Ratri duduk termenung beberapa saat di matras. Entah kenapa, dia menuruti ucapan Sastra, yang menyuruhnya menunggu. 

Namun, setelah setengah jam berlalu, Ratri tak bisa hanya duduk diam bagai orang bodoh. Dia beranjak sambil menyambar tas jinjing berisi pakaian serta perlengkapan pribadi lainnya. Wanita muda itu melangkah keluar, lalu berjalan cepat menuruni anak tangga. 

Setelah mengunci kembali pintu gerbang, Ratri melangkah tergesa-gesa menuju jalan utama. Dia harus menaiki angkutan kota, agar bisa tiba lebih cepat ke terminal bus. 

Tak berselang lama, angkutan kota yang melewati rute ke terminal, melintas di depan Ratri. Wanita itu segera menghentikannya. Namun, ketika Ratri hendak naik, tiba-tiba ada yang menahan geraknya. 

“Tidak jadi,” ucap seseorang kepada sopir. Orang itu menarik pelan lengan Ratri, hingga menjauh dari angkutan kota itu. 

"Sastra!" protes Ratri, saat angkutan kota sudah melaju pergi.

Tanpa banyak bicara, Sastra menuntun Ratri menuju mobilnya terparkir. Setelah memastikan wanita itu duduk nyaman di dalam, barulah dia masuk lewat pintu sopir. 

“Sudah kukatakan agar menunggu. Kenapa tidak sabaran sekali?” tegur Sastra kesal. 

“Aku menunggumu selama setengah jam,” sahut Ratri, sama kesal.

“Aku harus mencari alasan terlebih dulu kepada Elia,” kilah Sastra jengkel.

“Ya, ampun. Itulah kenapa aku tidak mengharapkan ini. Aku bisa pergi sendiri!” tegas Ratri gusar. 

“Begitu?” Sastra menatap aneh, lalu tersenyum samar. “Sayangnya, aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri pada jam seperti ini. Yang benar saja. Walau pemegang sabuk hitam sekalipun, jangan lupa bahwa kamu adalah wanita. Sudah jadi kodrat seorang wanita untuk dilindungi. Kamu bukan Lara Croft," gerutu Sastra, diakhiri dengan embusan napas berat. "Ya, Tuhan .... "

Tak ingin terus berdebat, Sastra segera menyalakan mesin kendaraan. Tanpa memedulikan raut tak bersahabat yang Ratri tunjukkan, dia melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Namun, makin lama makin cepat. 

“Jangan sampai tersesat,” ucap Ratri, setelah beberapa saat membisu. 

“Jangan khawatir, aku tahu ke mana arah jalan tol.,” balas Sastra, tanpa menoleh. Dia terlalu fokus pada lalu lintas di depan.

Ratri memilih diam, membiarkan Sastra dengan keputusannya, selama itu bisa membawa dia tiba di Bandung dengan selamat dan dalam waktu singkat. 

Jarum jam di arloji kasul milik Sastra sudah menunjuk angka sepuluh, ketika mereka telah memasuki kawasan Kota Bandung. Keduanya tampak begitu tenang.

Namun, tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengikuti sejak awal perjalanan. "Kalian dalam masalah besar."

1
Rahmawati
yg penting mama laras tahu kl ratri hamil anak sastra, jaga rahasia ya ma
octa❤️
ntar nyesel kayak moedya..cintanya direbut orang..gemes aku am si sastra ini..🫣
aca: pergi jauh aja ratri
octa❤️: tau aj y kak😆
total 7 replies
Rahmawati
ratri km kuat,jalani saja semampu km jgn jadi lemah
aca
pergi aja Ratri yg jauh jauhin jagat gendeng ini
aca
sastra tunggu penyesalan mu Ratri pindah ke luar kota aja emank jagat ne biang kerok
Yuyun Yuningsih Yuni
wah wah....hamil anaknya sastra niih...

makin seru aja niih...
lanjut lagi atuuh momy nya maher yg cantik jelita
Rahmawati
waduh ratri hamil, sastra udah pergi, terus gmn dgn ratri harus menjalani kehamilan sendirian
Rahmawati
sastra km bener2 egois, km ninggalin ratri gitu aja
aca
Ratri jg boodoh ngapain buka pintu buat jagat
Anellakomalasari: Biar rame aja, Kak
total 1 replies
Rahmawati
kebisaan km sastra gk mau dengerin penjelasan orang dan seenaknya aja ambil keputusan
ɱαɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
pergilah sejauh mungkin ratri jangan sampe 2laki itu menemukanmu
Rahmawati
jagat pengen bgt ya ngerasain ciuman ratri, jgn mau rat, nanti kl jagat ketagihan bisa berabe
octa❤️
berikan aj rat..berikan tonjokan ke bibirnya si jagat..
Rahmawati
ratri hatimu sgt lembut, masih aja bisa baik. ke elia
Anellakomalasari: Teman tetaplah teman, Kak. Meskipun sudah jahat sama kita, tetapi dulu pernah tertawa bersama
total 1 replies
Anna Kusbandiana
malin kesini, episodenya makin galau, makin membuat....😠😡
Anellakomalasari: Menenangkan diri dulu ya, Kak
total 1 replies
octa❤️
tuh kan..makin meresahkan ni bg jagat,muncul dimana2😁
Anellakomalasari: Cowok cakep mah bebas, Kak. Keadilan bagi kaum good looking 😁
total 1 replies
Rahmawati
deg degan ah liat sastra dan ratri ribut mulu karna jagat mending nikah aja udah
Anellakomalasari: Tamat dong ceritanya, Kak 🤭
total 1 replies
Rahmawati
eh jagat, km gk di undang tahu, orang ratri mau makan malem sama sastra
Yuyun Yuningsih Yuni
kenapa jagat sih yg dateng....
Rahmawati
intinya sastra gk mau lagi sama Elia, jd mau di bujuk kayak. apa aja dia tetap gk akan mau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!