Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan harinya.
Pagi ini Tama sedang di perjalanan dengan motornya untuk berangkat ke sekolah.
Rasa semangat sangat terpancar dalam dirinya, selain akan menjemput Husna ke rumahnya pagi ini dia juga sangat bersemangat untuk sesegera mungkin melaporkan Frian ke polisi bersama Wulan siang nanti.
Saat melewati perkebunan teh yang lumayan sepi ditambah kabut yang sedikit menutupi pandangan, Tama tiba-tiba dikagetkan oleh dua motor RX-King masing-masing di tumpangi oleh dua orang dan semuanya memakai penutup Wajah.
Mereka langsung menyalip dan menghalangi jalur motor Tama.
Tama yang sudah tahu bahwa mereka punya maksud tertentu terhadapnya, dia mencoba menghindari dengan skill mengendara nya, aksi kejar-kejaran pun langsung terjadi begitu sengit di antara mereka, dimana Tama di apit berada di tengah-tengah sedangkan mereka terus mempersempit jarak Tama agar Tama mau menghentikan motornya.
Kecepatan mereka setara hingga Tama susah untuk menghindar, suara knalpot yang sama-sama bising itu pun meramaikan keadaan sekitar yang awalnya sunyi hanya terdengar suara burung di pagi hari.
Karena Tama sangat susah sekali di berhentikan, akhirnya salah satu dari mereka menendang bagian sisi motor Tama hingga Tama terpental dan terlepas dari motornya.
Tubuh Tama yang terjatuh langsung menyisir aspal hingga dia terguling beberapa kali ke arah belakang. Sampai akhirnya tubuh Tama terhenti di batang pohon dengan pantulan yang lumayan keras.
Rasa pening di kepalanya mulai terasa, banyak luka di beberapa bagian tubuhnya karena sisiran aspal yang sudah mengikis kulitnya. Tama hanya terduduk lemah menyender di batang pohon tersebut.
Setelah beberapa saat gerombolan orang misterius itu menghampiri Tama yang tersandar, tanpa ragu mereka langsung menyeret Tama ke arah perkebunan dengan cara menggusur tangannya.
Setelah berada di tengah perkebunan yang jaraknya kurang lebih dua puluh meter, Tama pun di hempaskan begitu saja sehingga tubuhnya tersungkur di tanah yang dibawahnya terdapat dedaunan yang sudah kering.
"Ayo dong bangun! Katanya jagoan tapi cuma gitu doang udah nggak bisa apa-apa." Ucap salah satu gerombolan itu sambil tertawa lebar di balik penutup mukanya.
Tama yang mendengar itu merasa harga dirinya sangat di injak-injak. Dia pun mencoba terbangun sambil melangkah terpincang-pincang memegangi kakinya yang kesakitan.
"Heh kalo lo semua laki-laki, buka topeng lu semua anjing! Sini fight sama gua satu-satu. Dasar orang kampung beraninya keroyokan."
Walaupun badannya sangat kesakitan, tapi di sini Tama menantang mereka dengan suara lantang. Tak ada perasaan takut sama sekali dalam dirinya.
"Si anjing belegug makin kurang ajar aja ini anak." Karena memang menaruh dendam kepada Tama apalagi Tama malah balik menantang, salah satu dari mereka langsung menendang Tama dengan keras, hingga Tama kembali lagi tersungkur di tanah yang kering.
Tak cukup sampai di situ, Kini salah satu orang nemegangi kedua tangannya ke belakang agar Tama sama sekali tidak melawan.
"Woy anjing, sini kalo berani satu-satu sama gua. Anak kecil juga bisa kalo berantem kaya gini. arghhhh." Tama kembali berteriak sambil mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan tangannya yang terkunci ke belakang.
"Hahaha diem sia bangsat! Inget ya maneh teh di sini bukan siapa-siapa, jadi nggak usah belagu apalagi mau jadi so jagoan."
Baaammm Bammmmm!!
Salah satu orang yang ada di depannya langsung menghantam Tama sebanyak dua kali dengan pukulan yang sangat keras di wajahnya hingga hidung Tama mengeluarkan sedikit darah.
Baammmm!!
Bahkan satu temannya lagi ikut menendang dada Tama sampai Tama kembali tersungkur, setelah Tama terjatuh mereka sama-sama menendangi Tama sampai Tama benar-benar tak berdaya.
Melihat Tama yang sudah tak bisa apa-apa hanya ada sedikit gerakan dari tubuhnya. Mereka sempat panik karena takut kebablasan.
"Ayo ayo ayo kita pergi! Biarin aja dia di sini." Salah satu orang mengajak teman-temannya untuk pergi meninggalkan Tama sendirian.
Akhirnya Tama pun di tinggalkan di tempat itu dengan posisi telungkup.
Tama yang merasakan kesakitan dahsyat di seluruh tubuhnya dia hanya merintih sambil mencoba mengesotkan tubuhnya ke arah jalan raya.
Sekuat tenaga Tama mencoba untuk berdiri kemudian berjalan dengan tertatih. Sampai akhirnya Tama berhasil melewati perkebunan itu dengan penuh perjuangan dan kini Tama berada tepat di pinggir jalan di samping motornya yang masih terguling.
Tama mencari orang yang lewat untuk meminta pertolongan, tapi butuh waktu lama untuknya karena jalanan di situ memang selalu sepi dan Tama juga tak mungkin mengendarai motornya dengan keadaan seperti ini.
Setelah beberapa saat, datanglah sebuah mobil sedan merah dan langsung turun menghampiri Tama.
"Ya Allah anakku!" Ternyata itu adalah Bu Yeni yang memang mau berangkat ke kantornya pagi ini. Setelah turun dari mobil dia langsung memegang tubuh Tama yang hampir terjatuh.
"Sayang kamu kenapa bisa kaya gini? Siapa yang sudah melakukan ini semua?" Bu Yeni bertanya dengan tangisan karena sangat tidak rela melihat anak semata wayangnya babak belur seperti ini.
"A aku nggak tahu Mah, aku nggak kenal mereka." Jawab Tama sedikit terbata sambil menggelengkan kepalanya.
"Yaudah yaudah, sekarang ikut mama ya kita ke rumah sakit. Biarkan motor kamu di sini saja nanti mama menyuruh orang untuk mengambilnya."
Bu Yeni pun langsung memapah Tama menuju ke dalam mobil. Dia langsung melajukan mobilnya dengan cepat karena takut anaknya kenapa-kenapa.
Sementara di tempat lain.
"Tama kemana ya? Ko dia nggak ada kabar sih nggak bisa dihubungi juga nomornya. Biasanya juga udah ada di depan rumah jam segini hmmm." Husna bertanya-tanya dengan wajah cemberut kenapa Tama belum juga menjemputnya bahkan sedikitpun tak ada kabar dari Tama.
Memang setelah menjaga jarak dengan Frian, Husna sering di antar jemput oleh Tama saat mau berangkat dan pulang sekolah.
Setelah beberapa saat, bukannya Tama yang datang tapi malah Frian yang tiba-tiba muncul di hadapan Husna dengan motornya.
"Hei ayo naik!" Ucap Frian dengan senyuman manis setelah membuka helmnya.
Selain merasa kaget, Husna juga merasa sedikit aneh kenapa Frian bisa berani lagi menghampiri dirinya ke rumah padahal harusnya dia tahu kalau Husna akan di jemput oleh Tama untuk berangkat ke sekolah.
"Enggak! Aku lebih baik berangkat sendiri aja. Angkot, angkot tunggu!" Husna yang langsung menolak dengan nada ketus dia seperti diberikan jalan ketika ada angkutan umum melewat di depannya.
Husna pun langsung berlari menyebrangi jalan dan naik ke angkutan umum tersebut.
Sementara Frian yang selalu sial bila ingin merayu Husna, dia sangat kesal sekali karena usahanya selalu gagal.
Frian mencoba ingin mengambil hatinya Husna kembali karena saat ini Husna sudah sangat muak dengannya bahkan sudah tak mau lagi melihat wajahnya.
Frian langsung memasang wajah marah sambil memukul tangki motornya.
"Argghh sialan! Selalu saja gagal. Awas kamu Husna sepertinya memang aku harus menggunakan cara terakhir untuk mendapatkan mu" Lontaran ancaman kembali Frian sampaikan sambil memandangi mobil yang Husna tumpangi pergi.
setoran bab