SYSTEM PERAWAN

Pagi kini telah menjelang. Meski semalam hujan mengguyur cukup deras serta dalam jangka waktu yang cukup lama, pagi harinya udara malah terasa tidak dingin sama sekali. Beda dengan suasana di kampung jika udara akan terasa dingin jika semalaman turun hujan. Mungkin karena di kota besar lebih banyak bangunan daripada tumbuhan hijau, makanya cuaca juga berpengaruh dengan keadaaan.

Sudah menjadi tugas Rafi, begitu para penghuni kost meninggalkan kamar masing masing, penjaga kost mulai membersihkan area kost yaang terdiri dari tiga puluh kamar tersebut. Ada empat bangunan di area tempat kost tersebut. Tiga bangunan utama masing masing memiliki dua lantai dan tiap bangunan berisi sepuluh kamar, lima di bawah dan lima di atas.Satu bangunan untuk area dapur umum dan tempat bersih bersih seperti mencuci, meenerima tamu dan sebagainya. Dan satu bangunan yaitu yang di tempati Rafi, post penjagaan yang merangkap kamar sekaligus.

Untuk jemuran dan parkir juga cukup luas, ditambah lagi tiap kamar juga ada kamar mandi didalamnya. Wajar jika penghuninya merasa betah dan nyaman selama tinggal di tempat kost tersebut, karena fasilitasnya memang sangat lengkap dan pas sesuai kebutuhan anak kost.

Walaupun hanya membersihkan tiap depan kamar kost saja, tapi itu memang salah satu tugas yang harus Rafi jalani tiap pagi. Menyapu dan mengepel lantai juga mengumpulkan sampah yang tersedia di temapt sampah yang terletak di setiap depan pintu kamar kost.

Ketika semua tugas sudah selesai dengan baik, baru Rafi beranjak untuk mencari sarapan. Tidak perlu jauh jauh mencari pedagang makanan, karena di seberang jalan depan Kost, berjejer para pedagang berbagai jenis makanan. Sungguh si pemilik kost benar benar jeli dalam melihat peluang usaha yan pas diterapkan di daerah tersebut.

"Bang, Nasi telur satu ya?" pesen Rafi pada salah satu pedagang nasi telor yang ada di sana. Menu sederhana tapi banyak peminatnya. Menu di Dilapak itu hanya menjual nasi biasa, telur dadar, tempe orek dan oseng bihun saja, tapi peminatnya cukup banyak. Dengan memasang harga sepuluh ribu perporsinya sudah tentu pedagang itu diserbu banyak pembeli.

Sambil menikmati nasi telurnya, Rafi mulai mencari wanita dari aplikasi kencan yang dia unduh belum lama ini. Sebenarnya dia ingin langsung menghubungi wanita yang semalam menginap di tempatnya, tapi Rafi merasa belum memiliki alasan yang kuat untuk menghubunginya, jadi dia mencoba memilih wanita lain yang akunnya bertebaran di aplikasi kencan tersebut.

"Mau nyari teman kencan?" sebuah suara tiba tiba nyeletuk dari arah belakang dimana Rafi saat ini sedang duduk. Rafi lantas menoleh dan wajahnya bersemu saat melihat pria yang mungkin umurnya sama dengan dirinya nampak cengesan dan duduk di sebelahnya.

"Nggak! Cuma iseng doang." sangkal Rafi. namun malah membuat pria yang baru duduk di sebelahnya terkekeh.

"Nyari beneran juga nggak apa apa. Normal itu," ucap pria itu sembari menerima nasi telura yang dia pesan.

"Emang kalau menggunakan aplikasi ini harus sudah pasti mencari teman kencan, Mas? ini kan aplikasi kencan?" tanya Rafi. Dia memang tidak tahu banyak tentang aplikasi semacam itu. Dia saja tahu aplikasi tersebut gara gara semalam mengutak atik ponsel seorang wanita.

"Namanya memang apliksi kencan, tapi nanti kalau kamu udah klik salah satu cewek, dan ngajak chating, lama lama dia akan pasang tarif. Coba aja deh, cari yang lokasinya dekat," balas pria itu sambil menikmati nasi telurnya.

"Lokasinya dekat? Maksudnya?" tanya Rafi dengan kening yang berkerut.

Pria itu memandang Rafi dengan tatapan heran."Masa kamu nggak tahu?"

"Serius, Mas, aku nggak tahu."

Pria itu menatap Rafi dengan tatapan penuh selidik. Mungkin karena merasakan kalau Rafi berbicara jujur, pria itu mengangguk beberapa kali. "Nanti habis makan aku ajarin."

"Siap!" jawab Rafi nampak bersemangat dan dia kembali melanjutkan menikmati sarapannya sambil berkenalan dengan pria itu.

Namanya Dito, usianya memang tidak jauh beda dari usia Rafi saat ini. hanya beda dua tahun saja. Dia bekerja di malam hari sebagai satpam di sebuah bank yang letaknya tak jauh dari tempat kost itu. Dia juga asli warga sini.

Dilihat dari arahan yang dia ajari, Dito memang terlihat lebih berpengalaman dalam menggunakan aplikasi kencan tersebut. Dito bahkan tidak ragu menunjukkan chat pribadinya saat ngobrol dengan wanita. Entah itu karena iseng atau pada saatb ingin memakainya. Tak jarang juga Dito mendapat gratisan karena dia memiliki paket lengkap, ganteng dan tubuh atletis.

"Apa separah itu kehidupan di kota besar, Dit?" tanya Rafi yang cukup tercengang.

"Ya begitulah. Namanya demi memenuhi gaya hidup, Raf. Nggak laki laki, nggak wanita, sama aja."

Rafi nampak manggut manggut meski masih ada rasa terkejut. "Berarti untuk mencari yang masih ting ting susah ya?"

"Masih ting ting?"

...@@@@@@...