Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Makan Malam Pertama
Setelah beberapa bulan berkencan secara rahasia, Alya dan David akhirnya memutuskan untuk makan malam pertama mereka sebagai pasangan yang resmi. Mereka tak lagi perlu bersembunyi, tak ada lagi kode warna atau pertemuan sembunyi-sembunyi di kafe terpencil. Malam ini adalah malam yang mereka tunggu-tunggu, makan malam yang direncanakan dengan matang. Di restoran mewah dengan pemandangan kota yang menakjubkan, mereka akan merayakan langkah baru dalam hubungan mereka.
Alya sedikit gugup, tetapi juga bersemangat. Ia mengenakan gaun merah elegan yang membuatnya merasa cantik dan percaya diri. Rambutnya disanggul dengan rapi, dan sedikit riasan menambah kesan anggun. Di luar, pemandangan kota yang berkilauan menambah kesan romantis, tetapi perasaan gugupnya tidak bisa dipungkiri. David sudah menunggu di meja yang telah dipesan.
Begitu memasuki restoran, Alya melihat David berdiri dengan senyum lebar di wajahnya. David mengenakan setelan jas hitam yang rapi, dan meskipun penampilannya sempurna, ada sedikit ketegangan yang terlihat di wajahnya.
"Alya," sapa David, suaranya sedikit gemetar, seperti ada kegembiraan yang meluap. "Kau terlihat sangat cantik malam ini."
Alya merona mendengar pujian itu, senyum merekah di wajahnya. "Terima kasih, David," jawabnya. "Kau juga terlihat tampan."
David menarik kursi untuknya, dan Alya duduk. Seorang pelayan datang untuk mengambil pesanan minuman. David dengan sigap memesan sampanye, sementara Alya memilih jus jeruk.
"Sampanye?" tanya Alya, sedikit bingung. "Bukankah terlalu dini untuk merayakan?"
David tertawa pelan. "Tidak juga," katanya. "Ini perayaan untuk kita, perayaan makan malam pertama kita sebagai pasangan resmi."
Alya tersenyum, merasakan hangatnya perhatian David. "Aku suka sekali dengan pemikiranmu," kata Alya, merasa bahagia.
Begitu minuman datang, mereka pun melanjutkan dengan memilih makanan. David memesan steak medium rare, sedangkan Alya memilih pasta carbonara yang kaya rasa. Mereka berbincang-bincang ringan sambil menunggu makanan datang. Tentang pekerjaan, keluarga, dan rencana liburan yang ingin mereka lakukan ke suatu tempat eksotis.
"Kau tahu," kata David, meletakkan gelasnya dengan hati-hati. "Aku sangat gugup."
Alya memandangnya dengan sedikit kebingungannya. "Gugup? Kenapa?" tanya Alya sambil tertawa ringan.
David menghembuskan napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Ini makan malam pertama kita. Aku ingin semuanya berjalan dengan sempurna. Aku ingin kau merasa istimewa," jawab David dengan serius.
Alya tertawa, namun suaranya lembut dan penuh pengertian. "Tidak perlu sempurna, David," katanya, menatapnya penuh kasih sayang. "Yang penting adalah kita bersama, dan ini sudah cukup sempurna untukku."
David tersenyum lega, perasaan gugupnya sedikit mereda. Mereka kembali menikmati suasana makan malam, bertukar cerita tentang kenangan lucu dan pengalaman-pengalaman kecil yang membuat mereka tertawa.
Tak lama kemudian, makanan mereka pun datang. Makanan lezat itu disajikan dengan indah, membuat perut mereka semakin lapar. Mereka makan dengan lahap, sesekali bertukar pandang dan saling tersenyum. Keheningan yang nyaman melingkupi mereka, hanya ada suara sendok garpu yang beradu dengan piring.
Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. David tersedak, batuk-batuk hebat dan meraih gelas air dengan tangan gemetar. Alya terkejut dan segera mengambil gelas lainnya, menyodorkannya kepada David.
"David, kau baik-baik saja?" tanya Alya dengan wajah penuh kekhawatiran. Tangannya menggenggam tangan David yang masih bergetar.
David menggelengkan kepala, masih batuk hebat. "Aku… aku hanya tersedak," jawabnya sambil berusaha menenangkan diri.
Alya menepuk-nepuk punggung David dengan lembut, berusaha menenangkan. "Tenang, David," katanya, mencoba untuk tidak panik. "Aku di sini. Ambil napas dalam-dalam."
Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa sangat panjang, batuk David mereda. Dia tersenyum malu, merasa canggung. "Maaf," katanya, tersenyum kecut. "Aku… aku sedikit terburu-buru."
Alya tertawa kecil, suasana menjadi lebih ringan. "Tidak apa-apa, David," jawab Alya, matanya berbinar. "Itu lucu sekali."
David ikut tertawa, merasa lega. Mereka melanjutkan makan dengan lebih santai setelah insiden tersebut, berbincang tentang hal-hal ringan dan lebih banyak bercanda. Alya merasa senang bisa menikmati momen ini bersama David tanpa beban.
"Sebenarnya, ada satu hal lagi yang ingin aku lakukan setelah makan malam ini," kata David, sambil tersenyum misterius. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat istimewa."
"Tempat istimewa?" Alya bertanya dengan suara penuh rasa ingin tahu. "Di mana?"
David tersenyum sambil meliriknya dengan tatapan penuh kasih sayang. "Itu rahasia," jawabnya dengan nada menggoda. "Kau akan suka sekali di sana."
Alya menatapnya penasaran. "Oke, David," jawab Alya, suara penuh keingintahuan. "Aku sudah sangat penasaran."
Setelah makan malam selesai, David mengantar Alya pulang. Di dalam mobil, mereka saling bertukar cerita ringan, sementara tangan David memegang tangan Alya dengan lembut. Alya tidak menolak, malah membalas genggamannya, merasa nyaman dan bahagia.
"Terima kasih sudah menikmati makan malam bersamaku, Alya," kata David dengan suara lembut, tatapannya penuh arti. "Malam ini sangat berarti bagi aku."
"Sama-sama, David," jawab Alya dengan senyum yang tulus. "Malam ini sangat berkesan bagi aku juga."
David tersenyum lebih lebar, matanya menunjukkan kebahagiaan yang sama. "Aku senang kau menikmatinya. Tapi aku ingin melanjutkan ke tempat istimewa yang sudah aku siapkan."
Alya mengangguk dengan semangat. "Aku tidak sabar!" serunya, matanya berbinar penuh harapan.
Akhirnya, mobil David berhenti di depan sebuah bangunan besar yang bercahaya indah di malam hari. Alya terkejut melihat tempat itu. "Ini apa, David?" tanyanya, kebingungan.
David tersenyum sambil membuka pintu mobil untuk keluar. "Ini planetarium," jawabnya. "Aku tahu kau suka sekali menatap bintang. Aku pikir ini tempat yang sempurna untuk kita."
Alya menatap bangunan itu dengan penuh takjub. "Wah, indah sekali," kata Alya, matanya terbuka lebar. "Aku belum pernah ke planetarium sebelumnya."
David tersenyum penuh arti. "Aku ingin berbagi sesuatu yang istimewa denganmu," katanya. "Kita akan melihat bintang bersama."
Mereka berjalan bersama menuju pintu planetarium. Di dalamnya, suasana sangat mewah dan modern, dengan cahaya lembut yang menambah kesan misterius. "Alya," kata David, matanya menatap penuh cinta, "Aku ingin menunjukkan padamu bintang-bintang yang selalu menyertai kita."
Alya hanya bisa tersenyum manis, merasa terharu. "Aku sangat senang, David," jawabnya dengan lembut.
Mereka duduk di kursi yang nyaman, dan lampu pun mulai padam. Sebuah layar besar menyala, menampilkan gambar-gambar bintang dan planet yang indah di luar angkasa. Suasana sangat romantis, dan Alya merasakan betapa istimewanya malam itu.