Deskripsi
Perjalanan hidup seorang gadis perantauan, hidup dikota dengan harapan bisa merubah ekonomi keluarga nya.
Sebut saja Aisha, dia terkenal dengan sikap nya yang terkesan dingin, tak pandai berteman dan sering memilih untuk menyendiri.
Kesendirian itulah yang membuat nya bertemu dengan gadis cantik keturunan Korea.
Pertemuan itu pun akhirnya membuat Aisha nyaman dan memilih untuk berteman dengan gadis Korea yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata teman-teman kerja nya.
Bagaimana kisah Aisha yang berteman dengan hantu?
Ikuti keseruan ceritanya hanya di novel karya putri cobain.
Silahkan membaca, ditunggu like komen dan jangan lupa subscribe nya, biar semangat update nya 😃😃🙏 terima kasih sebelumnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari liontin Ara
Setelah kembali dari rumah Rey, Sean dan Aisha pun kembali ke pondok pesantren guna memberi tahu tentang hilangnya Rey.
Setibanya di pondok, pak Hadi yang mereka cari ternyata sudah tidak ada ditempat nya, mereka hanya ditemui beberapa santri yang memberi tahu jika pak Hadi pergi ke pondok pesantren.
"Bagaimana ini Sean, kita harus ikut kesana."
Ujar Aisha yang mengajak Sean.
"Iya, terserah kamu saja, tapi untuk apa juga kita kesana."
Tanya Sean pada Aisha.
"Ada yang harus kita ambil dari sana."
Jawab Aisha yang langsung menarik Sean untuk pergi.
Dengan berboncengan sepeda motor, mereka berdua pun sampai di belakang pabrik.
"Kenapa harus lewat belakang?, kenapa tidak lewat depan saja."
Tanya Sean yang merasa tidak mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan Aisha.
"Tidak bisa lewat depan, bahaya jika sampai di tanya-tanya polisi nanti."
Jawab Aisha kembali.
"Tinggal kita jawab saja, apa susahnya Sha, siapa tahu mereka bisa bantu kita."
Ujar Sean pada Aisha.
"Mikir sedikit lah Sean, tidak ada kekuatan hukum jika tidak ada bukti."
Jawaban Aisha yang membuat Rey terdiam.
"Sebaiknya kita cepat naik, jangan banyak bicara saat di dalam."
Ucapan Aisha yang memberi peringatan pada Sean.
Sean pun hanya menundukkan kepalanya, dan mulai membantu Aisha untuk naik ke atas tembok pabrik.
Tak beberapa lama, mereka pun akhirnya bertemu dengan pak Hadi yang sudah lebih dulu tiba di sana.
"Aisha, untung kamu cepat datang."
Sambutan hangat dari pak Hadi yang ternyata sudah lama menunggu.
"Apa sudah ketemu pak?."
Tanya Aisha pada pak Hadi.
"Belum sha, coba kamu ingat, dimana kejadian itu terjadi, apapun itu yang menyangkut dengan teman kamu."
Ujar pak Hadi yang menyangka jika Ara adalah teman Aisha.
Aisha pun langsung berpikir, bagaimana cara nya agar bisa melihat kembali masa lalu yang kadang muncul dengan sendirinya.
"Lihat gua Sha, coba lu tatap mata gua."
Ujar Sean yang terdengar konyol.
"Ya elah,,, ini bukan waktunya untuk bercanda, cepat sedikit lah, kita sudah tidak nyaman disini."
Ucapan beberapa santri yang di bawa oleh pak Hadi.
Aisha pun berpikir sama dengan para santri, menganggap Sean sedang mencoba untuk menggoda nya.
"Sha!, lihat mata gua, ada Ara disetiap detik gua membuka mata, apa lu sama dengan mereka, gua serius."
Teriak Sean yang langsung memegang Aisha yang kini tepat berhadapan dengan nya.
Entah ada apa dengan Aisha, saat matanya menatap tajam mata Sean, tiba-tiba semua kejadian itu seakan tergambar jelas di mata Aisha.
"Ara!, ara cepat pergi."
Teriak Aisha histeris yang tanpa sadar dengan apa yang sedang dilihat nya.
"Hentikan!, jangan sakiti Ara, dia ingin bersama dengan Sean, aku mohon."
Teriak Aisha yang membuat semua mata tertuju pada Sean.
Saat itulah, momen terakhir Ara dan Sean bersama, dan terlihat jelas saat Ara memakai kan kalung dileher Sean.
"Kalung itu ada pada kamu!, kenapa tidak bilang dari awal."
Ujar salah satu santri pak Hadi.
"Tunggu sampai selesai, lu nggak tahu apa-apa!."
Jawab Sean dengan tatapan mata nya yang tajam.
Melihat sorot mata Sean, santri itupun sedikit merasa takut, entah kenapa Sean lebih terlihat menakutkan saat dia marah.
"Sean!, gua tahu dimana liontin itu."
Jawab Aisha yang terlihat sangat ketakutan.
"Dimana Sha!, apa kamu sudah tahu?."
Tanya pak Hadi yang merasa sedikit lega.
"Ada di balkon, dibawah nya ada sumur, disana liontin itu berada."
Jawab Sean dengan tangan nya yang gemetaran.
"Sha, lu kenapa?, apa yang lu lihat tadi?."
Tanya Sean penasaran dengan apa yang dilihat oleh Aisha.
"Kita harus lapor polisi, kita tidak bisa jika bertindak sendiri."
Tangis Aisha kini semakin pecah.
"Apa yang sebenarnya terjadi Sha, jelaskan sedikit, jangan buat gua semakin penasaran."
Ujar Sean yang melihat wajah Aisha.
"Disana, mereka membuang jasad ke tujuh tubuh itu."
Jawab Aisha yang membuat semuanya terbelalak.
Dengan cepat, mereka pun langsung bertemu dengan petugas kepolisian dan meminta izin untuk masuk ke dalam balkon, dengan alasan ada mayat yang tertinggal di sana.
Mendengar ucapan itu, para petugas pun langsung bergegas ke tempat yang disebutkan oleh pak Hadi selaku pelapor.
Butuh waktu lama untuk mengecek keadaan didalam sumur tua itu, dan benar saja, saat penutup nya di buka barulah tercium aroma busuk yang menusuk hidung.
Disaat itulah, para petugas kepolisian pun akhirnya mulai turun kebawah, dan benar saja, bukan tubuh manusia yang mereka temukan, namun ada beberapa tengkorak manusia yang di perkirakan sudah meninggal dalam waktu yang lama.
"Astaghfirullah, benar saja, ternyata bukan korban kebakaran, mungkin ini korban pembunuhan."
Ujar pak Hadi yang berbicara pada petugas kepolisian.
"Bagaimana bapak bisa tahu, saya minta keterangan bapak untuk dijadikan saksi nanti nya."
Jawab pak polisi yang harus mencari tahu siapa pelakunya.
"Lapor!, kondisi korban yang satu masih utuh."
Teriak petugas kepolisian.
"Coba angkat, apa korban masih hidup!."
Tanya polisi yang berada di atas.
"Tewas pak, sepertinya sengaja di awetkan."
Jawab petugas yang sedang memeriksa keadaan korban.
"Bantu naikin, siapa tahu kita bisa menemukan bukit dari penemuan ini."
Jawab petugas kepolisian yang sudah siap untuk menerima korban yang masih utuh.
Betapa kagetnya Aisha dan juga Sean, ternyata mayat yang sengaja di awetkan adalah mayat Ara.
"Tidak!, Ara!!, benarkah itu kamu?."
Teriak Sean yang langsung ingin memeluk tubuh Ara.
"Jangan di sentuh, kita butuh sidik jari untuk mencari siapa pelakunya."
Ujar pak polisi yang langsung menahan Sean yang ingin memeluk Ara yang sudah kaku.
"Tahan Sean, benar apa yang dikatakan pak polisi, kita butuh sidik jari untuk mencari tahu pelaku utamanya."
Ujar Aisha yang juga ikut menahan Sean.
"Sekarang lu percaya Sha!, apa dia sama dengan Ara yang lu lihat."
Tanya Sean yang bertanya pada Aisha.
"Benar Sean, dia Ara dengan baju yang sama persis dengan yang sering terlihat."
Jawab Aisha yang terdengar oleh polisi yang sedang berada di samping nya.
"Apa yang sedang kalian berdua bicarakan, apa kalian kenal dengan korban?."
Tanya petugas kepolisian kembali.
Keduanya pun saling bertatapan dan mengangguk kan kepala mereka.
"Inalillahi, kenapa tengkorak kepala nya terpisah semua."
Ujar pak Hadi yang ikut melihat proses pengangkatan mayat itu.
"Sepertinya mereka sengaja di mutilasi kepala nya."
Jawab salah satu santri yang memegang erat tangan pak Hadi.
"Benar-benar sadis, sepertinya ini pembunuhan berencana."
Ujar pihak kepolisian yang masih hanya menduga.
"Pasti pelaku nya lebih dari satu, melihat korban yang berjumlah banyak."
Ujar polisi yang lainnya.
"Ini kasus besar, pasti ada sesuatu dibelakang semua ini."
Ujar polisi yang lainnya.
"Bagaimana bisa, kenapa mereka sengaja membuat Ara masih utuh."
Ucap Sean yang langsung duduk di samping sumur tua itu.
"Sabar Sean, kita pasti bisa memecahkan masalah ini."
Jawab Aisha yang berusaha untuk menguatkan hati Sean.
"Kalian semua harus mati, gua nggak peduli jika nyawa gua lagi."
Teriak Sean yang tiba-tiba histeris.
Saat melihat wajah Ara, Aisha pun dibuat kaget saat ada sesuatu yang terjatuh dari tangan Ara, dan ternyata liontin yang mereka cari ada di genggaman Ara.
Dengan cepat, Ara pun menyembunyikan kalung itu, sebelum polisi melihat nya.
lanjutkan semangat menulis dan berkarya selalu