Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Matang dan tampan
Sejak tadi, Anga terus memandangi wajah Aditya yang sudah terlelap. Dengkuran halus dari suaminya menandakan jika pria itu benar-benar terlelap dalam tidurnya.
Anga menyeka keringat tipis yang muncul di dahi Aditya. Anga tau kalau suaminya itu pasti kelelahan sampai terlelap begitu cepat padahal baru saja mereka berbaring.
Melihat wajah lelah Aditya itu membuat Anga merasa sedih. Entah mengapa melihat wajah suaminya saat tertidur seperti itu membuat Anga ingin menangis. Apalagi kalau mengingat suaminya sedang landa maslaah di kantornya. Anga semakin merasa sedih.
"Maafin Anga Mas. Anga melakukan ini karena Anga nggak mau nyusahin Mas"
Anga semakin meringsek maju pada suaminya. Dia melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya dan menjadikan bahu Aditya sebagai bantalnya.
Air mata Anga sudah mengalir tanpa ijin. Semoga Aditya tidak marah jika mengetahui pekerjaan Anga suatu saat nanti.
"Maafin Anga ya Mas" Anga mengeratkan pelukannya. Dia juga merasa lelah karena pertama kalinya dia bekerja seperti tadi.
🍀🍀🍀
Keesokan harinya....
Aditya terbangun karena sudah masuk waktu subuh. Senyum tipis menghiasi wajahnya karena subuhnya di sambut wajah polosan istrinya yang tanpa make up.
Anga begitu cantik di matanya saat tidak menggunakan make up seperti ini. Tapi memang setiap harinya Anga juga tidak pernah menggunakan make up yang berlebihan, tapi Aditya lebih suka Anga yang seperti saat ini.
Sebenarnya Aditya tak rela melepas Anga yang masih terlelap sambil memeluknya, tapi dia harus segera menunaikan kewajibannya. Aditya bahkan tak menyadari kapan Anga bergerak memeluknya seperti itu.
Mungkin dia terlalu lelah sehingga benar-benar terlelap dalam tidurnya. Atau Aditya yang terlalu nyaman di peluk Anga hingga tertidur sampai pagi.
"Dek?? Bangun yuk, udah subuh" Aditya mengusap lembut pipi Anga.
"Dek??"
Mata dengan bulu mata lentik itu mulai bergerak, meski tak kunjung terbuka.
"Bangun Dek" Bisik Aditya dengan suara seraknya.
"Anga lagi dapet Mas. Libur dulu" Jawab Anga dengan bergumam.
"Ya udah kalau gitu Mas subuh dulu. Habis itu Mas mau joging ya?? Kamu tidur lagi aja"
"Iya Mas"
"Tapi lepas dulu pelukannya dong. Kalau gini gimana Mas mau bangun??" Goda Aditya.
Anga yang merasa malu langsung berguling ke samping sampai memunggungi Aditya. Dia sampai lupa kalau dia masih memeluk pinggang keras tapi nyaman milik suaminya.
Aditya hanya bisa terkekeh sambil berlalu keluar dari kamar karena melihat tingkah menggemaskan istrinya yang masih sering malu-malu kepadanya.
Tapi beberapa menit berlalu...
Tidur Anga kembali terusik karena suara klakson dari Mang Ade. Tukang sayur yang sering berhenti di depan rumah Aditya.
Anga ingat akan janjinya yang ingin membuatkan bekal untuk Aditya setiap hari. Anga buru-buru bangun untuk ke depan membeli sayur.
"Eh Neng Anya. Mau masak apa hari ini baut Mas Adit??" Goda Mang Ade tanpa lelah karena terlalu sering menggoda Anga.
Di sana juga sudah ada Mba Sri dan ibu-ibu lainnya yang sering Anga lihat di tukang sayur.
"Masak apa ya Mang enaknya?? Aku juga bingung"
"Masak yang simpel aja, buat bekal toh??" Tanya Mbak Sri.
"Iya Mbak, Anga kan pernah bilang kalau mau buatin bekal buat Mas Adit. Ternyata Mas Aditya suka, jadi semangat deh"
"Wah, ternyata Neng Anya ini masih kuliah tapi bisa jadi istri idaman ya??" Suara Bu Neneng membuat Anga tersipu malu.
"Masih belajar Bu" Sahut Anga.
"Seandainya Neng belum nikah sama Mas Adit, Ibu punya anak bujang loh Neng" Imbuh Bu Yuyun.
"Ah Ibu bisa aja" Padahal batin Anga menjawab kalau pria lain belum tentu menerima Anga sepeti Aditya menerimanya. Mereka juga tidak tau kalau Anga sebelumnya tak bisa apa-apa.
Anga sanksi kalau Bu Yuyun mau menerima Anga sebagi menantunya.
"Mau Mbak ajarin nggak masaknya??"
"Nanti Anga lihat youtube aja Mbak. Lagian ini masih pagi waktunya Mbak Sri masak buat Mas Wandi dan anak-anak"
"Ya udah kalau gitu. Mbak duluan ya" Pamit Mbak Sri karena sudah selesai dengan belanjaannya.
Begitupun Anga yang kembali masuk ke rumah dan langsung menuju dapur. Anga menyepol rambutnya dengan tinggi tak lupa ponsel yang menyala memutar video resep masakan yang ingin dia buat.
Setengah jam lebih Anga berkutat di dapur dengan segala bahan masakannya. Kini Anga tengah menggoreng Ayam yang telah ia marinasi sebelumnya.
"Awww!!" Pekik Anga saat tangannya terkena cipratan minyak akibat letupan dari ayam yang ia goreng.
"Ssshh, panas banget" Anga meniup tangannya yang terkena minyak.
Tapi ada seseorang yang langsung menariknya menuju wastafel. Menyiram luka Anga dengan air yang mengalir dari kran.
"Kalau kena minyak panas atau api, langsung dinginkan dengan air mengalir kaya gini selama beberapa menit"
"M-mas??" Anga baru sadar ternyata suaminya sendiri yang sedang menolongnya.
"Kamu kok udah masak sih?? Mas kira tadi kamu tidur lagi" Aditya masih memegangi tangan Anga yang masih di diinginkan dengan air yang mengalir.
"Anga tadi emang tidur lagi Mas. Tapi Anga bangun karena mau buat sarapan sama bekal makan siang punya Mas"
"Kamu nggak masak bekal buat Mas juga nggak papa kok Dek, dari pada tangan kamu luka kaya gini" Aditya meraih tisu untuk mengeringkan punggung tangan Anga.
Pria itu juga langsung membalik ayam yang hampir saja gosong di tinggal oleh Anga.
"Namanya juga lagi belajar Mas. Besok kalau udah terbiasa juga enggak"
Aditya melihat tatapan sendu dari Anga. Dia merasa tak tega karena takut Anga salah paham dengan ucapannya.
"Ya sudah, tapi hati-hati ya masaknya" Aditya kembali meraih tahan Anga. Pria itu meniupnya dan mengusap sisi sisi tangan Anga yang mulai memerah untung saja tidak melepuh.
"Iya Mas" Anga baru sadar kalau baju aditya basah karena keringat hingga mencetak jelas otot-otot dada dan juga perutnya, membuat Anga semakin mengakui pesona pria matang itu.
Anga malah jadi semakin tak percaya diri, di luar sana pasti banyak sekali yang menginginkan Aditya. Entah itu teman kantornya, atau nasabahnya sendiri.
Tampaknya Anga harus siap untuk bersaing dengan mereka semua. Sepertinya tak akan mudah untuk menjadi istri dari pria matang dan tampan seperti Aditya.
"Iya Mas"
"Nanti Mas ambilkan obat biar luka kamu terasa dingin"
Anga hanya bisa mengangguk dengan senang karena terlalu di perhatikan suaminya. Kalau begini, bagaimana Anga tidak bucin pada suaminya sendiri.
"Nanti kamu pulang malam lagi Dek?" Tanya Aditya tiba-tiba.
"I-iya Mas" Anga tidak siap saat Aditya kembali bertanya soal itu.
"Nanti Mas jemput ya??"