Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Mulai bab ini saya akan menggunakan PoV 3, ya...
.
.
Clara keluar ruangan atasannya itu dengan kesal, perubahan raut wajahnya terlihat dengan jelas. Hingga, salah satu teman satu divisinya menegurnya.
"Kenapa muka kamu? Dimarahi bos?" tanya Kania.
Clara menggeleng. "Itu istrinya Pak Raka seenaknya aja mengusirku. Memangnya dia siapa? Bos kita aja ga ngusir aku," jawab Clara.
"Yakin? Pak Raka ga ngusir kamu? Lagian ngapain masih berdiri di dekat ruangan Pak Raka. Jelas-jelas dia nungguin istrinya. Lihat tuh, bos sering mual-mual. Pasti, istrinya sedang hamil," balas Kania.
Perempuan itu terdiam menatap pintu ruangan Raka. Entah apa yang dilakukan oleh kedua insan yang berstatus sebagai suami istri itu. Padahal, dia sudah memberikan kode pada atasannya itu ingin membantu.
"Terus kalau hamil kenapa? Bagus dong ya, siapa tahu Pak Raka tidak puas dengan pelayanan istrinya dan mencari wanita lain. Wajahnya saja tidak cantik-cantik amat. Lebih cantik wajahku," ujar Clara tanpa tahu malu.
Kania menggeleng karena memahami keinginan Clara. Perempuan di sampingnya itu baru menjadi asisten Raka hingga membuat dirinya tinggi hati. Dia pikir bisa menaklukkan hati Raka.
"Sembarangan kamu kalau bicara. Pak Raka itu tidak mungkin mendua. Lagi pula istrinya itu juga merupakan teman dari istri CEO kita. Jadi, kamu harusnya tahu diri. Kita tidak selevel dengan dirinya," ucap Kania yang memang sudah lebih lama bekerja di perusahan.
Raka memang bekerja di Perusahaan Davis. James tidak mungkin lupa dengan semua kebaikan yang pernah Raka berikan pada Silvia. Walaupun Raka sepertinya menyukai Silvia, tetapi James berusaha untuk mengabulkan permintaan sang istri yang ingin agar Raka diterima bekerja di perusahaan.
Kecakapan Raka dalam bekerja menjadi nilai tambah dan saat ini dia sudah menduduki posisi manager. Pun dengan Gendhis sejak menikah tidak lagi mengelola usaha yang dirintis oleh Silvia. Toko rotinya telah dikelola dengan orang lain yang juga mempuni di bidangnya.
"Yah, kita lihat saja nanti, Kania. Aku pasti bisa mendapatkan Pak Raka," tukas Clara penuh percaya diri.
"Tanggung sendiri akibatnya bila masih ingin meneruskan rencanamu. Aku sudah mengatakan kalau istri Pak Raka itu bukan wanita sembarangan, kalau kamu nekad. Kamu sendiri yang akan menerima semua risikonya," gumam Kania yang kembali berkutat dengan pekerjaannya.
Clara memang perempuan yang ambisius, dari dulu dia memimpikan memiliki suami mapan seperti Raka. Jadi, ketika memiliki kesempatan untuk terus berada di samping pria itu dengan menjadi asistennya, tentu tidak dia abaikan begit saja.
Sementara itu, dalam ruangan Raka. Pria itu membuka kancing baju sang istri. "Sudah selesai, pekerjaannya?"
"Hmm... Biar aku menyusu sedikit, Sayang..."
Namun, sang istri langsung mendorong sang suami. Dia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Sudah waktunya untuk pulang.
"Kita lanjutkan saja di rumah," ucap Gendhis mengambil tas tangannya.
Raka berusaha untuk menahan dirinya sendiri. Dia berdiri kemudian menggandeng sang istri keluar dari ruangannya. Ketika melewati meja Clara, pria itu tidak menghentikan langkahnya sama sekali. Raka memilih untuk mengabaikan Clara, tetapi perempuan itu memanggilnya.
"Pak, maaf. Bagaimana dengan meeting sore ini?" tanya Clara yang lupa mengkonfirmasi pada Raka.
"Jadwalkan ulang saja, saya ada urusan mendesak. Besok saja kita meeting dengan client tersebut," jawab Raka.
"Tapi, Pak..."
Raka membalasnya dengan menatap Clara dengan tajam. Saat ini, dia tidak ingin diganggu karena masalah pekerjaan sekali pun. Sebenarnya, dia ingin segera mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai manager, karena Raka ingin membangun usaha sendiri.
Hanya saja, dia membutuhkan waktu untuk mematangkan rencananya. Oleh karena itu, Raka masih harus bekerja di perusahaan cabang milik James itu. Raka pun tidak ingin memiliki hubungan yang berkaitan dengan Silvia, Gendhis pasti akan cemburu bila dia masih bertemu Silvia walau hanya masalah pekerjaan.
"Aku tidak ingin diganggu saat ini. Jadi, kamu harus bisa mengundurkan jadwal meeting kita," tukas Raka kemudian pergi sambil merangkul pinggang Gendhis.
Di lift, Gendhis mengatakan sesuatu yang membuat Raka sedikit terkejut. Wanita itu mengungkapkan ketidaksukaannya pada Clara secara gamblang.
"Perempuan itu menyukaimu, aku tidak suka bila kamu berada dekat dengannya. Apa tidak ada asisten lain? Ke mana asisten kamu sebelumnya?" tanya Gendhis dengan nada yang dibuat sedatar mungkin.
Dalam pikiran Gendhis, mereka baru saja berbaikan. Walau hatinya dipenuhi dengan perasaan cemburu, Gendhis berusaha untuk mengontrol dirinya.
"Mbak Zahra mengundurkan diri karena ikut bersama suaminya. Jadilah, kami merekrut orang baru untuk menjadi asistenku. Tentu dengan seleksi dan kualifikasi yang sesuai," jawab Raka tidak ingin disalahkan oleh Gendhis.
"Hmm... Aku tebak kalau single dan berpenampilan menarik menjadi salah satu kualifikasinya," tukas Gendhis membuat udara di lift dipenuhi suasana yang mencekam.
Raka meneguk ludahnya sendiri. Dia bahkan tidak ikut campur dalam proses rekrutmen dan hanya menerima dari bagian HRD. Tidak menyangka kalau istrinya yang sedang hamil ini mempermasalahkan hal tersebut.
Kehadiran Clara memang baru beberapa minggu, tetapi Raka memang merasakan gadis itu memperhatikannya dengan cara yang berlebihan. Belum lagi, ketika dia masih cuti untuk mencari Gendhis, gadis itu menghubunginya.
"Aku akan memindahkannya ke divisi lain kalau kamu memang tidak menyukainya,"gumam Raka.
"Hmm.... Itu pun kalau kamu bisa, kan? Aku tidak ingin menjadi istri pencemburu. Hanya saja, aku tidak bisa mempercayai perempuan yang ingin melemparkan tubuhnya pada suamiku," ujar Gendhis dengan sinis.
Raka merangkul tubuh Gendhis. "Aku tidak akan mungkin mengkhianatimu. Bahkan, mendekatinya saja sudah membuatku mual," balas Raka.
"Yah, itu karena anak kita tidak suka dengan perempuan gatal!"
"Sudahlah, dari pada kamu marah terus, lebih baik kita ke hotel saja," tukas Raka kemudian dipelototi oleh Gendhis. "Aku akan membuatmu tidak tidur malam ini, Sayang," bisik Raka dengan jahil kemudian mendahului wanita itu menuju mobilnya.
"Aku tidak mau..."
"Tidak ada penolakan, kamu milikku selamanya, Dhis," balas Raka melajukan mobilnya menuju hotel terdekat karena dirinya sudah tahan menahan hasrat semenjak kehadiran Gendhis di ruangannya.
***
Bersambung....
Terima kasih telah membaca.
Ambisinya bikin otaknya jd gk waras.. mending jd ja* lang aja sekalian..
sekarang bisa bilang begitu ga mau menikah, belum ketemu aja kamu sama pawang yg klop, bakal lebih bucin nanti.