Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Rencana Damian
Maxime menggendong tubuh Amelia keluar dari Mansion dikuti oleh Lulu dari belakang. Mereka harus segara sampai di helipad agar bisa pergi dari tempat ini yang sudah tidak aman lagi.
Saat helikopter sudah mengudara, Maxime mulai berpikir kemana ia harus membawa Amelia pergi. Ia yakin Kakek Armand saat ini sedang mencari keberadaan Amelia. Beruntung saat ini Daddy dan Grandmanya sedang berada di Indonesia untuk menghadiri aqiqah dari anak bungsu Emily. Sehingga mereka tidak akan terlibat dalam kekacauan ini. Ia tahu betul sifat Kakek Armand, ia pasti akan menyandera orang-orang yang berhubungan dengan musuhnya.
Ting
Damian
📩:Max, sepertinya kau sedang menjadi buruan Kakek Armand. Sebaiknya kau berhati-hati.
Maxime terdiam setelah membaca pesan dari sahabatnya. Ia tahu hari ini pasti akan terjadi karena Kakek Armand pasti tidak akan melepaskannya begitu saja, begitu banyak rahasia kejahatan Kakek Armand yang ia ketahui.
Maxime membalas pesan Damian dan meminta untuk sahabatnya itu untuk tidur mengikuti langkahnya agar bisa menjadi mata-mata untuknya dan memberitahunya apa saja yang sedang di tengah direncanakan Kakek Armand untuknya.
"Max...kita akan kemana?," tanya Amelia memecah keheningan yang terjadi.
Maxime tersenyum tipis pada Amelia."Ke tempat dimana kita aman sayang," jawab Maxime menggenggam jemari tangan Amelia dengan lembut memberikan rasa nyaman dan juga aman pada Amelia.
Amelia tidak lagi bertanya dan memilih untuk diam. Ia pasrah kemana Maxime membawanya asalkan bersama pria itu. Jujur ia tidak takut untuk menghadapi musuh karena ia dulu pernah terlatih. Semalam ia memilih bersembunyi karena ia tidak mungkin menghadapi musuh dengan tangan kosong.
Tidak lama helikopter yang ditumpangi Maxime mendarat sempurna di helipad yang ada diatap sebuah bangunan yang cukup besar di tengah hutan yang rimbun. Maxime meminta Lulu untuk turun terlebih dahulu dan barulah ia dan Amelia turun dari helikopter.
Maxime menatap tajam Lulu yang tampak mencurigakan. Gerak gerik gadis ini tampak tidak biasa. Namun sebelum mereka memasuki bangunan itu Maxime mengeluarkan senjata apinya dari balik jasnya dan dengan sangat terpaksa ia harus menghabisi Lulu.
"Max...a-apa yang kau lakukan?," pekik Amelia melihat Lulu jatuh tepat di hadapannya.
"Aku tidak membutuhkan orang yang sudah berkhianat dengan kita Amel. Dia hanya akan menjadi sumber masalah untuk kita nantinya," jawab Maxime dengan tatapan tenang lalu mengambil benda kecil yang terselip di balik pakaian Lulu yang merupakan alat pelacak. Ia yakin ini adalah ulah Kakeknya dan ia tidak sebodoh itu.
Dia mengambil alat pelacak itu dan meminta pilot helikopternya untuk membuang benda itu jauh dari tempat ini. Tidak hanya itu Maxime juga mengambil ponsel Lulu dan memeriksanya. Pria itu meremas dengan kuat ponsel maidnya itu, ternyata Lulu lah orang yang sudah dipaksa untuk menjadi mata-mata Kakeknya. Sejak awal ia sudah curiga kenapa Lulu selamat dan anak buah Kakek Armand tidak sebodoh itu tidak bisa menemukan keberadaan Lulu. Maxime melemparkan ponsel itu keatas lantai hingga tidak berbentuk lagi.
Maxime meminta penjaga yang berjaga di depan bangunan besar itu untuk membereskan mayat Lulu lalu membawa Amelia untuk memasuki bangunan itu. Dia tidak mempedulikan apa yang dipikirkan sang kekasih tentangnya. Amelia sudah tahu jika dirinya pernah berkecimpung di dunia hitam dan gadis itu pun pernah bergabung sebelumnya.
"Max... kamu yakin jika mereka tidak akan menemukan kita?," tanya Amelia saat Maxime mendudukkannya di sebuah sofa yang sangat mewah.
"Jika mereka menemukan bangunan ini. Mereka tidak akan pernah bisa masuk karena sistem keamanan bangunan ini berlapis," jawab Maxime ikut mendudukkan dirinya disebelah Amelia.
"Lalu bagaimana dengan perusahaanmu Max?," tanya Amelia.
Maxime menoleh pada Amelia."Jangan memikirkannya sayang, aku sudah mengatasinya. Yang terpenting sekarang itu keamanan kamu karena Kakek Armand saat ini sedang memburumu," jawab Maxime.
"Kenapa Max?. Kenapa Kakek Armand ingin sekali aku menghancurkan pria yang bernama Lucas itu?," tanya Amelia. Pertanyaan yang sudah lama bersarang dikepalanya.
Maxime turun tahu harus menjawab apa sekarang. Ia tidak mungkin memberitahu Amelia hal yang sebenarnya. Ini semua terlalu cepat dan ia tidak ingin Amelia merengek untuk dipertemukan dengan Lucas.
"Max... kenapa kau diam saja?," tanya Amelia menyentuh bahu pria itu.
"Kau pasti memiliki perjanjian dengan Kakek saat setuju bergabung dengannya," jawab Maxime.
"I-iya. Tapi apakah hanya karena perjanjian itu saja atau memang ada alasan lainnya Max?," tanya Amelia.
"Lalu sampai kapan kita ada disini,Max?. Tidak mungkin bukan kita disini selamanya. Kita harus menghadapi mereka Max, bukan malah menghindari atau bersembunyi seperti ini," jawab Amelia.
Sejenak Maxime tertegun dengan perkataan Amelia. Gadis itu benar jika mereka tidak selama bisa lari dan terus bersembunyi. Mereka harus menghadapi mereka semua. Tapi yang menjadi masalah adalah pasukan Kakek Armand jumlahnya tidak main-main dan dia tidak mungkin menghadapi mereka semua hanya berdua saja. Ia memiliki anak buah tidak seberapa.
"Kita harus memiliki rencana yang matang untuk mengalahkan Kakek Armand, Amel," jawab Maxime.
"Oh ya... kamu mau makan apa? akan aku masakkan," tanya Maxime mencoba mengalihkan pembicaraan mereka. Ia akan menyusun strategi untuk mengalahkan Kakek Armand dan jika perlu ia akan mengambil alih semuanya yang menjadi haknya.
"Memangnya disini ada bahan makanan?," tanya Amelia dengan kening berkerut.
"Tentu. Mau makan apa?," jawab Maxime kembali bertanya dan berdiri dari duduknya.
"Asalkan halal akan aku makan," jawab Amelia membuat Maxime terkekeh. Iya melupakan sejenak jika kekasihnya ini adalah seorang muslim.
"Tunggu disini, akan aku buatkan," ucap Maxime melangkah meninggalkan Amelia.
"Tunggu Max, aku ikut," jawab Amelia mengikuti Maxime dari belakang. Amelia tidak menyangka akan ada bangunan semewah ini di tengah rimbunnya hutan.
"Waw... dapurnya sangat indah," puji Amelia saat memasuki area dapur.
"Kau suka?," tanya Maxime menatap Amelia yang sedang memindai sekelilingnya.
"Iya... sangat nyaman," jawab Amelia.
"Bagaimana jika kita sudah menikah nanti, kita tinggal disini," tanya Maxime membuat Amelia tampak terkejut dengan perkataannya.
"Menikah?," beo Amelia.
"Kenapa?. Kamu tidak mau menikah denganku?," tanya Maxime dengan tatapan penuh selidik. Ia sangat suka melihat ekspresi Amelia saat ini yang tampak salah tingkah dengan pertanyaannya.
"A-aku-- m-mau tapi tidak sekarang kan?," tanya Amelia dengan jantung berdetak kencang. Siapa juga yang tidak ingin menikah dengan sang pujaan hati tapi permasalahannya sekarang adalah mereka yang masih memiliki keyakinan yang berbeda.
"Kalau kau mau sekarang juga aku juga siap" jawab Maxime.
"Aku tidak mau menikah beda agama Max, aku butuh imam yang bisa membimbingku," ucap Amelia.
"Kalau begitu, sekarang bantu aku agar bisa memeluk agamamu. Dan setelah itu kita menikah," jawab Maxime.
Amelia memukul lengan Maxime."Tidak semudah itu Max, harus ada wali hakim yang menikahkan kita, saksi pernikahan dan juga aku ingin kita menikah dihadapan keluarga kamu juga," ucap Amelia.
"Baiklah... setelah semua permasalahan ini selesai kamu tidak ada alasan lagi menolak untuk aku nikahi," jawab Maxime.
"Dih... ngebet banget buat nikah," ledek Amelia menyembunyikan rasa gugupnya.
"Itu karena aku serius sama kamu Amel, aku tidak main-main dengan perasaanku padamu karena aku tidak ingin lagi kehilanganmu," jawab Maxime sukses membuat pipi Amelia bersemu merah.
Ting
Damian
📩; Max, satu-satunya jalan untuk mengalahkan pasukan Kakek Armand yaitu dengan kamu bergabung dengan Lucas. Bukankah dia Kakek kandungannya Amora. Jika kamu mengatakan hal yang sebenarnya pada Lucas, aku rasa dia mau membantumu.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..