• Cek umur sebelum membacanya.
Kendrick Davino Tan adalah seorang casanova, hidup dengan banyak wanita yang memuaskan gairahnya.
Dia bahkan menampung seorang wanita malam di mansion miliknya, yaitu Maurin. Maurin tak sendiri, dia bersama anak gadisnya, Zoya.
Yang diam-diam Ken jadikan fantasinya saat bercinta dengan Maurin dan banyak wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Berisik
Sore harinya Ken kembali ke mansion diantar oleh Ron. Pekerjaan hari ini cukup menguras pikirannya, hingga beberapa kali dia memijat pelipis dan menyugar rambutnya ke belakang.
"Tuan, proposal tentang pembangunan hotel Tannie Bight saya kirim lewat email," kata Ron sebelum Ken keluar dari dalam mobil.
Pria itu mengangguk. "Nanti aku cek. Bila sudah sempurna aku pasti menghubungimu." Jawabnya.
Ron mengangguk tanda mengerti, lalu dia membuka pintu, tetapi gerakannya terhenti karena Ken menahannya. "Tidak perlu membukakan pintu untukku, aku bisa sendiri. Kamu langsung pulang saja, Ron."
"Baik, Tuan."
Setelah itu Ken langsung keluar dari mobil yang dikendarai oleh Ron. Dia masuk ke dalam mansion dan naik ke atas, di mana kamarnya berada.
Begitu dia sampai pada anak tangga terakhir, dia tak langsung pergi ke kamarnya, matanya justru menatap ke arah pintu kamar Zoya.
Dia mengulum senyum kecil. Dan kembali bersemangat. "Aku harus menemui kelinci kecilku dulu." Ucapnya lalu kembali melangkah.
Ken membuka pintu kamar Zoya pelan-pelan, hingga benar-benar tak menimbulkan suara, lalu menutupnya kembali. Namun, saat dia mengedarkan pandangan matanya, dia tidak melihat gadis itu di dalam sana.
"Ke mana dia?"
Dan Ken mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, seketika senyumnya mengembang, sekarang dia tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zoya.
Ken memutuskan menunggu Zoya dengan berbaring di atas ranjang.
Hingga tak berapa lama kemudian, akhirnya gadis itu keluar hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya, handuk yang memiliki ukuran sebatas paha.
Kaki jenjangnya terekspos, pun dengan kedua buah dadanya yang sedikit menyembul. Rambut dan tubuh basahnya benar-benar membuat Ken langsung meneguk ludahnya.
Tatapan mata Ken, senantiasa mengikuti arah gerak Zoya.
Tanpa curiga sedikitpun Zoya melangkah ke arah lemari pakaian dan memilih satu dress rumahan.
Namun, saat dia hendak masuk ke ruang ganti, Zoya mendengar sebuah deheman, "Ehemmm." Yang membuatnya tersentak kaget, lalu memutar tubuhnya ke belakang.
"Daddy?" lirih Zoya. Bahkan saking terkejutnya, Zoya sampai menjatuhkan semua yang ada di tangannya dan reflek mencengkram handuk yang dia pakai.
Ken tersenyum smirk, dia bangkit dari atas ranjang dan berjalan ke arah Zoya.
Zoya mundur hingga punggungnya menyentuh lemari pakaian. Sementara matanya terus bersitatap dengan Ken yang semakin mendekat.
"Daddy, untuk apa Daddy kemari?" tanya Zoya.
Bukannya menjawab, Ken justru memegang pinggang ramping Zoya. Hingga tubuh mereka berhimpitan.
Aroma harum khas sabun menguar dari tubuh indah di depannya, Ken sampai memejamkan mata karena merasa sangat dimanjakan.
"Aku merindukanmu, Baby." Balas Ken dengan suaranya yang berat, dan tatapan yang mulai sayu.
Lalu tanpa diduga Ken langsung mengikis jarak, dan menjangkau bibir ranum itu. Mencium dengan buas seperti yang sudah sering dilakukannya.
Zoya yang tersentak kaget tak mampu untuk menolak. Gerakan cepat itu berhasil membodohinya. Ken dengan keahliannya menggigit kecil bibir Zoya.
Agar gadis itu memberikan akses lidahnya untuk dapat melesak ke dalam sana. Lumaatan itu terasa semakin memabukkan, kasar dan menyenangkan.
Hingga akhirnya Zoya dengan sendirinya membuka mulut, memberikan akses pada lidah Ken untuk melesak masuk.
Benda tak bertulang itu dengan lincahnya menyusuri rongga mulut Zoya. Membelit lidah gadis itu untuk masuk ke dalam mulutnya sendiri, dan berujung Ken sesap dengan begitu nikmat.
Dada Zoya membusung, dan tangan Ken tak tinggal diam. Dia hendak menarik handuk itu, tetapi tangan Zoya tak kalah kuat untuk mempertahankan dirinya, agar tak jatuh lagi pada permainan Ken.
Namun, tak ada kata menyerah dalam kamus pria itu. Ken menurunkan tangannya, merayapi paha mulus itu, hingga membuat sang pemilik tubuh kegelian.
"Dad, eungh!" lenguh Zoya saat pertautan itu terlepas.
Bibir Ken berganti menyusuri daun telinga Zoya, mengulumnya dengan gemas hingga basah, dan membuat gadis itu semakin bergerak kegelian. "Daddy belum menjelaskan siapa Kak Nora." ucap Zoya, masih berada di ambang kesadarannya.
"Itu tidak penting, Baby." balas Ken cepat.
"Tapi dia ada di kamar sebelah, Dad!" Tangan Zoya berganti mencengkram kedua bahu Ken, dan dia bisa merasakan senjata sang ayah yang mulai mengeras dari himpitan yang mereka ciptakan.
"Kalau begitu jangan berisik. Kita main pelan-pelan, Sayang."
"Dad, eungh!" Zoya menahan agar suaranya tidak lepas, meski intinya kini sudah hinggapi tangan nakal Ken.
Hingga akhirnya terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Zoya dari arah luar.
TOK TOK TOK
*
*
*
Hayo siapa🤣🤣🤣🤣
Beri aku anu agar anu gayssss 🤣🤣🤣🤣