Khalisa harus menelan pil pahit kala calon suaminya malah menikahi sahabatnya sendiri disaat pernikahan mereka hanya 1 minggu lagi. Sakit hati tentu saja Ia rasakan tapi karena tidak mau terlalu berlarut dalam kesedihan Ia akhirnya menerima tawaran Paman nya yang seorang Direktur sebuah rumah sakit untuk menjadi relawan di daerah terpencil.
Bertahun-tahun Ia menjadi relawan dan setelah semuanya selesai Ia memutuskan untuk pulang dan melepas rindu dengan keluarga nya. Namun, bukannya melepas rindu setelah pulang Ia malah harus menghadapi Arkana Xander Walton akibat perjodohan gila yang diatur keluarga nya.
" Tanda tangani kontrak itu! "
" Lebih baik batalkan saja pernikahan ini jika harus terikat kontrak. Aku tidak berminat untuk bermain dengan sesuatu yang sakral. "
Bagaimana kisah ke-dua nya yang harus bersatu disaat hati keduanya berbeda. Sanggup kah Khalisa hidup bersama Pria kejam nan gila seperti Arkan atau Ia akan menyerah.
Mari simak cerita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahrotul Wulandary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Bastian
Khalisa tersenyum kecut mendengar alasan pengawal Perempuan yang bersamanya. Pagi ini Ia langsung diboyong kerumah Suaminya meskipun orangnya tidak ada disini. Pengawal Perempuan yang Ia ketahui bernama Ayla itu memberitahu keluarga nya bahwa Suaminya sudah pergi pagi-pagi buta karena ada urusan mendadak di perusahaan sehingga tidak dapat pergi bersama.
Kenapa tidak bilang saja jika Pria itu pergi keluar negeri dan meninggalkan nya semalaman. Tapi Khalisa tidak berbicara apapun untuk menyanggah ucapan Ayla. Ia yakin jika Ia berbicara maka Abangnya akan mengamuk jika tau Adiknya ditinggal begitu saja.
Setelah berpamitan kepada semua orang Khalisa langsung dibawa menuju kediaman Suaminya. Awalnya kedua mertuanya menolak dan meminta agar Ia tinggal di mansion Walton saja, tapi Ayla langsung berkata jika Tuan nya sudah menunggu di sana. Khalisa tertawa dalam hati mendengar kebohongan yang diucapkan pengawal Perempuan itu.
Selama perjalanan tidak ada pembicaraan apapun karena Khalisa memilih diam dengan wajah tenang nya yang membuat Ayla segan untuk membuka suara.
Hampir 1 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang sangat besar nan megah dengan pancuran air ditengah-tengah halaman luas dan taman kecil di sekelilingnya. Khalisa tidak berekspresi apapun meskipun hatinya dibuat takjub dengan pemandangan yang Ia lihat. Rumah ini sangat mewah dan besar untuk ditinggali oleh dua orang. Khalisa pikir ini mungkin yang disebut mansion. Bangunan berlantai 3 yang besar nan megah di atas tanah yang sangat luas itu bahkan bisa membuat puluhan petak rumah pikir Khalisa.
Saat baru turun saja, Ia langsung disambut oleh puluhan pengawal juga pelayan yang berbaris rapi seperti menyambut Presiden. Khalisa pikir ini terlalu berlebihan, Ia tidak suka sambutan yang terlalu berlebihan seperti ini.
" Selamat datang Nyonya. " Sapa mereka kompak membuat Khalisa kaget namun tak urung membalas sapaan mereka dengan senyuman manis.
Khalisa langsung diarahkan menuju kamarnya di lantai tiga untuk beristirahat. Kamarnya cukup luas dengan semua isi yang sangat lengkap. Bahkan kopernya juga ada di sana, entah siapa yang membawanya Khalisa tidak tau.
Memilih untuk melihat sebentar kamar barunya Khalisa berdecak kagum melihat ruang ganti pakaian yang sangat luas dengan baju juga barang-barang lainnya yang lengkap. Di rumahnya, Khalisa juga memiliki tempat ganti pakaian tapi tidak seluas dan semewah ini. Lagi-lagi Khalisa berpikir ini terlalu berlebihan. Entah mengapa semua yang ada disini terkesan sangat berlebihan baginya atau mungkin memang begini cara orang kaya seperti mereka menghabiskan uang.
Sangat boros pikir Khalisa. Maklum Ia bukan dari keluarga yang kaya raya. Keluarga nya jauh dibawah itu namun juga tidak terlalu miskin. Ibaratkan sebuah menara, Walton berada di puncak sedangkan Sapphire berada ditengah-tengah atau beberapa langkah dibawah mereka.
Tidak ada yang dilakukan Perempuan itu selain berdiam diri setelah mengelilingi kamar barunya. Ingin turun untuk melihat-lihat tapi Ia terlalu malas karena hatinya masih dalam suasana mendung.
" Kemana Kau akan membawa Hamba dalam perjalanan pernikahan ini, Ya Allah. Apapun yang terjadi nantinya Hamba serahkan semuanya kepada Mu. " Ucapnya memandang hamparan taman yang indah dari atas balkon kamarnya.
" Aku akan berjalan sesuai kemauan Mu, Tuan Arkan. Bersikaplah sesuka Mu sampai nanti Aku lelah. "
🥜🥜
Sudah hampir sebulan namun Arkan belum juga kembali dari luar negeri. Entah ada urusan apa Khalisa tidak tau karena setiap Ia bertanya kepada pengawal Perempuan yang selalu bersamanya Ia selalu berkata ada pekerjaan penting. Khalisa jadi bosan bertanya karena sudah tau jawabannya.
Selama hampir satu bulan ini Khalisa merasa Ia seperti belum bersuami, hanya tempat tinggal nya saja yang berbeda. Khalisa juga sudah cukup akrab dengan pelayan di rumah barunya. Bahkan Ia sesekali akan ikut membantu entah itu memasak untuk dirinya sendiri atau mencabuti rumput di taman.
Khalisa tidak mau terlalu memikirkan rumah tangganya yang entah bagaimana. Biarkan Ia berjalan sebagaimana mestinya.
Seperti saat ini Perempuan dengan hijab instan itu sedang berada di taman guna melihat apakah ada tanamannya yang layu sekaligus melihat benih bunga yang Ia tanam. Khalisa senang melakukannya karena dengan melihat bunga-bunga itu mekar dengan indah bisa membuat nya sedikit lupa dengan rasa sakit yang Ia rasa.
" Ngapain panas-panasan disini? "
Khalisa terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar di dekat telinganya. Tangannya sudah siap memukul takut jika orang jahat. Namun sedetik kemudian Ia merengek kesal karena orang itu adalah Abangnya. Ia terlalu pokus mengamati bunganya sampai tidak mengetahui kedatangan Abangnya.
"Abaaang." Rengek Khalisa membuat Bastian tertawa pelan.
" Assalamualaikum cantik. Kangen Abang nggak? " Bastian memeluk tubuh Adiknya dan mencium keningnya.
" Waalaikummussalam Abang. Alhamdulillah Adek baik. Abang ngapain kesini? " Tanya Khalisa melepas pelukan nya.
" Menjenguk Mu yang tidak pernah pulang kerumah setelah menikah. " Bastian mengapit hidung mancung Adiknya sampai membuatnya kesulitan bernapas.
Khalisa memukul tangan Abangnya kemudian membalas dengan menginjak kaki Abangnya sampai menjerit.
" Rasain. "
" Kamu kok nginjek kaki Abang sih Dek. Sakit Astaghfirullah. " Jeritnya karena memang benar-benar sakit. Apa kaki Khalisa terbuat dari besi sampai bisa sesakit ini.
Khalisa yang tidak tega melihat Abangnya kesakitan seketika merasa bersalah dan membawa Abangnya masuk kedalam untuk mengobati kakinya.
" Sakit beneran ya? Maaf Abang. " Kaki Abangnya memerah membuat Khalisa meringis melihatnya. Injakan nya ternyata cukup kuat, pantas Abang nya menjerit keras.
Khalisa tertunduk merasa bersalah membuat Bastian tidak tega. " Nggak papa. Nggak terlalu sakit juga kok. Udah jangan nangis. " Ucap Bastian takut jika Adiknya menangis.
" Suami Kamu mana? Apa makan siang di kantor? " Kata Bastian mengalihkan topik.
Pertanyaan Bastian membuat Khalisa diam karena bingung harus menjawab apa. Ia tidak bisa berbohong maka dari itu Ia lebih sering diam.
Melihat ke terdiaman Adiknya membuat Bastian curiga. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai Adiknya diam.
" Jawab pertanyaan Abang. Dimana Arkan? " Desak Bastian dengan wajah serius namun masih tidak dijawab.
" Khalisa...."
" Boleh Aku tidak menjawab nya Abang? "
" Kenapa? " Kecurigaan Bastian semakin bertambah. Tidak biasanya Adiknya menolak untuk menjawab. Apa Arkan menyakiti Adiknya sampai Adiknya takut untuk berbicara. " Apa Arkan menyakiti Mu? Bilang sama Abang jika bedebah itu menyakiti Mu. Khalisa jawab Abang jangan diem kayak gini. Dimana Arkan, dimana suami Kamu. " Akan Bastian hancurkan Pria itu jika benar telah menyakiti Adiknya.
Namun Khalisa tersenyum membalas pertanyaan Abangnya. Ia tidak akan menceritakan perihal rumah tangganya kepada siapapun. Karena baginya jika kita menceritakan permasalahan rumah tangga kita ke orang lain meskipun itu adalah keluarga maka artinya kita sudah tidak tahan dengan ikatan tersebut. Pernikahannya belum genap 1 bulan dan Khalisa tidak mau ada masalah baru lagi.
" Nggak ada apa-apa. Mas Arkan hanya sibuk dikantor beberapa hari ini. " Jawabannya masih membuat Bastian curiga.
" Lalu kenapa tidak pulang? "
" Mas Arkan nggak ngizinin Aku pergi sendiri. Katanya nanti Kami akan pergi ke rumah Mama dan Mommy setelah pekerjaan nya selesai. " Jawaban Khalisa begitu meyakinkan disaat Abangnya masih memasang wajah curiga.
Mendengar penjelasan Adiknya. Sepertinya Ia diperlakukan dengan baik di sini. Ia juga tidak melihat Adiknya tertekan dengan pernikahan ini. Menghela napas panjang, Bastian memilih untuk percaya.
" Pulang lah minggu depan jika Suami Mu mengizinkan. Mama sama Papa akan pergi ke rumah Kakek di London. " Beritahu Bastian.
" Kenapa? "
" Kakek meminta mereka untuk datang. Abang nggak tau untuk apa. "
Suasana hati perempuan itu langsung menurun drastis mendengar ucapan Abangnya. Orang tuanya akan pergi dan Ia harus kuat menghadap masalah nya sendiri. Khalisa tidak tau berapa lama kepergian mereka kali ini. Karena jika sudah kesana maka orang tuanya akan sangat lama pulang. Dulu saja Ia selalu merengek ingin ikut karena tidak mau ditinggal.
" Yah, Aku nggak bisa main dong kalo gitu. " Katanya sedih.
" Kamu main sama Abang aja. Sekalian nanti Abang kenalin sama calon Istri Abang. " Katanya bangga membuat Khalisa menganga.
Calon Istri katanya? Khalisa tertawa dan menepuk bahu Abangnya. Ucapan Abangnya seperti lelucon. Sangat tidak mungkin Laki-laki itu mempunyai calon Istri jika dekat dengan Perempuan saja Ia tidak.
" Kamu nggak percaya? Nanti Abang bawa dia kesini sama Anaknya. "
Tawa Khalisa terhenti begitu saja ketika mendengar kata Anak. Tunggu apa Abangnya serius dan calon Istri nya sudah memiliki anak? Lelucon apalagi ini.
" Anak? " Ulangnya memastikan. Namun melihat anggukan Abangnya membuat Khalisa menganga tidak percaya.
" Iya nanti Abang kenalin. Abang pamit dulu, masih ada pekerjaan yang harus Abang selesaikan. "
" Jaga diri Kamu baik-baik. Bilang sama Abang Jika Arkan macam-macam. " Bastian mengusap pucuk kepala Adiknya dan menciumnya sebelum pergi.
" Aku tidak baik-baik saja Abang. Hujan selalu menemani Ku setiap malam. " Lirih nya melihat kepergian Abangnya.
" Aku ingin mengadu namun Aku tidak mau merepotkan kalian dengan masalah rumah tangga Ku. " Katanya lagi.
Khalisa merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menutup matanya menggunakan lengan saat dirasa air matanya kembali tumpah. Entah mengapa Ia menjadi cengeng setelah menikah. Padahal Ia hanya ditinggal dan tidak diberi kabar saja. Namun hati Khalisa sakit mengingat jika Ia tidak diinginkan bahkan diabaikan seolah tidak ada. Ia ingin menelpon Suaminya namun tidak tau nomer nya. Meminta dengan Ayla juga tidak bisa karena tidak dikasih.
" Ya Allah ini belum ada satu bulan. Kuatkan Hamba Ya Allah. " Ucapnya menguatkan hatinya.
Semoga Saja Suaminya cepat pulang agar masalah ini tidak semakin panjang dan hati nya tidak semakin sakit. Akan Ia tanyakan apa arti pernikahan ini bagi Pria itu. Akan Ia tanyakan Pria itu menganggap nya apa.
" Sebenarnya Aku ini Istri Mu atau hanya alat mendapatkan saham. "