Putraku Adalah Mr. Zero

"Vino, jalankan mobilnya dengan cepat!, aku tidak ingin dia kabur lagi," ucap Jonathan.

"Baiklah Tuan," Vino menambah kecepatan mobil tersebut.

"Kali ini aku tidak akan melepaskanmu lagi!," ucap Jonathan dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, kini mobil Jonathan telah sampai di lokasi Ajeng saat menelpon tadi.

Jonathan membuka pintu mobilnya, pandangan matanya tertuju pada mobil yang kaca jendelanya pecah. Ia pun menengok ke segala arah mencari keberadaan Ajeng,namun tak ditemukannya.

Jelas saja tidak ketemu, karena Ajeng memang sudah meninggalkan tempat itu. Ajeng tidak ingin Jonathan menemukannya.

"Kamu tidak akan pernah bisa lari lagi," ucapnya. "Vino retas cctv di sini, cari Ajeng pergi kemana!," ucap Jonathan penuh penekanan.

"Baik Tuan." Vino segera melakukan tugasnya. dan dengan cepat dia dapat mengetahui kemana saja Ajeng pergi melalui cctv yang ia retas di sana.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut dan mengikuti kemana arah Ajeng pergi melalui cctv di sepanjang jalan.

Mereka berhenti di sebuah rumah sederhana namun terkesan asri. Jonathan segera membuka pintu mobilnya dan berlari menuju rumah tersebut,diikuti Vino dibelakangnya.

dor...dor...dor...."Ajeng buka pintunya, aku tahu kau berada didalam!.Cepat buka pintunya atau ku dobrak pintu ini!," teriak Jonathan.

Sedangkan didalam Ajeng sangat ketakutan. Dia takut Jonathan benar-benar akan membawanya kerumahnya lagi. Ajeng pun pergi ke kamarnya dan menguncinya berharap Jonathan tidak bisa masuk kesana.

Karena tidak ada jawaban dari Ajeng, Jonathan pun menyuruh Vino untuk mendobrak pintu tersebut. Dan dengan tiga kali dobrakan, pintu masuk tersebut terbuka. Jonathan mencari kesegala tempat. Namun dia tidak menemukan Ajeng.

Dia melihat ke arah pintu yang tertutup, Jonathan yakin Ajeng berada disana, karena dia belum mencarinya disana.

Jonathan segera mendorong pintu itu, namun ternyata terkunci. "Aku tahu kau didalam Ajeng!, cepat buka pintunya atau ku hancurkan pintu ini!."

Ajeng semakin merasa ketakutan, ia tidak menyangka Jonathan sampai senekat ini. Bukankah Jonathan harusnya sudah menikah, bukankah dia kini sudah memiliki istri. Kenapa dia masih mencari Ajeng. Apa karena putranya ataukah karena hal yang lain?. Begitulah kira-kira yang ada di pikiran Ajeng saat ini.

Karena tidak ada jawaban, Jonathan menendang pintu tersebut, dan dengan dua Kali tendangan pintu terbuka.

Jonathan melihat Ajeng disana, Ajeng pun semakin ketakutan tatkala melihat sorot mata Jonathan. Dan kini pandangan mereka terkunci.

"Pergi dari sini!, untuk apa kau kemari!," ucap Ajeng marah.

"Kau berani mengusirku?!,Jangan bermimpi. Aku tidak akan melepaskan kalian apapun alasannya!."

"Bukankah kau sudah menikah?!, untuk apa kau mencari ku lagi?!, kau bisa mencari kepuasan dengan istrimu itu!."

"Tapi masalahnya kau sudah membawa anakku pergi!."

"Bukankah kau bisa membuatnya lagi dengan istrimu?!, kumohon Tuan lepaskan kami!.Lagi pula diantara kita tidak ada hubungan apa-apa. Dan Ars, dulu kau melakukannya bukan atas keinginan Tuan. Jadi kumohon tolong biarkan kami pergi, dan Tuan bisa mendapatkan anak lagi dengan istrimu," ucap Ajeng seraya bersimpuh di hadapan Jonathan.

Jonathan terdiam dan menatap nanar Ajeng, hatinya bergejolak mendengar penuturan Ajeng. Ya, walaupun Jonathan pernah berjanji akan memberikan Ajeng cinta, namun dirinya belum bisa untuk mencintai Ajeng.

Namun entah mengapa, Jonathan juga tidak bisa melepaskan Ajeng. Jonathan sendiri pun bingung dengan perasaanya.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu, jangan pernah bermimpi untuk bisa lari dariku Ajeng?!," ucapnya penuh amarah.

Ajeng yang tadinya menunduk, mendongakkan kepalanya menatap Jonathan. "Tapi kau sudah memiliki istri, kenapa kau harus serakah Tuan?, Kita tidak memiliki hubungan apapun, sedangkan dengan Nona Hany?,kau adalah suaminya. Aku tidak ingin orang lain berfikir macam-macam tentangku," ucap Ajeng menahan sakit hati.

"Oh, jadi kau menginginkan untuk menjadi istriku?, kau ingin status agar orang-orang tidak berfikir macam-macam tentangmu?, baiklah akan ku kabulkan keinginan mu itu!," ucap Jonathan,dan itu membuat Ajeng membelalakkan matanya, karena bukan itu maksud Ajeng.

Jonathan segera menghampiri Ajeng dan menarik tangannya. dan membawanya ke mobilnya.

"Bukan itu maksud ku Tuan, tolong lepaskan tanganku," rintih Ajeng, namun Jonathan tak mengindahkan ucapan Ajeng.

"Vino pergi ke kantor pencatatan sipil, aku ingin mengurus pernikahan ku dengan Ajeng!."

"Baik Tuan!."

Ajeng membelalakkan matanya sangat terkejut dengan ucapan Jonathan. "Tuan, bukan ini maksudku." Ajeng masih memberontak berusaha melepaskan cekalan tangannya dari Jonathan.

"Jangan memanggilku Tuan!." Jonathan menatap Ajeng tajam membuat Ajeng menunduk.

"Kalau aku menikah dengannya berarti aku akan menjadi istri keduanya," batin Ajeng. Ajeng tidak mau menjadi istri kedua, dia tidak ingin membagi suaminya dengan wanita lain. Ajeng pun mulai berontak kembali.

"Lepaskan aku, aku tidak mau menikah denganmu!, aku tidak mau menjadi istri keduamu!," pekik Ajeng berusaha melepaskan genggaman tangan Jonathan.

"Apa kau bisa diam!," bentak Jonathan, dan itu berhasil membuat Ajeng menangis.

Jonathan mengusap wajahnya kasar, dia benar-benar bingung menghadapi seorang wanita. "Diamlah jangan menangis, aku benci melihat wanita menangis. Aku tidak akan menjadikanmu istri kedua. Kau akan menjadi istri pertama, karena aku belum menikah dengan Hany," ucap Jonathan datar. Namun itu membuat Ajeng berhenti menangis seketika.

Ajeng menatap wajah Jonathan dengan pandangan yang sulit diartikan. "Apa maksudmu dengan menjadikan ku istri pertama?, bukankah waktu itu kau mempercepat pernikahan kalian?," tanya Ajeng.

"Apa telinga mu itu tuli, aku sudah mengatakannya padamu barusan dan aku tidak akan mengulangi ucapanku lagi!," ucap Jonathan.

Ajeng masih ragu dengan ucapan Jonathan, dia berfikir apakah nanti Jonathan juga akan menikahi Hany juga?.

"Apa kau juga akan menikahi Nona Hany?," pertanyaan itu lolos dari mulut Ajeng, membuat Jonathan menatapnya.

"Kenapa kau menanyakan itu?,tentu saja aku akan menikahinya juga."

Tidak, Ajeng benar-benar tidak bisa membagi suaminya nantinya. "Kalau begitu aku tetap menolak menikah denganmu!," ucap Ajeng dan itu berhasil membuat Jonathan geram.

"Aku tidak mengizinkan mu menolak menikah denganku!, kau akan menjadi istriku kau mengerti!," ucap Jonathan penuh penekanan.

"Maaf tapi aku tidak mau!, kau pikir aku akan membagi suamiku untuk wanita lain?. Kau pikir hatiku terbuat dari apa?!," teriak Ajeng marah.

"Apa maksudmu!"

"Aku bukan wanita yang bisa membagi Suamiku untuk wanita lain nantinya, lebih baik aku menikah dengan pria lain dari pada menikah denganmu dan merasa sakit harus berbagai suami!"

"Kau!... Jangan harap kau bisa menikah dengan pria lain!." Jonathan menjadi marah mendengar Ajeng lebih baik menikah dengan pria lain dari pada dirinya.

"Kau akan menikah dengan ku saat ini juga!, dan kalau kamu berani menolak, aku akan mengambil Ars darimu. Dan ku pastikan kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi!," ancam Jonathan.Dan itu membuat Ajeng terdiam seketika. Kemudian Ajeng teringat dengan putranya yang telah diculik.

"Tunggu, aku tidak bisa menikah dengan mu sekarang, Ars sedang diculik aku harus mencarinya!," ucap Ajeng menjadi cemas.

"Bagaimana bisa Ars diculik, apa kau tidak menjaganya?!,baiklah kita cari bersama nanti setelah kita menikah!."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi!," bentak Jonathan.

Mobilnya pun kini berhenti di depan gedung pencatatan sipil. Kemudian Jonathan membawa Ajeng masuk kedalam sana.

Tidak membutuhkan waktu lama akta nikah mereka pun jadi. Kini mereka telah sah menjadi suami istri.

...****************...