Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 menjadi gadis paling bodoh
"Kau ingin aku berbohong tentang hubungan kita?" Alisya mencoba untuk mengulang ucapan Adriel.
Sentuhan lembut Adriel berikan pada tangan mulus Alisya. Seraya menatap dengan lekat kearah binar mata indah gadis di depannya. "Aku hanya nggak ingin kamu, ataupun aku nantinya terusik dengan hubungan antara mahasiswi dan dosen. Untuk..alasan lainnya, aku belum bisa jujur ke kamu, tapi...kamu nggak keberatan dengan permintaan aku ini kan?"
'Tentu saja keberatan, bagaimana mungkin aku bisa menerima ketika pacar ku sendiri ingin aku bilang kesemua orang kalau dirinya hanya lah sebatas sepupu tak lebih.' Monolog yang mampu sampai di hatinya Alisya saja.
"Alisya! kamu nggak keberatan kan?" Tanya Adriel dengan sangat hati-hati.
"hem, aku nggak keberatan," Jawab Alisya.
Merasa sudah mendapat persetujuan dari Alisya, kini Adriel tersenyum puas. sembari memberi sentuhan lembut pada pangkal rambut Alisya..
Tak ingin terlalu lama di mobil, akhirnya Alisya memutuskan untuk segera keluar dari mobil. "Kalau gitu aku duluan yah," ujar Alisya.
Hanya anggukan yang Adriel berikan seraya senyuman hangat nya.
.
.
.
Setelah obrolan nya dan Adriel tadi, mood Alisya benar-benar dibuat seakan tengah kacau.
Langkah kaki Alisya ia langkahkan kearah kelasnya. Pandangan yang seakan tengah tak fokus, Tiba-tiba suara seorang pria menghentikan langkah kakinya.
"Alisya!"
Sontak Alisya pun menghentikan langkah kakinya. Dan berbalik untuk melihat kearah orang yang melihat dirinya.
"Revan!" Sahut Alisya.
"Aku mau ngomong sama kamu," Ucap Revan, yang kini telah berada di depan Alisya.
Dengan santai Alisya menjawab. "Hem, ngomong aja."
"Nggak disini."
Seakan tak pernah nyaman ketika berada di dekat Revan. Membuat Alisya mencari alasan untuk menghindari pria di depannya itu.
"Emm... Aku...ah Iyah, kelas ku udah mau mulai." Kebohongan yang menurut Alisya sangat tepat untuk ia jadikan sebagai alasan.
Bukan Revan kalau tak sampai tahu perihal jadwal kelas Alisya. "Aku tau kelasnya dimulai 20 menit lagi." Imbuh Revan.
"Emm... Tapi aku.... "
Belum sempat Alisya melanjutkan ucapannya. Dengan kasar Revan menggenggam pergelangan tangan Alisya.
"Aww... " Rintih Alisya. "Revan! sakit." Sentak Alisya.
Akan tetapi Revan malah mempererat gengaman tangannya pada Alisya.
"Aku cuman pengen ngomong Alisya! Sebentar doank," Sahut Revan.
"Tapi aku nggak pengen ngomong sama kamu," Sentak Alisya.
Meski sudah berusaha agar Revan melepaskan genggamannya. Akan tetapi, tenaga Alisya kalah dengan tenaga pria itu yang notabennya seorang laki-laki.
Tak lama tiba-tiba.
Bugh
Pukulan menyapa pipi Revan dengan keras.
Sontak Alisya terkejut bukan main. Adriel memukul Revan.
Untung saja tempat itu sepi sekarang, tak banyak orang yang berlalu lalang.
Ketika tangan Adriel hendak memukul kembali Revan. Dengan cepat Alisya menghalau gerakan Adriel dengan cepat.
Sedikit takut akan sikap Adriel yang seperti tengah menahan gejolak kemarahan. Bibir Alisya bergetar mengatakan. "U-udah mas, nanti ada yang lihat," Ujar Alisya.
Gerakan Adriel pun pria itu urungkan.
Sedangkan Revan yang mendengar dengan jelas, kalau Alisya memanggil dosen itu dengan panggilan mas.
Ada hubungan apa Alisya dengan dosen itu? Tanya Revan dalam hatinya berkali-kali.
Adriel meraih tangan Alisya dan mengajak gadis itu pergi dari tempat itu.
Mata Revan semakin mengisyaratkan kemarahan. Dirinya yang selama ini sabar untuk menunggu Alisya membuka kan pintu hati untuk dirinya. Akan tetapi, kini malah seorang pria datang dengan mengambil Alisya seenaknya saja.
Tak lama Alisya pun meminta Adriel untuk melepaskan genggamannya. Karna kini ia hampir sampai di depan kelas. Dan tentunya akan banyak mahasiswa yang berlalu lalang.
Mata Adriel menatap kearah Alisya yang melepaskan genggaman tangannya.
"Kamu nggak papa?" Tanya Adriel.
"Aku nggak papa, lain kali jangan mukul orang sembarangan." Jawab Alisya.
Adriel mengernyitkan dahinya. Akan tetapi kini ia dapat bersikap tenang, tak seperti tadi. "Sembarang orang? Maksud kamu cowok yang udah bersikap kasar ke kamu itu, nggak layak untuk aku pukul?" Serka Adriel.
Mata yang tadinya tak menatap langsung kearah Adriel. Dan hanya sesekali di perlihatkan Alisya pada wajah pria di depannya itu. Kini Alisya menatap lekat kearah Adriel. Seraya bertanya, "Bukannya ini yang mas inginkan?"
"Apa?"
"Aku udah ngambil keputusan, kita jalani hubungan yang mas maksud tadi. Dan akan aku sembunyikan hubungan itu." Jawab Alisya.
"Alisya, bukan itu maksud ku tapi... "
"Kamu berhasil mas." Sela Alisya langsung.
Tentu ucapan Alisya semakin membuat Adriel bingung. "Maksud kamu?"
"Kamu udah berhasil buat aku suka sama kamu." Jawab Alisya.
Tapi dalam hati Alisya melanjutkan ucapannya itu. "Tapi aku nggak tau sampai kapan aku tahan dengan hubungan yang seperti tak ingin kamu akui di depan banyak orang."
Senyum man terukir di bibir Adriel. Ketika pria itu hendak berucap sesuatu. Tiba-tiba suara kedua teman Alisya pun terdengar.
"Alisya!" Serentak suara Kiran dan Ira.
Mereka berdua melangkah kearah Alisya berada.
Adriel melihat kedua teman Alisya hendak melangkah kearah dirinya dan Alisya. "Nanti kita ngobrol lagi yah, aku pergi dulu kalau gitu." Ucap Adriel.
Hanya anggukan kepala yang Alisya berikan.
Adriel pun berlalu pergi masuk kedalam kelas.
"Eh Alisya, lo ngomongin apa sama pak Adriel?" Tanya Kiran.
Dengan malas Alisya mengatakan. "Nggak ada apa-apa, udah yuk ke kelas. Bentar lagi udah mau mulai kelasnya."
Mendengar nada bicara Alisya yang tak seperti biasanya. Membuat Kiran dan Ira saling adu pandang.
"Kiran! Ira! Ayok, malah bengong."
"Eh Iyah, ayok Ra." Sahut Kiran.
Mereka bertiga pun masuk kedalam kelas.
Sepanjang kelas berlangsung pikiran Alisya terarah pada ucapan Adriel tadi pagi.
Serasa Alisya adalah wanita yang paling menyedihkan. Mencintai pria yang juga mencintai dirinya, bahkan terbilang memperlakukan Alisya bak seorang ratu.
Akan tetapi siapa sangka, pria itu tak ingin mempublis hubungan itu. Dan yang lebih menyakitkan adalah ucapan Adriel, yang meminta dirinya untuk bilang ke semua orang. Dan mengatakan kalau dirinya hanyalah sepupuku.
Asyik dengan pemikiran nya tak terasa jam kelas pun berakhir.
"Alisya, Kamu sakit?" Ucap Ira, sambil memegang pundak Alisya.
Sontak Alisya langsung menatap kearah gadis yang berada di sebelah nya.
"Kalau ada masalah ngomong kali sya, lagian nggak kayak biasanya lo masang muka asem kayak gitu." Imbuh Kiran.
Alisya menenggelamkan wajahnya ditumpuan kedua tangannya yang berada diatas meja.
Membuat Kiran dan Ira terheran.
"Kamu ada masalah?" Tanya Ira, sekali lagi.
Hanya gelengan kepala dengan posisi kepala yang tetap sama seperti tadi. Bukannya Alisya tak ingin jujur, akan tetapi ia tak ingin di tertawakan oleh kedua temannya tentang kebodohan yang telah ia lakukan mengenai perihal cinta.
Ting
Ting
Suara pesan masuk berkali-kali terdengar dari ponsel Alisya.
Membuat gadis itu langsung meraih ponsel dan menatap kearah layar.
"Ya ampun, Alisya!!! Kok bisa lupa sih lo." Sentak Alisya pada dirinya sendiri.
Bersambung.