Apa itu kekuatan ? Apa itu bakat ? Dan apa itu keistimewaan ? Jika kamu memiliki kekuatan besar atau bakat dalam dirimu, apa yang akan kamu lakukan ? Menggunakannya untuk kebaikan, atau sebaliknya ?
"Memiliki kekuatan besar maka datanglah tanggung jawab yang besar." kurang lebih seperti itu kata-kata dari Ben Parker, meskipun hanya karakter fiksi, tapi kata-katanya sangat tidak biasa. Dan sekarang, cerita ini akan menceritakan kisah orang-orang yang luar biasa.
Note : update 2 hari sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 03 : Strongestman, Chapter 02.
.
Masih abad ke-10, hari terus berjalan dan akan terus seperti itu, apapun kondisinya, Brian terus menjalani hidupnya untuk bekerja untuk membantu kedua orang tuannya. Dengan penuh semangat yang tak pernah putus bekerja, apapun itu, membawa barang dagangan orang, membersihkan kandang kuda, menyapu halaman kediaman orang yang berada. Memang banyak, tapi itu tetap ia lakukan.
Saat ini Brian berada di salah satu kediaman Bangsawan karena tuan rumah memerlukan jasanya untuk membersihkan kandang kudanya, tentu saja anak muda itu tidak akan menolak. Setelah melihat proses dan hasil kerjanya, tuan rumah merasa puas, dia langsung memberi tawaran Brian untuk menjadi petugas kebersihan kandang kuda-kudanya, tanpa pikir panjang Brian juga langsung menerimanya.
Hingga tak terasa sudah hampir dua tahun Brian bekerja sebagai tukang bersih kandang kuda, tapi tak hanya tukang bersih tapi juga merawatnya. Dan sekarang ia berumur 15 tahun, diumur segitu sudah wajar untuk merantau di masa kini. Jarak kediaman tuan rumah dan rumah orang tuanya sangat jauh, jadi mau tak mau ia harus menginap terlebih lagi sang tuan rumahnya menyediakan rumah kecil untuknya meskipun dekat dengan kandang kuda.
Saat ini anak muda itu sedang menyapu salah satu kandang sapi dari pemilik rumah orang kaya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat, Brian menoleh dan sosok familiar yang ia lihat berjalan mendatanginya.
"Kamu masih sibuk ?" tanya seorang remaja yang merupakan putra pemilik tuan rumah yang bernama Albert.
"Tentu sibuk, ada perlu apa tuan muda ?" sahut Brian bertanya sambil menyapu.
"Tak ada, aku hanya ingin melihat kabar kawan baikku. Bisakah kau jangan memanggilku dengan sebutan 'tuan muda' ?" balas Albert dengan ekspresi malasnya.
Brian menghentikan menyapunya, ia menghela nafasnya, karena sungguh aneh sekali jika putra dari keturunan Bangsawan berteman dengan anak rakyat jelata. Padahal dirinya sudah mengatakan kalau dirinya tidak pantas dijadikan teman oleh tuan mudanya itu, tapi bukannya mendengar, Albert kekeh ingin menganggap dirinya adalah temannya.
Albert adalah putra pertama dari salah satu keluarga Bangsawan kelas bawah yang ada di Kerajaan Eropa. Dia tidak beda jauh dengan putra-putri Bangsawan lainnya, karena di wilayah ini kebanyakan keluarga Bangsawan kelas rendah, bahkan dulu anak-anak yang pernah mengganggu Brian juga termasuknya.
"Jadi, kau hanya ingin melihat kawanmu ini bekerja sebagai tukang kudamu ? Begitu ?" balas Brian dengan normal tanpa ada formalitas lagi.
"Ayolah, sesekali saja, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." jawab Albert.
"Maaf sekali tuan Albert, aku lagi tak ingin ikut, dan sebentar lagi jam kerjaku semakin sibuk." dengan datar Brian membalas perkataan tuan mudanya dan melanjutkan menyapunya.
"Lagi pula bila aku menerima ajakanmu, yang ada aku kena ejekan dari teman-teman Bangsawanmu lagi." tambahnya.
"Owh, jangan mulai lagi kawan, kau tau sendiri bahwa aku pun tak menyukai mereka, bahkan mereka juga sebaliknya." kata Albert membalas dengan ekspresi malas di wajahnya.
Tanpa menghentikan kegiatannya, Brian terkekeh mendengarnya. Ia memilih kembali fokus mengerjakan pekerjaannya, dan benar saja Albert terus memaksanya untuk ikut bersamanya. Dan kali ini Brian membalasnya dengan tegas bahwa ia menolak untuk itu, sedangkan Albert hanya bisa menghela nafasnya.
"Lain kali ketika aku melihatmu sedang bersantai, jangan pernah mengajak ajakanku." ucap Albert sambil berjalan mundur, lalu ia berbalik setelah melihat Brian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum remeh.
.....
10 tahun kemudian, kini Brian berusia 25 tahun, dan sekarang ia sedang berada di dekat hutan yang sedikit jauh dari rumah tuannya, lebih tepatnya ia berada di bukit yang memiliki banyak pepohonan. Benar, ia masih bekerja sebagai perawat kuda, ia disana sedang mencari rumput liar dan jerami untuk bahan makanannya kuda-kuda yang ia urus, hingga sampai sore hari akhirnya ia dapat banyak sekali apa yang ia dapatkan.
Setelah ia simpan di gerobak yang ia bawa, tiba-tiba ia mendengar suara minta tolong di dalam hutan. Dengan sedikit ragu, ia kembali masuk kedalam hutan.
"Perasaan tadi tak ada orang sama sekali." gumamnya.
Waktu terus berjalan hingga tak terasa langit mulai gelap malam, Brian memilih kembali karena ia tak menemukan siapapun dan membuat moodnya jadi buruk. Baru saja kembali ke gerobaknya, moodnya bertambah buruk, karena salah satu roda gerobaknya hilang entah kemana, tapi ia sudah bisa menduganya siapa yang sudah melakukan ini padanya.
Lalu ia duduk di dekat gerobak kayunya. "Dasar, bukannya tambah dewasa tapi mereka malah masih saja seperti anak-anak. Apa keturunan Bangsawan kebanyak memang begitu ? Apa orang tua mereka tak pernah mengajarkan tata krama untuk menghargai orang lain ? Masih suka ngerjain orang lain tanpa sebab." gumamnya, sebenarnya ia ingin menyangkalnya karena putra dari tuan rumahnya tidak seperti itu.
Ia mulai bingung, kenapa bisa anak-anak muda keturunan Bangsawan di wilayah ini sangat niat sekali mengerjainya bahkan disaat dirinya berada di dekat hutan. Ia melihat kembali gerobaknya, sangat mustahil ia menggerakkan gerobaknya dengan satu roda saja. Brian menghela nafasnya dan mulai bingung, ia bisa saja pulang ke rumah tuannya tanpa membawa gerobaknya, tapi setelah kejadian ini moodnya jadi buruk dan membuat malas untuk pulang.
Ia memilih duduk santai saja dulu beberapa saat saja sebelum kembali ke kediaman tuan rumahnya. Lalu ia menatap langit malam, dan memperhatikan salah satu bintang dari banyaknya bintang di langit malam, karena salah satunya ada yang bersinar terang. Tapi ia mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan bintang itu membesar.
"Kok aneh sekali ya ?"
Tanpa diduga sinar bintang itu membesar, dan saat inilah Brian mulai menyadarinya, bukan bintangnya yang membesar, melainkan suatu benda yang bercahaya turun dari langit. Ia semakin yakin itu benda yang jatuh dari langit karena datang ke arahnya.
Duar....!!!
Sebuah ledakan cukup besar yang timbul karena benda asing itu barusan setelah jatuh ke permukaan tanah. Beruntungnya, Brian langsung bergerak untuk menghindar, jika tidak, tak hanya kehilangan nyawanya tapi tubuhnya pasti hancur. Daya dorongan ledakan tadi saja cukup membuatnya terpental beberapa meter saja, dan sekarang, terlihat sebuah lubang berdiameter 5 meter di permukaan tanah.
"Bisa-bisanya ada benda jatuh dari langit, aneh sekali." gumamnya.
Karena rasa penasarannya Brian saat ini sangat tinggi, ia segera mendekat ke tempat benda tadi itu jatuh. Dengan hati-hati ia berjalan karena ada banyak dahan dan kayu yang terbakar di area tempat itu.
Brian mengeruk dahinya setelah melihat sebuah bola hitam yang tak sebesar kepalan tangannya di tengah-tengah lubang. "Cuma bola hitam ? Seriusan ? Langit lagi bercanda ?" ucapnya sambil menatap ke arah langit.
Pemuda itu tersenyum mengejek, demi keamanan, ia tak mendekat, tapi ia mengambil batu krikil dan langsung ia lempar ke arah bola hitam itu.
Tak
Wusss....!!
Lemparan Brian memang kena, dan seketika langsung mengeluarkan gelombang udara berwarna biru. Karena belum siap, tentu saja pemuda itu terkena gelombang biru dan membuatnya terdorong sejauh 10 meter dari tempatnya.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....