Engkau Milikku

Pesta malam ini sangat mewah dan berkelas, semua tamu undangan juga bukan orang-orang sembarangan, saat Sean dan Sonia mendatangi pesta tersebut, terlihat Vanno dan Laura tengah berdansa.

Banyak tamu undangan yang berdansa tapi tidak dengan Sonia, Sean yang baru datang langsung disambut oleh beberapa pengusaha yang memang mengenalnya karena kebanyakan orang-orang yang hadir dari kalangan pengusaha.

Sonia tersenyum melihat mantan bosnya itu bahagia, dia tidak menyangka kalau Vanno yang dulu mengejarnya sekarang sudah menikah dengan Laura yang sangat cantik dan berkelas.

Vanno melirik ke arah tamu undangan, dia begitu menanti kedatangan Sonia tapi dia tidak melihat wanita itu. Sonia duduk di meja paling belakang, dia masih menunggu Sean yang sedang bicara dengan kolega bisnisnya.

Sean begitu tampan dengan kemeja hitam mengkilap yang dipadu dengan jas hitam pula, penampilan Sean saat ini begitu berwibawa dan mahal, seperti itu pula dengan Sonia yang mengenakan gaun mahal pemberian Sean.

Penampilan Sonia sangat anggun dan cantik, membuat beberapa pengusaha yang ada di sana tertarik padanya, itulah kenapa Sean mengalihkan pandangan mereka dari istrinya dengan mengajak mereka bicara.

"Sean, aku kayak nggak dianggap aja di sini." Bisik Sonia pada Sean yang masih sibuk dengan tamu undangan lain.

"Maaf ya, mau duduk di mana?" Tanya Sean sambil menggenggam tangan Sonia, Sonia menggandeng lengan Sean dan berjalan menuju meja depan.

"Sini aja." Kata Sonia yang memilih meja tengah, tidak terlalu depan dan juga tidak terlalu belakang.

Mereka duduk dan menikmati minuman yang diberikan pelayan. Vanno terpukau melihat kecantikan Sonia, dia bahkan tidak fokus lagi berdansa dengan Laura.

"Jangan meliriknya terus Vanno, atau aku akan mengusirnya dari pesta ini." Gertak Laura pada Vanno, Vanno menyingkirkan tangan Laura dari tubuhnya.

"Jangan pernah mengancamku apapun alasannya, aku tidak suka." Bentak Vanno yang membuat Laura terlihat marah tapi dia kembali tersenyum agar tamu undangan tidak tahu bahwa sekarang mereka sedang bertengkar.

"Aku tidak suka dengan tatapanmu pada Sonia begitu, aku benci Vanno." Ujar Laura.

"Kau tahu bahwa aku masih mencintainya dan pernikahan ini juga hanya karena daddy mu memintaku, bukan karena aku mencintaimu."

"Ya ya aku tau, pernikahan kita hanya sebatas hubungan bisnis tapi bagaimana pun aku ini istrimu sekarang, wajar jika aku cemburu dengan wanita lain, apalagi wanita yang sangat kau cintai itu."

"Jika kau ingin pernikahan ini bertahan lama, tolong jangan sering mendebatku." Vanno meninggalkan Laura begitu saja dengan wajah yang terlihat sangat marah, Laura berusaha untuk tersenyum pada para tamu undangan.

Sean yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum remeh dan memandang Sonia dengan tatapan cemooh.

"Berantem mereka." Kata Sean.

"Senang sekali anda ya bapak Sean, apa anda memang suka bahagia di atas penderitaan orang lain?"

"Yaaa begitulah, kalau melihat si Vanno begitu aku bahagia dan juga menderita." Sean langsung mengubah ekspresinya yang tadi tersenyum menjadi datar.

"Kenapa kamu yang menderita?" Tanya Sonia bingung.

"Karena dia masih mencintaimu, dia berharap suatu saat kamu akan menikah dengannya dan dia menjadi suamimu. Aku menderita karena dia bisa saja merebut mu dariku dan aku menderita karena setiap hari akan dihantui oleh perasaan si Vanno mantan bosmu itu pada Is-tri-ku." Sean menekankan kata istri pada Sonia. Sonia mengerti dengan apa yang dirasakan oleh suaminya, dia menggenggam erat tangan Sean dan meyakinkan suaminya kalau hanya Seanlah yang sangat dia cintai.

"Aku tidak akan pernah membuat kamu menderita Sean, aku akan selalu mencintaimu, jika umur kita panjang, aku dan kamu, ya kita, kita akan menua bersama. Aku berdoa agar aku meninggal lebih dulu supaya aku nggak merasakan kehilangan kamu, aku udah kehilangan kamu sekali dan aku tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, aku akan bertahan bagaimanapun caranya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan membuktikan ucapanku ini, tapi jika memang tuhan tidak mentakdirkan kita bersama selamanya, maka aku tidak akan pernah menggantikan posisimu sebagai suami di hatiku. Kamu adalah suami satu-satunya dalam hidupku, itu tidak akan pernah bisa tergantikan." Tutur Sonia dengan mata yang berkaca-kaca, dia benar-benar mengungkapkan perasaannya pada Sean yang memang sangat dia cintai.

Sean yang mendengar penuturan dari istrinya terlihat menahan tangis, dia membawa Sonia ke dalam pelukannya dan menangis saat di belakang punggung Sonia, dia segera menghapus air matanya karena tidak ingin Sonia tahu kalau dia sedang menangis.

...🕊🕊🕊...

Vanno pergi ke toilet, dia mengumpat jalan hidupnya habis-habisan. Dia seakan tidak terima dengan perjodohan antara dirinya dan Laura saat ini namun untuk bisa move on dari Sonia, dia harus menerima Laura.

Ayah Laura menjalin hubungan kerja sama dengan Vanno dan untuk memperkuat kerja sama mereka, ayah Laura meminta Vanno menikah dengan Laura, hal itu akan membawa keuntungan besar untuk mereka berdua.

Vanno membasahi wajahnya berkali-kali, emosinya saat ini tidak bisa terkontrol karena ucapan Laura tadi mengenai Sonia, sebenarnya wajar jika Laura cemburu tapi Vanno tidak menyukai hal itu sebab dari awal menikah Vanno sudah mengatakan semua perasaannya ke Sonia pada Laura, Laura tidak keberatan dan membebaskan Vanno dengan perasaannya itu, bagi Laura dan juga Vanno pernikahan ini hanyalah bentuk kerja sama perusahaan bukan bentuk rasa cinta.

Klek

Pintu toilet dibuka oleh Sean, Sean mendekati Vanno yang saat ini terlihat begitu frustasi. Karena memang pesta diadakan di sebuah gedung jadi memiliki toilet untuk para tamu undangan.

"Apa kau terpaksa menikahi Laura?" Tanya Sean.

"Bukan urusanmu."

"Jelas ini urusanku, kau mengirimkan pesan pada istriku yang membuat aku sangat tidak nyaman." Vanno menatap Sean.

"Aku tau bahwa kaulah yang membalas pesanku, bukan Sonia." Sean tertawa mendengar perkataan Vanno.

"Kenapa kau begitu gencar mengejar istriku? Kau tau, kalau aku dan Sonia sudah menjalin hubungan cukup lama, aku mengenalnya semenjak dia umur belasan tahun dan rasa itu tidak akan bisa terganti hanya dengan kehadiranmu yang beberapa saat saja, Sonia hanya mencintaiku dan akan selalu begitu, jadi fokus saja pada rumah tanggamu." Kata Sean penuh tekanan.

"Kau mencintainya? Cinta macam apa yang kau berikan pada Sonia? Dengan menyiksa dan menderanya begitu, kau bilang kau mencintainya?"

"Itu bukan urusanmu, kau tidak tau apa-apa mengenai rumah tanggaku."

"Dengan melihat Sonia seperti itu aku tau apa yang dia rasakan, dia hanya takut padamu bukan mencintaimu, apa kau tidak menyadarinya?"

"Sepertinya kau tau banyak tentang istriku."

"Kalau iya memangnya kenapa? Aku mencintainya jadi aku harus tau banyak mengenai dirinya." Tantang Vanno dengan lantang.