Mengalami kecelakaan tragis hingga menewaskan seluruh anggota keluarganya, membuat Nadia Putri Dewangga mengalami depresi berat hingga status kejiwaannya di nyatakan sebagai ODGJ.
"Nama kamu Reyna kan? Reyna tinggalnya sama siapa?" Tanya Aldo, seorang CEO muda yang sukses meski pernah berstatus sebagai narapidana.
"Sama mama, om." Jawab gadis kecil bernama Reyna. Usianya sekitar enam tahunan.
"Papa ngapain sih ngomong sama dia. Dia itu anaknya orang gila pah. Nanti papa di amuk lho sama mamanya." Tegur gadis kecil seusia Reyna. Ia adalah putrinya Aldo.
Melihat Reyna bersama orang asing, Nadia langsung mendekati Reyna dan memukuli lelaki yang sedang berusaha menghalangi Reyna untuk pergi.
"Nadia." Batin Aldo merasa terkejut dengan kehadiran seseorang dari masalalunya.
Cerita selengkapnya, silahkan baca di episode berikut!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faeyza Sadean, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadia Pergi Menemui Arin
Setelah menegur Sania, dan menyiapkan makan untuk Nadia. Aldo bergegas masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat Nadia sedang duduk di pinggir ranjang tempat tidur dan menatap ke arah cermin dengan tatapan kosong.
"Nad. Makan dulu ya!" Ucap Aldo sembari meletakkan nampan berisi makanan di atas meja nakas.
Nadia hanya diam tanpa ada reaksi apapun. Kemudian Aldo menyentuh pundak Nadia untuk menyadarkan Nadia dari lamunannya. Tapi belum sempat tersentuh, Nadia sudah membuka suara.
"Jangan sentuh aku!" Ucap Nadia dengan nada dan raut wajah dingin tanpa ekspresi.
"Oke. Tapi kamu harus makan dan minum obatnya dulu!" Ucap Aldo sembari meraih piring berisi nasi untuk Nadia. Kemudian Aldo hendak menyuapi Nadia, tetapi Nadia hanya diam tanpa ekspresi.
"Kamu kenapa Nad? Kamu nggak suka makanannya? Apa kamu mau makanan yang lain? Biar aku carikan."
Nadia masih hanya diam, tanpa reaksi apapun. Tapi kemudian air mata mengalir di pipinya. Aldo ingin membantu menghapusnya, tapi langsung di cegah oleh Nadia.
"Bisa tolong tinggalkan aku sendiri!" Pinta Nadia dengan suara menahan tangis.
"Oke. Tapi kamu harus makan dan minum obatnya! Kalo kamu nggak makan. Aku akan bawa Reyna pergi." Balas Aldo dengan menakut-nakuti. Ia tahu kelemahan Nadia ada pada Reyna.
Setelah itu Aldo bergegas keluar untuk menemani Reyna. Nadia langsung mengambil piring makanannya dan kemudian menghabiskannya. Tidak lupa ia juga mengkonsumsi obat yang sudah di sediakan oleh Aldo.
Nadia pergi ke dapur dengan membawa piring kotor. Ia melirik Aldo yang sedang bercanda dengan Reyna di ruang tengah.
"Reyna, ayo tidur! Ini sudah malam." Ucap Nadia setelah meletakkan piring kotor di dapur.
Nadia langsung menarik pelan tangan Reyna tanpa mengucap apapun pada Aldo. Hal itu membuat Aldo merasa kebingungan serta heran dengan sikap Nadia.
"Kenapa dengan Nadia? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa?" Batin Aldo bertanya-tanya.
Setelah Nadia dan Reyna sudah masuk ke dalam kamar mereka, Aldo bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya sendiri. Ia tidak sengaja melihat ke arah laci tempat ia menaruh map berisi salinan daftar nikah. Aldo langsung mengeceknya, dan kemudian menebak Nadia sudah menyadari bahwa dirinya bukanlah Arka. Aldo jadi merasa khawatir jika sampai Nadia menolak menikah dengannya, padahal hari pernikahannya sudah semakin dekat.
Pada tengah malam, saat Nadia terbangun dan ingin mengambil air minum. Ia melihat Aldo tertidur di kursi ruang tengah tanpa selimut. Nadia segera mengambil air minum dan setelah itu mengambil selimut di dalam kamar untuk menyelimuti Aldo supaya tidak kedinginan. Lalu kembali masuk ke dalam kamar lagi.
"Ternyata Nadia masih menganggap aku Arka. Aku pikir Nadia sudah mengingat aku yang sebenarnya, makanya dia marah sama aku." Batin Aldo saat Nadia sudah tidak terlihat lagi. Sebenarnya Aldo terbangun saat Nadia mengambil air minum, tapi ia pura-pura masih tidur karna ingin tahu reaksi Nadia. Ternyata Nadia masih perhatian juga.
"Eh tunggu. Nadia perhatian karna menganggap aku Arka atau Aldo ya?" Batin Aldo kembali bertanya-tanya dan merasa bingung sendiri.
Aldo merasa kesal sendiri dan segera tidur lagi. Lalu ia berpendapat bahwa Nadia tidak mungkin perhatian jika sudah mengingat bahwa dirinya adalah Aldo.
Pagi harinya saat Nadia keluar dari dalam kamar. Ia sudah tidak melihat Aldo lagi di kursi semalam tempat Aldo tidur. Setelah mengecek kamar sebelah dan tidak nampak sosok Aldo, Nadia mengintip ke halaman depan melalui jendela kaca. Ia juga tidak menemukan keberadaan mobil Aldo.
"Bu Nadia mencari pak Arka?" Tegur Sania saat melihat majikannya mondar mandir ke depan dan ke kamar sebelah.
"Dia pergi jam berapa?" Tanya Nadia ingin tahu.
"Tadi jam empat Bu. Pak Arka berpesan, Bu Nadia jangan sampai telat makan dan minum obat!"
Nadia mengangguk dan kemudian kembali lagi ke dalam kamar.
"Mah, papa sudah bangun belum? Reyna mau ngobrol sama papa." Tanya Reyna saat melihat mamanya kembali masuk ke dalam kamar.
"Mau ngobrol apa memangnya?"
Bukannya menjawab, Nadia malah balik bertanya dan tampak penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Reyna pada papanya.
"Mau bicara tentang sekolah, mah. Semalam papa liatin brosur sekolah. Reyna di suruh milih mau sekolah yang mana." Jawab Reyna sembari menunjukkan brosur yang semalam ia letakkan di atas meja.
Nadia mengangguk, kemudian mengatakan bahwa papanya Reyna sudah pergi dari pukul empat tadi.
Reyna balas mengangguk, kemudian berpikir akan mengirim pesan pada papa Aldo untuk memberitahu sekolah yang di pilihnya.
"Halo pah. Papa lagi dimana?" Tanya Reyna saat sedang melakukan panggilan video call. Barusan setelah ia mengirim pesan, papanya langsung menghubunginya melalui panggilan video.
"Papa lagi di rumah nenek. Mau antar Chila ke sekolah. Mama sudah bangun belum?" Ucap Aldo sembari menyiapkan baju ganti untuknya sendiri. Hari ini Aldo sudah janji akan mengantar Chila ke sekolah, jadinya ia pergi pagi-pagi sekali.
Bukannya menjawab, Reyna langsung memutuskan panggilan video tersebut. Kemudian segera mengirim pesan dan memberitahu bahwa saat ini ia sedang bersama mamanya. Reyna khawatir mamanya mendengar tentang ucapan papanya yang menyebut kata nenek dan Chila. Bisa-bisa mamanya akan kebingungan dan bertanya-tanya.
"Chila? Siapa Chila?" Batin Nadia penasaran. Diam-diam ia menguping pembicaraan Reyna.
Siang harinya, Nadia ingin bertemu dengan Arin. Ia sudah mempunyai alamat tempat kerja Arin dan nomor ponselnya. Nadia melirik Reyna yang sedang menonton video kartun menggunakan ponsel.
"Kenapa mah?" Tanya Reyna merasa sadar tengah di perhatikan oleh mamanya dengan tatapan misterius.
"Boleh mama pinjam ponselnya?" Ucap Nadia meminta izin. Ia ingin memberi kabar pada Arin bahwa ia akan pergi ke tempat kerja Arin untuk membicarakan sesuatu.
Reyna langsung menyerahkan ponselnya pada sang mama. Setelah memasukkan nomor Arin dan mengirim pesan, tidak lama kemudian Arin membalas pesanannya. Nadia langsung mengembalikan ponsel Reyna dan bersiap-siap untuk menemui Arin.
Nadia pergi secara diam-diam, sebab ia khawatir, Sania dan Reyna tidak akan mengizinkan dirinya pergi jika ia memberitahunya.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Nadia sudah sampai di tempat tujuan. Ia mengatakan pada resepsionis bahwa ia ingin bertemu dengan sekretaris atasan bernama Arin.
"Kata Bu Arin suruh langsung masuk saja ke ruang kepemimpinan, beliau sedang berada di sana." Ucap petugas resepsionis memberitahu, dan kemudian memberi tahu arah menuju ruang tersebut.
Nadia mengangguk dan segera pergi menuju ruang yang di tunjuk oleh resepsionis.
Di dalam ruang kepemimpinan, Arin sedang menunjukkan berkas penting tentang data-data perusahaan bulan kemarin. Ia berdiri di samping Aldo dan sedikit membungkuk untuk memperhatikan setiap lembar berkas yang harus di pelajari berdua.
Sesekali, Arin melirik ke arah layar monitor rekaman CCTV untuk bisa melihat keberadaan Nadia saat ini.
Bersambung..
jadi 3 anak yang masih membutuhkan Nadia itu Chila, Reyna sama Azka.
sama Tante Rani dan Arin masih ingat tapi sama Aldo kok nggak ingat ya....
kehilangan segalanya...😢
Mesya jahat banget sih....👊👊
nasib ratu kok bisa setragis itu ya....
padahal dulu ketua geng. 🤭
ternyata masa lalu Kenzo menyedihkan...