NovelToon NovelToon
Asupan Lorong Kehidupan

Asupan Lorong Kehidupan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Preman / Penyelamat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan Dari Tuhan

Fatur mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap wanita yang dari tadi setia mendengarkan isi hatinya. Fatur mendekati Astuti, memegang kedua pundak gadis itu, dan menatapnya lama. Suasana itu membuat sang gadis jengah.

"Jika aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin dilahirkan ke dunia ini. Aku lebih ingin dimatikan saja saat masih dalam kandungan," kata Fatur dengan suara serak.

"Itulah yang sering umi katakan saat bertengkar dengan ayah. Aku dan adik-adikku merasa menjadi pelampiasan amarah umi yang terpendam pada ayah. Umi sering mengungkit-ungkit, kenapa aku dilahirkan. 'Kenapa tidak matikan saja kamu saat dalam kandunganku?' Itu kata umi setiap kali aku membangkang."

Fatur masih menatap Astuti intens, membelai rambut wanita itu perlahan. Setelah itu dia mengalihkan pandangannya, menjauh dari Astuti. Terdengar isakan tangis yang tertahan. Fatur menyandarkan dirinya ke dinding kamar.

"Sosok seorang ayah yang seharusnya menjadi pemimpin keluarga, tidak seharusnya memperlakukan anak dan istrinya dengan kejam. Bahkan yang menafkahi kami semua adalah umi. Ayah hanya numpang makan, meski dia sehat-sehat saja. Hanya malas menafkahi keluarganya. Hobinya hanya bikin onar, dan memalukan anak-anaknya." Fatur terdiam menundukkan kepalanya menatap lantai kamar.

"Aku selalu iri dan sedih ketika melihat keluarga bahagia dan harmonis. Aku berharap bisa berada di posisi mereka. Aku lelah dengan karma ini. Entah dosa apa yang aku lakukan di masa lalu hingga aku mendapat karma sejahat ini," ujar Fatur dengan suara penuh kesedihan.

"Aku masih ingat perlakuan ayah terhadapku dan Melinda yang tak pernah aku lupakan. Itu membuatku sangat membenci Hasan Bahri. Pertama, saat kepalaku dan Melinda diadu saat makan. Kedua, saat ayah sedang sholat, aku berlari dan duduk dihadapannya. Apa kamu bisa menebak apa yang terjadi?"

Astuti menggeleng tidak tahu. Fatur melanjutkan, "Dia menendangku. Saat itu aku masih berusia dua tahun. Karena malu, aku lari ke rumah nenek yang tidak jauh dari rumah kami."

"Apakah harus dia menendangku saat itu? Padahal aku tidak tahu apa-apa tentang sholat, atau apa yang dia lakukan saat itu. Sikapnya menggambarkan sosok ayah yang gagal." Fatur semakin frustasi, kini duduk bersandar di dinding kamar.

Astuti mendekati Fatur yang semakin dilanda kepiluan.

"Sudahlah Fat. Tidak usah meratap seperti ini. Lebih baik kau istirahat. Semoga esok harimu lebih cerah," ujar Astuti lembut membantu Fatur berdiri dan menuntunnya menuju ranjang. Dia segera membaringkan Fatur dan menyelimutinya.

Keadaan selalu tidak berpihak padanya. Betapa terkejut dirinya, dia hanya membisu, terdiam sejenak. Memikirkan apakah yang baru saja dia lihat adalah kenyataan atau hanya halusinasi. Perlahan Fatur mendekati tulisan itu: "Rumah ini telah dijual," terpampang jelas di depan pintu rumahnya. Fatur semakin berang, tidak habis pikir kenapa hidupnya bisa hancur seperti ini? Semua yang dia miliki, satu per satu telah meninggalkannya tanpa sisa. Otaknya berpikir keras, memikirkan ketiga adiknya. Semakin sakit pikirannya dan jiwanya, memikirkan keberadaan mereka.

Fatur segera meninggalkan rumah itu, mencari keberadaan adik-adiknya. Namun semuanya sia-sia, dia tidak menemukan mereka.

"Ke mana mereka? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang sedang mereka perbuat dan di mana mereka tinggal?" Fatur semakin frustasi dan lelah.

Fatur duduk dipinggir jalan, dia terus saja melihat disekitarnya. Dia berharap akan ada keajaiban, menemukan adik-adiknya yang tak tau, rimbanya.

Lagi-lagi dia, menemukan kejutan yang luar biasa. Kejutan dari Tuhan, yang tidak terduga. Dia hampir tidak percaya, dengan apa yang dia lihat. Dia tersenyum kecut, kakinya melangkah, mendekati dua sejoli yang tengah kasmaran itu.

“Ayah, apa yang ayah lakukan disini?" Panggil Fatur, mencoba mengontrol amarahnya, yang tiba-tiba memuncak diubun-ubun. Yang dipanggil langsung menoleh, keduanya langsung menunjukkan wajah keterkejutannya.

“Siapa perempuan ini yah?" mata Fatur menatap sosok wanita itu tajam. Dadanya naik turun, menahan sesak, tangis dan amarah.

“Aku bisa menjelaskan semua ini Fat. Ini semua tidak seperti yang kau lihat..." ujar Eva tiba-tiba meraih tangan Fatur. Respon Fatur, membuat kening Eva berkerut. Tanpa diduga, Fatur melepaskan tangannya dengan kasar.

“Aku tidak bertanya padamu! Jadi, tidak usah menjelaskan apapun. Lebih baik kau diam!" ujar Fatur ketus, tatapan dinginnya menembus relung hati Eva.

Tatapan Fatur, seakan-akan ingin merobek apa saja. Membuatnya bergidik ngeri. Eva mundur beberapa langkah kebelakang. Kedua kakinya bergetar ketakutan. Rasanya dia ingin berlari jauh dari iblis itu. Fatur bisa saja berubah bak seorang iblis dalam hitungan detik ketika dia marah. Laki-laki berdarah dingin itu, bukan sekali dua kali suka berbuat onar dikampus, ataupun diluar jam kampus. Sudah banyak korban-korban kebiadabannya berakhir dirumah sakit, berbulan-bulan koma. Bahkan ada juga yang hampir saja meninggal dunia. Untung saja, beberapa orang datang melerai. Jadi, kematian dihari itu tertunda. Fatur mengeram, mengepal kedua tanggannya. Siap menghantam siapa saja yang membuat kerusakan dikeluarganya. Melihat situasi semakin mencekam, Eva memberanikan diri mendekati Fatur, yang terlihat sangat marah. Eva membelai tangan Fatur mesra.

"Kita bisa bicarakan baik-baik, Fat. Tidak usah marah-marah, apalagi harus melakukan kekerasan. Tidak baik." Eva berujar dengan lembut.

“Diam kau! Aku tidak punya urusan denganmu!" Sembur Fatur geram, mukanya memerah. Sebagai tanda sebentar lagi amarahnya akan terlampiaskan tanpa terkendali. Fatur mendorong Eva hingga terjerembab jatuh.

“Aku hanya memiliki urusan dengan dia..." Fatur menunjuk sang ayah, dengan satu jarinya. Hasan ingin membantu Eva yang terjatuh. Namun terhenti, akibat ancaman Fatur.

“Tidak sepantasnya anda membantu wanita simpanan itu. Jika anda, membantunya berdiri. Saya pastikan mungkin hari ini, adalah hari terakhir anda hidup didunia." teriak Fatur marah. Mengancam ayahnya. Seakan-akan dia ingin sekali memberi tahu kesemua orang. Kalau saat ini, dia ingin melampiaskan amarahnya kepada siapa saja.

“Jawab pertanyaan saya, siapa perempuan ini?" teriak Fatur lagi.

Rasanya dia telah hilang kesabaran, menghadapi drama dikeluarganya. Ingin rasanya, dia mengakhiri semuanya. Meluapkan semua amarah, dan membunuh siapa saja yang mencoba menghalanginya.

“Siapa dia ayah?" akhirnya kata-kata Fatur melunak, mengingat yang ada dihadapannya itu adalah ayahnya sendiri.

“Dia pacar ayah," hati Fatur makin mendidih mendengar ucapan sang ayah. Sebegitu gampangnya dia mengucapkan kata itu, sedangkan disisi lain, banyak hati yang tersakiti disebabkan ulahnya. Fatur semakin geram, mencoba mengontrol hatinya yang semakin merana. Dikhianati sekaligus oleh dua orang yang berarti dihidupnya. Kekasih, dan ayahnya sendiri.

Fatur tertunduk geram, lagi dan lagi dia mencoba mencerna semua apa yang terjadi. Saat itu, dia merasakan titik kelemahannya, telah hancur berkeping-keping, seperti debu yang bertebaran. Fatur tersenyum, mengangkat wajahnya dengan dingin. Maju beberapa langkah kedepan, mendekat didepan sang ayah.

“Sungguh tega sekali anda. Anda mengkhianati istri, dan anak-anak anda sendiri, demi perempuan ini..." Fatur menatap mata sang ayah intens, tanpa berkedip sedikit pun. Kontak mata itu, membuat sang ayah jengah dan memalingkan wajahnya dari putra sulungnya itu.

“Tatap aku ayah! Fatur mendekati ayahnya. Kini jarak mereka, semakin dekat.

“Apa ayah takut? Fatur tersenyum getir.

“Apa yang ayah takut kan? Apa ayah takut dengan dosa-dosa ayah? Dikejar-kejar dosa, mungkin?" cecar Fatur.

“Dan sungguh diluar dugaan. Tidak menyangka, kau bisa melakukan hal sekeji ini, demi harta dan tahta. Rela menjadi simpanan suami orang. Kau telah menghancurkan, keluargaku dan kau akan segera mendapat balasan, dengan apa yang kau perbuat. Berani bermain-main denganku, berani juga menanggung akibatnya”

Secepat kilat tangan Fatur, telah meninju wajah Eva cukup keras. Hasan histeris melihat kekasihnya itu, langsung ingin membantunya. Namun tanpa diduga, tinju mematikan itu juga, hinggap diwajah tua itu.

“Mulai hari ini, aku berhenti menjadi putramu, dan tidak pernah sudi punya ayah sepertimu. Jika nanti anda sudah tua, tidak lagi bisa berdiri dan mencari makan sendiri. Jangan pernah mencari kami lagi, minta bantuan lah dengan wanita simpanan ini..." Fatur menatap wajah Eva marah.

“Dan juga kepada anak kalian nanti. Jika kalian memiliki anak. Semoga hubungan kalian baik-baik saja, sampai maut memisahkan." sambung Fatur lagi. Fatur menyungging senyum. Senyum kepalsuan, padahal hatinya sakit, merana dan kecewa.

“Oh ya. Aku peringatkan, kalian berdua! Jika ingin hidup kalian, aman dan bahagia. Jangan pernah memunculkan diri, dihadapanku apalagi keluargaku! Ingat dan pahami! Jika ingkar, siapa saja akan mati, jika berani menampakkan diri!" Fatur berujar, tersenyum sinis menatap dua insan itu.

Tak terduga, tinju untuk kedua kalinya, kembali didapatkan oleh keduanya. Setelah melampiaskan amarahnya, dia melangkah pergi menghilang, dari pandangan kedua sejoli itu. Fatur melangkah dengan banyak pengharapan, yang akhirnya berakhir menyedihkan.

“Aku bersumpah, tidak akan membiarkan kalian hidup dengan tenang. Aku akan membuat hidup kalian menderita. Tunggu saja waktunya tiba, kehancuran akan datang. Selagi masih ada tetesan airmata umiku, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun bahagia. Siapa pun, yang memiliki hubungan dengan keduanya. Akan kubuat kalian menyesal, telah mempermainkan keluargaku dan akan berakhir tragis." ujar Fatur geram dalam diam.

1
Ikan Teri
/Casual/
Miftahur Rahmi23
Ayo tebak siapa yang teror Hasan dan Eva?
Graziela Lima
Cerita yang mampu.
Miftahur Rahmi23: Makasih kak udah mampir. semoga suka ya, dengan ceritanya
total 1 replies
Ming❤️
Tolong update sekarang juga biar bisa tidur malam dengan tenang.
Miftahur Rahmi23: udah upload chapter 4 kak, tapi belum disetujui sama editor. makasih ya kak, udah mau baca novel saya. jika ada salah dalam penulisan, apalagi titik koma nya, harap di koreksi ya kak. maklum masih amatir kak😥😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!