apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Plakk
Tamparan cukup keras mendarat di pipi Anin.
"Dasar anak kurang ajar kamu. Mulut kamu itu memang nggak akan pernah bisa bicara sopan santun. Sekarang ibuk sadar mengapa keluarga suami kamu itu, nggak pernah menyukai kamu."
Luluh sudah pertahanan Anin. Seseorang yang seharusnya sekarang merangkul, bahkan menjadi rumah untuk dirinya pulang. Kini malah menjadi orang yang paling menentang kehadirannya di rumah itu.
Matanya menatap kearah adiknya. Gadis yang selalu menjadi kebanggaan ibunya. Sedangkan dirinya sampai kapanpun akan menjadi benalu dan orang pembawa sial di depan ibunya sendiri.
Dengan ucapan pelan dan lirih. Sekaligus air mata yang Anin usap dengan kasar. "Aku minta maaf kalau kehadiran ku malam ini membuat kalian terganggu. Kalau begitu aku pamit, sekali aku minta maaf."
Tanpa mendengar jawaban ibu dan adiknya. Anin beranjak pergi dari rumah itu.
"Bahkan ketika aku pergi pun, ibuk tidak mencegah ku." Batin Anin. Masih dengan langkah kakinya yang mulai menjauh dari pandangan ibu dan adiknya.
******
Di jalanan
Anin berjalan menelusuri jalanan yang entah ia pun tak tahu tujuan nya sekarang kemana.
Langkah kakinya pun terhenti di salah satu jembatan.
Perlahan kaki jenjang Anin menaiki pinggiran jembatan. Matanya menatap ke bawah sungai yang mengalir air cukup deras.
"Ahhhh...." Teriak Anin ditempat itu.
Tangisan gadis itu pecah di malam yang sunyi dan hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang.
"Kau sangat kejam Tuhan. Dosa apa yang sudah aku perbuat? Sampai semua orang membenciku. Kesalahan besar apa yang sudah aku perbuat? Sampai mereka membuangku sesuka hati mereka. Aku lelah, aku capek, aku pengen pergi dari semua ini." Anin berteriak layaknya orang yang sudah bosan hidup.
Perlahan pandangannya mengarah kembali je bawah sungai di bawah jembatan. Entah bisikan dari mana? Akan tetapi kini sungai itu serasa berbisik padanya. "Ayok sayang, Kemarilah! aku akan memberimu kenyamanan yang tidak pernah kamu temukan di dunia mu itu. Kemarilah! Akan aku buat kau terbebas dari kesengsaraan."
Mendengar sungai dengan aliran air yang deras itu, seakan melambai kearah dirinya berada. Anin hendak melangkah masuk kedalam pelukan sungai yang berjanji akan memberikannya kebahagiaan.
Akan tetapi tiba-tiba....tangannya di tarik oleh seseorang.
Sontak tubuh Anin tersungkur di atas tubuh pria yang tak ia kenal. Tatapan mereka saling adu pandang.
Tak lama Anin pun tersadar. Dan segera menjauh dari tubuh pria yang telah menarik nya tadi.
Sinis nya nada bicara Anin keluarkan. "Siapa kamu? Kenapa kamu halangi aku ha?"
Pria itu berdiri, matanya menatap lekat kearah Anin. "Apa kau pikir dengan lompat kesana semua permasalahan mu bisa selesai?"
"Em. Bukankah itu memang akan terjadi jika aku mati?"
Seakan tau apa yang Anin rasakan. Pria itu tak mencemooh ataupun menghardik tindakan bodoh Anin. "Aku tidak tau apa yang membuatmu sampai berpikiran seperti itu. Tapi, apa kau tau banyak kebahagiaan di masa depan yang sedang menunggu mu untuk menjemput kebahagiaan itu."
Anin tertawa ringan. "Kau bilang apa? Kebahagiaan? Apa itu? Aku saja sudah lupa, apa artinya kebahagiaan. Tapi dengan percaya diri kau bilang kalau di masa depan aku akan bahagia." Ucap Anin.
"Lalu, apa dengan kematianmu itu kau akan membiarkan semua orang yang menyakitimu bahagia? Mereka akan bahagia, dan kamu hanya akan tinggal kenangan terburuk bagi mereka." Ucap pria itu.
Anin terdiam. Serasa pria itu tau apa yang kini ia alami. Tapi siapa pria itu? Mengapa pria itu mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang ia alami sekarang?
"Kau pasti bertanya siapa aku? Biar aku jawab, anggap aku orang asing yang dikirim Tuhan untuk menunjukkan ke kamu. Kalau dunia ini ada selalu ada sedih dan bahagia. Bangkit sekaligus balas mereka yang membuat hidup mu sengsara selama ini." Imbuh pria itu lagi.
Seketika tangis Anin pun pecah. Wajahnya ia usap dengan kasar. Ucapan pria itu ada benarnya. Bukannya ia bertahan sampai sejauh ini, hanya untuk membalas dendam pada semua orang yang telah melukai hatinya selama ini.
Pria asing yang tak mempunyai ikatan darah dengannya. Malah menjadi penguat sekaligus rumah untuknya. Ketika semua orang yang berstatus sebagai keluarga untuknya, malah berlomba mati-matian membunuh impian hidup yang selama ini ia tumbuhkan.
Tak lama suara ponsel Anin berbunyi.
Drrttt
Drrttt
Mata Anin menatap ke layar ponsel yang ia genggam sekarang. Terpampang jelas nama Adriel suaminya di layar itu.
"Angkat! Dan hadapi semuanya. Meski berat, tapi aku yakin kamu bisa melalui semua nya." Ujar pria asing itu.
Anin menatap sekilas pria yang kini berada di depannya. Dengan cepat Anin pun menekan tombol hijau di layar ponsel, sekaligus mengusap air mata yang masih saja terus keluar tanpa diminta.
"Iyah mas." Ucap Anin pada ponsel yang kini telah berada di samping telinganya.
"Dimana kamu?"
Seperti biasa tak ada kelembutan dari suara Adriel untuknya.
"Anin!" Sentak Adriel.
"Aku di jalan bentar lagi aku pulang."
Tanpa menunggu jawaban Adriel. Tangan Anin menekan tombol merah pada layar ponsel nya.
Anin menatap pria yang menolong nya tadi. "Saya berterima kasih atas apa yang Anda ucapkan tadi. Tapi sekarang saya harus segera pulang. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih." Tutur Anin.
"Apa perlu saya antar kamu pulang? Ini sudah malam dan... "
Ucapan pria itu di sela langsung oleh Anin. "Sekali lagi saya ucapkan terimakasih. Saya bisa pulang sendiri."
Tak lama ada taxi, segera Anin menghentikan taxi itu.
Sebelum masuk kedalam taxi, Anin menatap kearah pria yang masih menatap kearah dirinya. Tak lama Anin pun tersenyum seraya menunduk kan tubuhnya.
Setelah itu, tak ingin membuat taxi nya menunggu terlalu lama. Anin masuk kedalam taxi dan meminta agar sopir taxi itu segera jalan.
Disisi lain pria itu tersenyum menatap Anin yang telah menjauh dari pandangan matanya. "Mengapa jantungku berdetak tak karuan? Tapi.... Senyuman gadis itu sangat menawan." Gumam Pria itu.
*******
Di kediaman rumah Adriel
Tak lama taxi pun berhenti di depan pekarangan rumah yang sangat tak ingin ia datangi hari ini. Akan tetapi ia ingat kata pria itu yang mengatakan aku harus hadapi semua masalah yang ada di hidupku.
Bukan malah berniat mengakhiri semuanya dengan cara yang tragis. Tapi mengakhiri semuanya dengan kebahagiaan yang aku idamkan selama ini.
Anin berjalan kearah rumah megah itu. Nafas nya pun tak lupa untuk ia atur, tentu Anin tau apa yang akan terjadi setelah ini. "Aku kuat, akan aku hadapi apapun yang terjadi nantinya." Ucap Anin.
Tangannya pun membuka pintu rumah dan perlahan melangkah masuk kearah rumah Adriel.
"Ini nih ratunya, dari mana aja? Udah berasa kayak nyonya sampek kita harus nungguin lo iyah?" Sentak Nita menyambut kedatangan Anin.
"Nita! Jaga bicara kamu." Sahut Adriel.
Nita pun terdiam. Sambil menatap kesal kearah Anin.
Untuk pertama kalinya Anin mendengar pembelaan dari Adriel suaminya.
"Dari mana aja kamu? Apa kamu tau kalau kami nungguin kamu?" Tanya Adriel pada Anin.
"Aku siap untuk cerai." Jawab Anin.
Seketika suasana ruang tamu pun menjadi hening.
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞