Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Melamun merenungi ucapan yang dikatakan oleh Omanya saat waktu itu. Quella rasa-rasanya hari ini tidak berselera melakukan apapun. Melihat wajahnya yang sudah dirias cantik oleh Yuren, tidak membuatnya merubah ekspresi wajah yang cemberut.
"Aku benci ini," ucap Quella yang dapat jelas didengarkan oleh telinga Yuren.
Membereskan alat make-up yang telah digunakan. Yuren memang sudah seperti pelayan pribadi bagi Quella, karena sebenarnya Nona mudanya ini tidak bisa melakukan apapun sendiri. Harus selalu ada yang membantunya, bahkan dari menyiapkan bak mandi, hingga mempersiapkan diri.
Bisa dikatakan hidup Quella sudah seperti Putri Kerajaan yang selalu harus dibantu oleh para dayang-dayangnya. "Tapi Nona tidak ada salahnya mencoba terlebih dahulu," bujuk Yuren.
Sebenernya tujuan dari Nonanya bersiap untuk hari ini, karena harus bertemu dengan Tuan muda Parvez sesuai perjanjian yang dilakukan.
Diam sesaat sebelum sebuah senyuman sinis muncul di wajahnya. "Sepertinya membuat orang itu kesal tidak ada salahnya," gumam Quella pelan setelah melirik jam yang ada di kamarnya.
"Hubungi Parvez, bahwa aku tidak mau pertemuan diadakan di sana. Jika memang mereka ingin bertemu, maka temui aku di Queez Hotel bukan ditempat lain," ucap Quella dengan enteng tanpa beban bersalah.
"Tapi Nona, sudah sangat terlambat jika ingin merubah jadwal pertemuan," Yuren merasa Nonanya terlalu berprilaku sesuka hati. Padahal sebenarnya pihak mereka yang bener-bener membutuhkan bantuan.
"YUREN.... Cukup turuti apa yang aku katakan," gerutu Quella dengan marah, dirinya sangat membenci orang yang selalu membantah permintaannya.
"Baik Nona, saya akan menghubungi pihak Parvez," Yuren mengalah karena sikap keras kepala dari nona mudanya, dan segera pergi untuk menghubungi pihak Parvez.
Mendengar pintu kamarnya tertutup, Quella tetap mempertahankan wajah angkuhnya itu. Menatap serius wajah cantiknya di cermin kemudian bergumam sesuatu.
"Pilihan yang tepat hanya dengan pernikahan. Setelah Queez Hotel sudah dalam keadaan baik-baik saja, bukankah aku bisa terlepas dari pernikahan menjijikan itu."
"Yah itu pilihan yang tepat, lagi pula pernikahan itu hanyalah status semata. Tidak akan merubah apapun lagi," lanjut Quella dengan sangat percaya diri.
Berdiri melihat bagaimana penampilannya hari ini. Quella mengenakan dress yang sangatlah cantik, dipadukan tataan rambutnya yang pas dengan bajunya ini. Sempurna tanpa celah itulah kalimat yang menjabarkan bagaimana penampilan Quella saat ini.
°°°°°°
Di sebuah Restoran yang sudah disiapkan dengan baik. Menunggu hampir setengah jam, melebihi jam pertemuan. Tapi sayangnya orang yang ditunggu tidaklah muncul. Menikamati cerutu yang ada ditangannya ini, mata birunya Xaver memperhatikan tanpa terlepas sedikitpun saat-saat Jad menerima panggilan dari seseorang yang diketahui olehnya pelayan pribadi dari Quella.
"Maaf Tuan muda, sangat disayangkan sekali bahwa Nona Quella hanya ingin pertemuan ini diadakan di Queez Hotel," ucap Jad setelah menerima panggilan dari Yuren.
Menaikan alisnya sebelah, Xaver jelas-jelas tidak menyukai ucapannya yang dilontarkan oleh Jad. "Apa dia tidak tau ini jam berapa, dan tiba-tiba begitu saja merubah pertemuan dengan sesuka hati," ucap Xaver yang memang sangat membenci orang yang membuang-buang waktu berharganya.
"Jadi Tuan, apa kita harus tetap melanjutkan kerja sama ini," ujar Jad hanya berbasa-basi, padahal dirinya sudah tau bagaimana sikap Tuannya ini.
"Apa perlu aku jelaskan kembali?" ucap Xaver dengan penuh penekanan. Jelas-jelas sekarang dirinya dibuat geram, cerutu yang dinikmati olehnya sekarang tidak menyurutkan sedikitpun kekesalannya.
"Kita kembali ke perusahaan, tidak ada dalam kamusku mengemis untuk melakukan pertemuan sepele ini," ujar Xaver mutlak dan langsung pergi dengan kekesalan yang mendalam.
Tentu Xaver merasa marah sekali, karena dibuat menunggu ditempat. Padahal dirinya selalu tepat waktu dalam apapun, jadi dirinya membenci siapapun yang membuatnya menunggu lama, sekalipun Quella yang membuatnya sedikit merasa tertarik.
"Baik Tuan," seru Jad yang mengikuti langkah Tuannya dari belakang. Aura Tuannya jelas-jelas sedang tidak bersahabat sekarang.
Hanya berharap satu, Tuannya tidak melampiaskan kemarahannya saat bekerja nantinya, karena itu akan sangat merepotkan dirinya nanti.
°°°°°
Duduk dengan cantik di kursi restoran tempat yang dirinya pilih. Quella dengan santai menikmati dessert yang telah disajikan khusus untuk dirinya ini. Tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, padahal dirinya memiliki sebuah pertemuan penting dengan Parvez di Queez Hotel.
"Nona maaf menganggu," Yuren datang dengan raut wajah yang terlihat jelas putus asa.
"Katakan saja semuanya," ucap Quella sambil terus menikamati dessert yang mengunggah seleranya ini.
"Pihak Parvez membatalkan kerja sama," Yuren merasa bahwa ini adalah akhir dari Queez Hotel.
"Oh itu kabar yang bagus bukan," ucap Quella enteng, tanpa merasa ada yang salah.
"Tapi nona bukankan kerja sama dengan pihak Parvez sangatlah berarti saat ini," Yuren mencoba mengingatkan kembali, agar nonanya tidak bertindak sesuka hatinya saja.
Membersihkan sudut bibirnya, Quella mengakhir acara makannya. "Lagi pula itu tujuanku yang aku inginkan. Setelah dipikir-pikir aku punya rencana yang lain."
Quella mempunyai keinginan yang ingin dicobanya. Setelah merenung lama, akan sangat berat baginya, jika harus menikah tanpa cinta. Hal terakhir lainnya, dirinya hanya ingin menikah bersama Elvis bukan laki-laki lain.
"Saya harap itu, berjalan sesuai yang anda inginkan," ujar Yuren yang hanya dapat berdoa, agar rencana yang dirancang nonanya itu tepat,dan tidak menjadi bumerang bagi mereka
"Aku ingin dessert ini lagi, bisa tolong kamu pesankan," Quella menunjuk dessert yang diinginkannya lagi, sambil memberikan senyuman yang cerah ada Yuren.
Yuren sedikit tertegun melihat senyuman nonanya usang sangat terlihat hangat. Bahkan sudah lama Yuren tidak melihat hal ini, karena masalah yang terjadi. "Baik nona," dengan segera menuruti perintah, dan tidak ingin kesenangan Nonanya menghilang.
Kesenangan Quella terganggu, saat ada tiba-tiba seseorang duduk di depan mejanya. Mata mereka bertemu satu sama lain, Quella menaikan alisnya bingung dengan siapa yang berada di depannya ini.
"Siapa kamu?" tunjuk Quella dengan mengarahkan sebuah garpu ke arah lawan bicaranya, sedikit tidak sopan. Tapi seperti biasa Quella tidak peduli.
"Xaver Parvez," jawab Xaver dengan datar, tatapan matanya yang tajam menatap ke arah Quella. Menilai bagaimana penampilan Quella.
"Bukankah tadi Parvez mengatakan bahwa kerjasama kita batal," ungkap Quella dengan tidak peduli, bahkan sambil melanjutkan acaranya makannya tadi.
Sedikit tidak menyukai tatapan itu, karena terlihat jelas bahwa Quella sama sekali tidak tertarik dengannya sedikitpun. Tidak menanggapi ucapan Quella, sebaliknya Xaver hanya memperhatikan dengan diam. Tapi tetap dengan tatapan tajamnya, seperti ingin membuat permusuhan dengan Quella.
Niat awalnya tadi adalah membelikan sebuah dessert untuk ibunya, karena perintah ayahnya itu. Tanpa di sengaja matanya melihat Quella yang sedang sendiri menikmati kudapan, tanpa memiliki rasa bersalah bahwa mereka tadi mempunyai janji temu.
Risi dengan tatapan yang dilontarkan oleh orang di depannya ini. Quella memutar bola matanya dengan malas, berwajah angkuh dan bertanya. "Jadi apa tujuan Tuan Parvez berada di sini?"
Sama halnya dengan tadi, Xaver hanya diam tidak mau menjawab dan hanya menatap Quella. Menghembuskan napasnya pelan, Quella merasa ingin melemparkan air minumannya kepada lawannya ini.
Hingga sebuah ide yang menjadi rencananya tadi terlintas. "Oh aku akan mengadakan lelang barang, aku dengan baik mengundang Parvez untuk hadir," ucap Quella sambil tersenyum palsu.
"Apa dirimu berniat menjual barang-barang berharga?" Xaver baru mengeluarkan suaranya karena tertarik dengan pembicaraan.
"Itu yang jelas bukanlah urusan Parvez," sama halnya dengan tadi, Quella mempertahankan senyuman palsunya itu.
"Tuan ini pesanan anda," Jad datang sambil membawa, apa yang di pesan oleh Tuan mudanya tadi.
"Hubungi saja dia," tunjuk Xaver pada Jad, secara tidak langsung juga Xaver menerima undangan itu.
"Hm," gumam Quella yang merubah ekspresi wajah menjadi tidak ramah kembali. Mengabaikan keberadaan kedua manusia yang masih menatapnya.
"Sampai jumpa lagi, pertemuan berikutnya pasti akan lebih menarik," ucap Xaver sebagai salah perpisahan mereka. Tanpa disadari olehnya sudut bibirnya sedikit tertarik.
Quella dengan sangat jelas, hanya memutar bola matanya malas. Melihat respon yang didapatnya, Xaver tanpa sadar mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras, menandakan kemarahannya. Harga dirinya beserta ego-nya merasa tersinggung, apalagi saat Quella jelas-jelas menganggap dirinya tidaklah penting.
"Tuan," seru Jad kembali, karena sedari tadi Tuannya hanya diam, dan bisa dirinya rasakan Tuannya ini sedang dalam keadaan kesal.
"Maaf Nona menunggu, ini pesanan anda," Yuren datang dengan terburu-buru, saat menyadari kedatangan pihak Parvez berada di depan Nonanya.
Melihat pesanan yang diinginkan olehnya datang, senyuman manis dan sumringah terwujud di wajah cantiknya. Pipinya ikut memerah saking excited dengan dessert yang diinginkannya. "Terimakasih Yuren," Quella dengan cepat mengambil pesanan yang diserahkan oleh Yuren.
Hal itu tidak terlepas dari perhatian Xaver yang terus melihatnya, hatinya lagi-lagi merasakan hal yang berbeda saat memperhatikan ekspresi Quella yang berubah menjadi manis sekali. "Sweet," gumam Xaver pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Jad.
Mengerutkan keningnya seolah tidak yakin, Jad merasa pendengar telinga bermasalah. "Maaf tuan, tapi Tuan besar sudah terus menghubungi," ucap Jad yang baru membuka pesan dari handphone miliknya yang bergetar.
Berwajah sedikit masam, tanpa berlama-lama lagi Xaver berbalik pergi untuk menuju mobilnya yang terparkir. Jad melihat Tuannya yang langsung beranjak. "Permisi, kami undur diri terlebih dahulu," pamit Jad dengan sopan, kepada Quella dan perempuan yang dikenalinya sebagai asisten pribadi Quella.
"Silahkan Tuan, dan hati-hati dijalan," bukan Quella yang menjawab melainkan Yuren, karena sudah pasti Nonanya ini tidak akan tertarik untuk membalas basa-basi seperti ini.
Setelah mendapatkan balasan Jad berbalik untuk menyusul Tuannya yang sudah tidak terlihat. Menghembuskan napasnya pasrah, berharap hari ini bisa berlalu dengan cepat.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW