Engkau Milikku
...Jari jemari lentik Sonia begitu lihai memainkan piano, semua tamu undangan begitu memuji permainan piano gadis cantik berambut hitam panjang itu. Sonia sesekali meneteskan air mata karena permainan pianonya mengingatkan dia kepada seorang pria yang sangat dia cintai. Sonia mengakhiri permainan piano tersebut dengan sangat sempurna dan mendapatkan tepuk tangan yang gemuruh dari para tamu undangan....
"Waw permainan piano mu sangat bagus Son, nggak nyangka bakat begitu terbuang sia-sia saja," kata Angel, sahabat Sonia.
"Bisa aja kamu," jawab Sonia singkat.
Angel dan Sonia sekarang sedang menghadiri pernikahan teman kampus mereka. Sonia diminta untuk mengisi acara pernikahan itu dengan memainkan piano karena dari SMA Sonia memang sangat jago memainkan alat musik seperti gitar, biola, piano dan lain nya.
Setelah selesai dari acara tersebut, Sonia dan Angel memutuskan untuk pergi jalan-jalan dulu ke pasar malam. Mereka sahabatan sudah sejak lama, dari awal masuk kuliah sampai sekarang, sudah dua tahun mereka lulus kuliah namun belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan menikah.
Angel sudah memiliki pacar, tapi tidak pernah ada kepastian untuk segera menikahinya, sedangkan Sonia, gadis itu tidak memiliki kekasih. Cintanya sudah terhenti semenjak putus dari cinta pertamanya.
"Mau beli apa nih kita?" tanya Angel.
"Beli jajanan pasar aja yuk, lagian aku udah nggak laper-laper banget," jawab Sonia.
"Beli cilor yuk."
"Yuk."
Mereka berdua bergandengan tangan untuk mendatangi tukang cilor, setelah beberapa saat antri, akhirnya mereka mendapatkan pesanan dan memilih tempat duduk yang nyaman untuk menyantap cilor tersebut.
"Kamu kepikiran nggak sih Son, diumur kita yang udah 24 tahun ini kita belum nikah juga?" tanya Angel.
"Ya kepikiran sih, tapi mau gimana, jodoh itu yang belum mampir sama kita," jawab Sonia seraya terus memakan cilornya.
"Tapi ya Son, aku sempat berpikir buat jauhin Derren deh." Sonia sontak menghentikan kegiatan makannya dan menatap lekat wajah Angel.
Karena dia sangat tahu kalau Angel tidak bisa jauh dari Derren, apalagi mereka sudah sering berhubungan badan sejak awal kuliah sampai sekarang.
"Serius? Kenapa emang?" tanya Sonia tak menyangka.
"Capek aja Son, nggak pernah ada kepastian dari Derren soal hubungan kami. Kalo dipikir-pikir, aku cuma pelampiasan nafsu dia doang, habis berbuat ya ditinggalin, alasannya kerjalah, ada ketemu klien lah, banyak lah pokoknya. Pas bahas pernikahan, dia selalu aja ngelak," jelas Angel penuh kekecewaan.
"Ngel, kamu harus tekanin lagi sama Derren mengenai hubungan kalian, ambil keputusan ketika pikiran kacau itu nggak baik loh, ntar malah nyesal kamu. Mending gini aja deh, kamu ajak itu Derren ketemu, minta waktu luang dia yang agak panjang buat bahas kelanjutan hubungan kalian. Bilang ke dia, kalau ini adalah pembahasan terakhir dari kamu, minta, kepastian sama dia."
Angel menarik nafas dan memejamkan matanya sejenak, dia bingung, apakah Derren mau memberikan waktu luang padanya untuk pembicaraan yang menurut Derren sepele?
"Aku coba deh, semoga aja dia mau. Tapi kalo dia masih bertele-tele, aku udah bertekad buat ninggalin dia. Toh kehidupan masih harus berjalan dong."
"Nah gitu dong, baru namanya Angel Ivana."
Mereka menghabiskan waktu di pasar malam sambil menenangkan pikiran masing-masing, karena besok mereka akan kembali berkutat dalam rutinitas harian.
Sonia bekerja di Green House milik pengusaha terkenal, dia mendapatkan posisi sebagai sekretaris karena memang kemampuannya sangat bisa diandalkan. Sedangkan Angel bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan yang bisa dibilang tidak terlalu besar.
Mereka berdua tidak tinggal bersama karena Sonia tinggal sendiri di rumahnya sedangkan Angel di kos-kosan.
Selama dua tahun bekerja di Green House, Sonia bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah minimalis namun terlihat cantik dan sangat pas ditempatinya.
Sonia tidak hanya mengandalkan gaji saja, dia juga berjualan cake, toko online-nya juga begitu ramai dan lumayan terkenal. Sonia adalah tipikal wanita yang tangguh dan mandiri.
...***...
Sean Aznand, itulah nama yang dibaca oleh Carla, dia duduk di hadapan Sean yang sedang membaca berkasnya.
"Good, kamu bisa mulai bekerja di sini sebagai sekretaris saya, saya tidak mentolerir apapun mengenai pekerjaan, jadi saya harap kamu bisa profesional dalam bekerja," kata Sean dengan nada yang begitu tegas dan dingin.
"Baik pak, saya pasti akan profesional dan tidak akan mengecewakan perusahaan ini."
"Baiklah, selamat bekerja Nona Carla." Sean mengulurkan tangannya dan dengan cepat disambut oleh Carla.
"Terima kasih pak."
Setelah Carla keluar dari ruangannya, Sean kembali berkutat dengan laptop miliknya, Sean seorang pengusaha muda yang berusia 28 tahun dan masih lajang. Dia terkenal sebagai seorang pria yang dingin dan cuek, jika berurusan dengan perusahaan, dia tidak akan mentolerir dan langsung memecat siapa saja yang melakukan kesalahan.
Sean hidup sendiri, dia memiliki seorang ayah dan ibu tiri, juga adik kandung laki-laki yang kini berusia 24 tahun, namun sayangnya Sean tidak pernah akur dengan keluarganya itu, terutama dengan ayah kandungnya, Endro Trial Aznand.
Sean membangun perusahaannya sendiri tanpa bantuan siapapun, dia bekerja keras untuk mengembangkan bisnisnya hingga mencapai puncak sekarang. Perusahaan Sean bergerak di bidang textile, bisnisnya sangat banyak bahkan tidak hanya di dalam negeri saja.
Sean yang merasa bosan, langsung menutup laptop dan membuka laci meja kerjanya. Dia menatap sebuah foto yang mana ada dirinya dengan seorang perempuan dengan latar pantai yang indah.
"Apa kamu masih mengingatku?" tanya Sean sambil menatap foto gadis tersebut.
Sean kembali menutup laci itu dan berjalan ke dekat jendela, dia melihat pemandangan kota dari dalam gedung.
Klek!!
Pintu ruangannya dibuka oleh seorang pria, lalu dengan santai pria itu duduk di sofa dan menyalakan rokok. Sean ikut bergabung dengan pria itu dan mereka merokok bersama.
"Masih memikirkan gadismu itu?" tanya Kenzo pada Sean.
"Memang apalagi yang bisa aku pikirkan selain dia?"
"Dasar kau bodoh Sean, jika memang kau masih mencintai dia dan sangat merindukannya, kau tinggal temui dia saja."
"Kalau segampang ocehanmu itu ya tidak masalah tapi semua tidak semudah itu bodoh."
"Kenapa kau tidak pernah mau menemuinya? Bukankah kau mencintai gadismu itu?"
"Ya, aku memang mencintainya tapi butuh waktu yang tepat untuk menemui dia." Selalu saja begitu jawaban dari Sean, padahal Kenzo sangat tahu jika Sean bisa saja untuk menemui gadis impiannya tersebut kapan saja.
"Jangan sampai kau menyesal saat gadis itu dimiliki oleh orang lain Sean, karena kesempatan apapun yang kau sia-siakan tentu akan membuat penyesalan hebat dalam hidupmu." Sean mencerna kata-kata dari Kenzo, apa yang sahabatnya katakan itu memang benar adanya.
Kenzo Everaldo dan Sean sudah bersahabat sejak kecil, mereka bukan orang yang berasal dari keluarga biasa, mereka berdua juga pekerja keras dan mencapai kesuksesan dengan usaha mereka sendiri.
"Aku akan memikirkan kapan waktu yang tepat untuk menemuinya."
"Jangan terlalu lama berpikir."
"Oke, kau tenang saja Ken."
...•••Bersambung•••...
...VISUALISASI TOKOH DALAM NOVEL...
...
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments