NovelToon NovelToon
Loves Ghosts

Loves Ghosts

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Hantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: H_L

Rain, gadis paling gila yang pernah ada di dunia. Sulit membayangkan, bagaimana bisa ia mencintai hantu. Rain sadar, hal itu sangat aneh bahkan sangat gila. Namun, Rain tidak dapat menyangkal perasaannya.

Namun, ternyata ada sesuatu yang Rain lupakan. Sesuatu yang membuatnya harus melihat Ghio.

Lalu, apa fakta yang Rain lupakan? Dan, apakah perasaannya dapat dibenarkan? bisa kah Rain hidup bersama dengannya seperti hidup manusia pada umumnya?

Rain hanya bisa berharap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon H_L, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah Dia Mencintainya?

Jantung Rain yang berdetak sangat cepat, perlahan mulai tenang. Air mata masih terus mengalir membasahi pipinya.

"Tenang lah, Rain." Lora mengusap punggung Rain berusaha menenangkan gadis itu. Tadi, ia juga panik. Tapi, ia lebih panik melihat Rain yang tak berhenti menangis.

Saat tubuh Ghio kejang-kejang, sempat tersirat dalam pikiran Rain akan terjadi hal buruk. Dan jika itu benar-benar terjadi, Rain tidak tahu lagi harus apa. Dada Rain terasa sesak saat memikirkan itu.

"Ghio gak pa-pa, kan, Tante?" tanya Rain setelah merasa lebih baik.

Gelora tersenyum menggeleng. "Ghio gak pa-pa. Kamu tenang aja."

Kening Rain berkerut samar mendengar ucapan Gelora. Wanita itu terlihat lebih tenang dibandingkan Rain. Apakah ia tidak takut terjadi sesuatu kepada Ghio? "Apa kejadian seperti ini pernah terjadi, Tan?"

Gelora mengangguk. "Pernah. Sudah agak lama, kira-kira satu bulan yang lalu. Sama seperti sekarang, tubuhnya kejang-kejang. Tapi, tidak ada hal yang berubah. Kondisinya tetap sama."

Rain terkejut mendengar itu. Berarti ini bukan kali pertamanya. Astaga! Rain sangat ketakutan tadi. Bahkan ia tak berhenti menangis.

Entah sejak kapan ia menjadi cengeng seperti ini. Rain tipikal gadis yang susah menangis. Ia akan menangis hanya pada saat-saat tertentu, apalagi jika menyangkut mamanya. Hanya itu kelemahan Rain. Tapi sekarang, sejak mengenal Ghio, kelemahan Rain seakan muncul. Sejak mengenal Ghio, Rain memiliki rasa takut.

Takut akan kehilangan.

"Apa kamu menyukai Ghio?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Rain terdiam. Kenapa Lora bertanya seperti itu?

"Tante bisa lihat cara kamu menatap Ghio. Bukan lagi menyukai, kamu terlalu khawatir tentang Ghio. Kamu cinta sama putra Tante. Kamu nangis seperti ini juga sudah nampak jelas," kata Gelora.

Rain menunduk diam. Dia memang menyayangi Ghio. Ia takut kehilangan pria itu. Bahkan Rain rela melakukan segala cara untuk kepentingannya. Rain sadar, ia kini lebih mementingkan Ghio dari pada dirinya sendiri. Apakah ia mencintai pria itu?

Rain menggeleng lemah. "Saya gak tahu, Tan."

Gelora melemparkan senyum teduh. "Memang sulit mengerti cinta. Perlahan kamu akan tahu." Lora diam sebentar sambil menatap Ghio yang tidur tenang. Tatapannya Sendu. "Tapi, kamu harus menerima resikonya, Rain."

Rain menatap bingung. "Maksud Tante?"

"Lihat saja sendiri. Sudah setengah tahun, tapi dia gak bangun-bangun. Kita memang berharap dia bangun. Tapi, itu mustahil. Harapan akan bangunnya Ghio itu hanya secuil. Jika memang bisa, itu adalah suatu mujizat."

"Tante jangan ngomong gitu. Tante harus yakin kalau Ghio bisa bangun," kata Rain.

Lora tersenyum miris. "Tante sudah meyakinkan diri Tante sejak awal. Tapi, pada akhirnya, Tante hanya berharap pada mujizat itu."

Rain terdiam. Apakah harapan Ghio bangun haya sekecil itu? Pantas saja jiwa Ghio tidak bisa memasuki tubuhnya. Tidak segampang itu baginya untuk bangun kembali.

"Jangan mencintainya, Rain."

Rain mengangkat kepalanya menatap Lora. Apakah ia salah dengar?

"Kamu masih muda. Jangan mempersulit hidup dengan menunggu yang tidak pasti. Cari kesenangan untuk diri kamu selagi bisa," lanjut Gelora.

Rain tahu apa maksud Gelora. Tapi, kenapa Gelora mengucapkannya. Menunggu yang tidak pasti? Rain yakin Ghio akan bangun. Ia akan menunggu sampai dia benar-benar bangun.

"Apa maksud Tante?" tanya Rain sekalipun ia tahu maksud wanita itu.

"Tante tahu bagaimana perasaan kamu. Jangan menyiksa diri. Menunggu Ghio hanya akan membuat kamu merasa sakit. Dan juga, Ghio belum tentu bisa bangun."

"Tante Lora!" Rain tidak terima dengan pemikiran wanita itu. Apakah ia tidak berharap yang terbaik bagi anaknya? "Saya sudah bilang kalau Ghio akan bangun."

"Kenapa kamu seyakin itu?" tanya Gelora. Tatapannya seolah menantang, namun Rain bisa melihat kesedihan yang amat dalam di sana.

"Karena saya kenal Ghio. Tidak tidak akan menyerah semudah itu. Dan lagi, saya gak bisa mengubah perasaan saya. Saya suka Ghio. Saya akan menunggu sampai dia bangun. Saya gak peduli kalaupun harus tersiksa." Rain merasa kecewa mendengar ucapan Lora.

Setelah mengatakan itu Rain langsung berdiri. "Terima kasih untuk hari ini, Tante. Saya pamit pergi. Maaf kalau ucapan saya terlalu lancang."

Rain menarik tasnya dan beranjak pergi. Sebelum benar-benar pergi, Rain berbalik. "Tante Lora harus yakin, Ghio pasti bangun." kemudian ia benar-benar pergi.

Gelora menatap kepergian Rain hingga gadis itu menghilang dari hadapannya. Ia tersenyum kecil sambil menatap Ghio. "Lihat gadis itu, Ghio. Dia bahkan seyakin itu. Apa kamu masih belum mau bangun juga?"

Lora tidak menduga jika Rain akan mengatakan itu. Gadis itu memiliki pendirian yang teguh. "Dia keras kepala sama seperti kamu, sayang."

Lora hanya berharap, semoga Rain tidak menyesal suatu saat. Lora sudah melihat Ghio terbaring di atas brankar selama ini. Itu sebabnya ia meyakinkan Rain. Karena Lora tahu, sangat mustahil Ghio bisa bangun.

"Apa kamu tahu kalau ada gadis yang menyukai kamu setulus itu?" Lora lagi-lagi mengajak Ghio bicara. Entah kapan ucapannya itu akan berbalas.

Pintu yang di ketuk mengalihkan atensi Gelora. Ia menoleh ke belakang ke arah pintu yang terbuka.

"Kenapa kamu datang lagi?" tanya Gelora.

"Tante. Apa saya bisa menginap di sini?"

Rain baru saja mendapat telpon dari Asya kalau ia tidak pulang. Dan lagi, Rain tidak tahu dimana jiwa Ghio sekarang. Jika ia pulang, Rain terlalu malas berada di kontrakan sendirian.

"Kenapa? Bukannya besok kamu kuliah?"

Rain lupa kalau ia juga punya kesibukan lain. Astaga. Benar, besok harus kuliah. Tapi, bisa kan bolos satu mata kuliah. Atau, Rain meminta izin. Lagi pula, ia hanya menumpang semalam, bukan seharian.

"Besok saya bisa kuliah habis dari sini," kata Rain.

"Hanya ada sofa di sini. Di ruangan tante ada kasur, tapi mungkin malam ini Tante tidak pulang."

Rain tersenyum senang. "Tidur di lantai juga tidak masalah."

Lora memiringkan kepala. "Kamu se-senang itu? Memangnya kenapa kamu tidak pulang?"

Rain mengerjap, bingung harus jawab apa. "Saya sendirian di rumah. Lagi pula, ini hampir malam. Gak baik gadis seperti saya berada di luar malam-malam."

Gelora mengangguk. "Masuk. Jangan berdiri di pintu."

Rain tersenyum dan segera masuk. Ia langsung duduk di sofa.

"Jangan terlalu formal bicara dengan tante."

Rain menatap Lora. Tak lama kemudian ia tersenyum. "Baik Tante."

"Oh ya, kamu bilang kamu sendirian? Dimana keluarga kamu?"

"Saya- eh maksudnya, aku anak rantau, Tan. Kami dari kita lain. Aku sama kakak ku Asyama merantau di sini. Di kampung halaman cuma tinggal papa sama paman saya," jelas Rain.

"Mama kamu?"

"Mama udah gak ada."

Gelora menatap terkejut. "Maaf, Tante gak tahu."

Rain tersenyum. "Gak pa-pa, Tan."

"Jadi dimana kakak kamu? kenapa kamu bilang sendirian?"

"Kak Asya hari ini gak pulang. Mungkin dia sibuk."

Lora mengangguk paham. "Kalau kamu kesepian. Mampir saja ke rumah Tante atau ke rumah sakit."

Rain tersenyum. "Tante ngizinin saya? Jadi, Tante gak lagi berpikir saya harus melupakan Ghio, kan?" tanya Rain sambil melemparkan senyum.

Gelora memutar bola mata. Gadis ini terlaku berlebihan. Ia hanya menyuruh Rain mampir. Tapi, bagaimana pun, Lora senang melihat Rain. Gadis ini sedikit unik.

"Kalau saya paksa juga kamu gak bakal mau kan lupain Ghio?" tanya Lora.

Rain menggeleng. "Tentu gak mau dong, tan."

"Tante udah duga. Terserah kamu saja."

Rain tertawa kecil. Ternyata Gelora sebaik ini.

"Tante ambil selimut dulu. Kalau mau mandi, di laci ada baju pasien, pakai itu aja, soalnya Tante gak punya baju cadangan di sini. kamar mandi ada di sana." Lora menunjuk ke kiri paling sudut.

"Makasih Tante. Kalau gitu, aku mandi sebentar," kata Rain. Ia segera membuka laci yang berada di samping brankar.

"Sama-sama. Di sana ada sabun juga. tapi kalau shampo kayaknya gak ada."

"Gak masalah, Tante."

"Oke. Tante juga harus pergi, mau memeriksa pasien lain. Nanti Tante datang lagi bawa selimut."

Rain mengangguk. Setelah Lora pergi, ia langsung mandi. Tak butuh waktu lama baginya untuk mandi. Rain keluar dengan memakai pakaian pasien. Bajunya sedikit kebesaran. Tapi, Rain suka baju longgar seperti ini. Dan lagi, warna biru Dongker seperti ini cocok untuk kulitnya yang putih.

"Rain!"

Rain terperanjat setelah menutup pintu karena suara itu. Tubuhnya oleng dan hampir jatuh. untung saja ada tangan yang menahannya. Tangan itu memeluk pinggangnya.

Mata Rain membola sempurna. Ia menatap sosok yang menahan tubuhnya. Jantung Rain berdetak cepat dan kuat.

Tatapan mereka beradu beberapa saat. Hingga Rain mulai sadar.

"Ghio?"

Senyum Rain langsung mekar seketika. Dalam hitungan detik, Rain langsung meloncat ke dalam pelukan pria itu.

"Aku pikir kamu bakal hilang lagi kayak kemaren-kemaren. Kamu dari mana?" tanya Rain sambil melepaskan pelukannya.

Ghio tersenyum melihat gadis itu. Perasaanya senang setiap melihat gadis itu. Dan lagi-lagi, gadis itu memeluknya.

"Kamu kangen, ya. Baru juga hilang sebentar." kata Ghio dengan tatapan menggoda.

Rain menatap aneh. Bibirnya menukik tinggi. "Dih! Pede lu."

Ghio tertawa pelan. Lantas ia tiba-tiba menarik Rain ke dalam pelukannya. Rasa hangat menjalar dalam tubuhnya.

"Aku gak mau pergi lagi, Rain," kata Ghio pelan.

"Kamu kenapa?" tanya Rain bingung.

Ghio menggeleng. Aku juga tidak ingin kehilangan kamu, katanya dalam hati.

1
Sumringah Jelita
sukses bikin bulu mata basah nih
miilieaa
baru beberapa bab baca udah nagih 🤩
♥Kat-Kit♥
Ceritanya seru banget, tapi kalo lama-lama malah mubazir, update dong thor 🙄
H_L: makasih sudah mampir, kak😁 semoga bisa terus updatenya
total 1 replies
MiseryInducing
cerita ini memicu imajinasiku, aku merasa seakan-akan hidup di dunia lain ketika membacanya.
H_L: makasih sudah mampir kak, jangan bosan-bosan ya😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!