NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Seorang Ceo muda karismatik, Stevano Dean Anggara patah hati karena pujaan hatinya sewaktu SMA menikah dengan pria lain.

Kesedihan yang mendalam membuatnya menjadi sosok yang mudah marah dan sering melampiaskan kekesalan pada sekretaris pribadinya yang baru, Yuna.

Yuna menggantikan kakaknya untuk menjadi sekretaris Vano karena kakaknya yang terluka.

Berbagai macam perlakuan tidak menyenangkan dari bos nya di tambah kata-**** ***** sering Yuna dapatkan dari Vano.

Selain itu situasi yang membuat dirinya harus menikah dengan Vano menjadi mimpi terburuk nya.

Akankah Vano dan Yuna bisa menerima pernikahan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Hei."

Yuna tersentak kaget. Ia menoleh ke arah suara itu. Bukan hanya satu, tetapi dua pria bule dengan tubuh kekar dan tatapan menggoda menatapnya. "Hey beautiful, what are you doing here alone?" sapa salah satu pria itu sambil mengedipkan mata.

Yuna langsung panik. Ia tidak mengerti apa yang mereka katakan, selain kata "beautiful" yang membuatnya tidak nyaman.

Pria satunya lagi mencoba meraih tangannya, namun Yuna segera menghindar. "Let - me go!" cicit Yuna bergetar, ia hanya tau kalimat itu.

Pria di samping nya malah tertawa dan mencondongkan wajahnya bersiap mencium bibirnya, sontak Yuna berteriak-teriak. Salah satu dari mereka bahkan berani meraba-raba pinggangnya, Yuna berteriak minta tolong namun orang di sekitarnya hanya diam dan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, seolah tidak berarti sama sekali.

"Please helm me! Hiks... help!" teriak Yuna sekencang-kencangnya.

Kedua pria itu tertawa terbahak-bahak. "Don't worry, baby, we won't hurt you," ujar salah satu pria itu sambil mendekat. Yuna semakin ketakutan. Ia berusaha melepaskan diri dari mereka, namun kedua pria itu terlalu kuat.

Yuna berusaha mengingat-ingat di mana terakhir kali ia melihat Vano. Ia mencoba berlari, namun langkahnya terhenti saat salah satu pria itu menarik tangannya. "Help me!" teriak Yuna lagi.

"Help!"

"Help!"

"Hiks, Hiks!"

Bugh!

Akhirnya pertolongan datang, Vano. Pria itu menghajar dua pria kurang ajar yang berani menyentuh istrinya.

Vano, dengan amarah membara, melayangkan pukulan keras ke wajah salah satu pria itu. Pria tersebut terhuyung ke belakang, memegangi pipinya yang berdarah. Pria satunya lagi mencoba menyerang dari belakang, namun Vano dengan cekatan menghindar dan membalas dengan tendangan keras ke perut.

Kedua pria itu akhirnya mundur sambil meringis kesakitan. Mereka menatap Vano dengan penuh kebencian, namun segera melarikan diri setelah melihat Vano yang masih dalam keadaan marah.

Vano berlari menghampiri Yuna dan memeluknya erat.

"Hiks."

"Sudah tidak apa-apa." Vano langsung menenangkan Yuna dengan memeluknya.

Yuna masih terisak dalam pelukan Vano. Ingatan tentang malam itu kembali menghantuinya.

"Hiks t-tadi aku kotor-"

"Tidak terjadi apa-apa kamu baik-baik saja." Yuna terus menangis di pelukan Yuna wanita itu begitu shock tiba-tiba di dekati dan di lecehkan, apalagi orang-orang hanya memandanginya padahal jelas-jelas ia sudah berteriak meminta tolong.

"Pupulang, saya mau pulang."

"Iya, ayo pulang."

Vano menggendong Yuna dengan lembut, tubuh mungil istrinya terasa begitu rapuh di pelukannya. Ia berjalan perlahan menuju hotel, menghindari tatapan orang-orang yang penasaran. Yuna terus menangis, kepalanya terbenam di bahu Vano.

Sesampainya di kamar hotel, Vano membawa Yuna duduk di ranjang. Yuna masih memegang tangannya, istrinya itu begitu takut sampai tubuhnya gemetar sampai sekarang.

"Sudah, jangan menangis lagi. Aku ada di sini," ucap Vano lembut sambil mengusap rambut Yuna.

Yuna menggelengkan kepala, air matanya masih terus mengalir. "Aku takut Vano" lirihnya.

Vano menarik Yuna ke dalam pelukannya. "Tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi, sayang. Aku janji akan selalu melindungimu," bisiknya.

Vano bangkit untuk mengambil segelas air namun Yuna tidak mau melepas tangannya. "J-jangan, jangan pergi, jangan pergi Hiks."

"Tenang Yuna, kau sudah aman."

"S-saya mau pulang, Hiks. Pulang!" rengek Yuna lagi.

"Iya kita pulang, aku akan pesan tiket." Vano tidak tega melihat wanita itu begitu ketakutan, ia janji tidak akan meninggalkan Yuna sendirian lagi seperti tadi. Untung dia datang tepat waktu, jika tidak entah apa yang akan terjadi pada wanita itu.

Vano mengambil satu baskom air dan dengan telaten membersihkan kaki istrinya yang penuh pasir.

Malam itu juga mereka kembali pulang ke Indonesia. Yuna sedikit merasa lega meski rasa takut nya masih kentara, Ia merasa kesal pada dirinya sendiri yang diam saja seperti orang bodoh saat di lecehkan tadi alih-alih menampakkan dan menghajar mereka.

"Sudahlah, kau tidak lelah menangis terus?"

"Saya takut."

"Kau sudah aman. Kita dalam perjalanan pulang." lama-lama telinga Vano berdengung mendengar isakan Yuna yang tak juga berhenti sejak tadi.

"Tidur, nanti kalau sudah sampai aku bangunkan."

"Bo-boleh saya pegang tangan anda?"

"Mau cium juga boleh." Vano memonyongkan bibirnya bermaksud bercanda namun yang ada Yuna malah makin kejer menangis.

"Hiks, huhu."

"Hei ya ampun malah menangis. Cup cup jangan menangis!"

"Aku takut." cicit Yuna.

Vano membawa Yuna dalam pelukan nya. "Sini aku peluk!"

"Tidur lah, nanti takut nya akan hilang."

***

Rumah kediaman Wira Anggara

Wita sedang menyiapkan makan malam saat pintu terbuka dan Vano dan Yuna masuk. Malam ini mereka menginap di rumah orang tua Vano karena jarak dari bandara lebih dekat di banding ke rumah mereka.

"Vano, Yuna! Kalian sudah pulang? Ayo, masuk! Ibu sudah membuatkan makanan kesukaan kalian."

Vano dan Yuna tersenyum, namun terlihat sedikit lelah.

Menyambut dengan pelukan "Bagaimana liburan kalian? Pasti menyenangkan sekali di Hawaii?"

"Iya, Pa. Pemandangannya sangat indah. Tapi, kami juga mengalami sedikit masalah di sana."

Wita langsung terlihat khawatir.

"Ada apa, Nak? Kalian kenapa? Apakah ada yang sakit?"

Yuna terlihat ragu untuk berbicara. Dia memilih untuk diam saja.

Semua mata tertuju pada Yuna. Suasana menjadi tegang.

"Ada apa, Nak? Ceritakan semuanya. Jangan takut."

Yuna mulai menceritakan kejadian yang dialaminya di Hawaii, dengan suara yang bergetar.

Wita menangis "Ya Tuhan, anakku. Kenapa kalian harus mengalami hal seperti itu?"

Wira marah "Siapa orang-orang itu? Ayah akan melapor ke polisi!"

Vano mencoba menenangkan ayahnya.

"Tenang pah, kami sudah melapor ke polisi. Sekarang kita harus fokus untuk menenangkan Yuna."

Ibu memeluk Yuna erat-erat.

"Mama selalu ada untukmu, Nak. Jangan takut, ya."

Wira mengangguk setuju.

Keesokan nya mereka akan kembali ke rumah. Wira sudah pergi ke kantor sejak pagi tadi sehingga tidak bisa mengantarkan kepulangan putranya.

"Kenapa tidak menginap lagi di sini?" tanya Wita pada Vano dan juga Yuna.

"Maaf Ma, ada hal yang perlu kami urus."

"Tapi kan kalian baru saja kembali dari bulan madu, kenapa harus buru-buru. Bukannya kerjaan sudah ada yang menghandle?"

"Yuna biar bisa istirahat di rumah saja bu. Hitung-hitung supaya hubungan kami bisa lebih dekat sebelum Vano masuk kantor." ucap Vano sambil melirik pada Yuna yang juga sedang melirik ke arahnya.

"Ya sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan yah jaga kesehatan. Dan kalau Vano macam-macam bilang sama mama yah." Ucap Wita tersenyum memegang bahu Yuna.

Yuna tersenyum dan mengangguk.

Setelah kehebohan liburan dan trauma yang dialaminya, Yuna dan Vano kembali ke rutinitas sehari-hari. Vano terus memberikan perhatian ekstra kepada Yuna, memastikan istrinya itu merasa aman dan nyaman.

Dimulai dari memasak Vano yang kerjakan.

Tidak hanya memasak, Vano juga mengambil alih tugas-tugas rumah tangga lainnya. Ia mencuci pakaian, membersihkan rumah, bahkan menyetrika baju Yuna. Vano memang sudah terbiasa melakukan nya sendiri. Ia tidak nyaman ada orang lain di rumah nya. Jika ia sedang sibuk terkadang ibunya yang menyuruh orang untuk membersihkan rumah saat dirinya tidak ada di rumah.

Vano sudah terbiasa hidup mandiri sejak kuliah. Kebiasaan ini terbawa hingga ia menikah dengan Yuna. Bagi Vano, melakukan pekerjaan rumah tangga adalah hal yang biasa dan tidak merepotkan.

Sehingga Vano tidak merasa kaku melakukan itu semua. Justru Yuna yang malu pada dirinya sendiri, ia yang perempuan mana pernah melakukan tugas rumah tangga seperti itu.

"Maaf Vano."

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku senang bisa membantumu. Lagipula, aku punya lebih banyak waktu luang sekarang," ujar Vano.

Perlahan tapi pasti, kepercayaan Yuna pada Vano semakin tumbuh. Ia merasa aman dan nyaman berada di samping Vano. Vano juga semakin memahami perasaan Yuna dan berusaha untuk selalu ada bersamanya.

TAMAT

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Aiysah Maharani
lanjtan ya mana 🥲
kagome
Luar biasa
atik
lanjut thor, semangat
atik
gambar Visual nya kok gak bisa kebuka ya d hp ku thor, sayang banget padahal lagi penasaran sama wajah2 mereka
Kim Yuna: saya juga bingung kirain pas update bisa di buka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!