" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu menguras hati
Seperti biasa, Mahira membantu Suaminya untuk membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal, namun Sadam malah menolaknya, seketika Mahira menjadi semakin bersalah, lalu ia mundur ke belakang mencoba menjaga jarak dengan suaminya agar tidak terlalu dekat.
Setelah itu Sadam pergi menuju lantai dua, Mahira pun mengekorinya dari belakang sembari meremas kedua jemari tangannya karena merasa takut dan gugup. Sedangkan Sadam sendiri, netranya tetap fokus ke depan tanpa menoleh ke belakang.
Setibanya di kamar mereka, Sadam buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, kemudian Mahira merapihkan tas yang sedari tadi di tenteng oleh suaminya yang di taruh di atas tempat tidur.
Sekitar tiga puluh menit Mahira duduk di atas tempat tidur karena dirinya sengaja menunggu suaminya keluar dari dalam kamar mandi, perasaannya berkecamuk menjadi satu antara takut dan juga penasaran, sebenarnya apa yang telah terjadi?
"Ada apa ya dengan Tuan Sadam? Apakah Tuan Hito benar-benar sudah memarahinya? Akh ini semua salahku, mulutku benar-benar tidak bisa aku jaga!" sungut Mahira bermonolog sambil menepuk mulutnya dengan tangannya, ia benar-benar sangat menyesal.
Tidak lama kemudian Sadam keluar dari dalam kamar mandi, Mahira bergegas bangkit dari atas tempat tidur.
Kali ini Sadam hanya menggunakan celana short pendek dengan bertelanjang dada, rambutnya yang basah ia kibaskan lalu sesekali mengacak-acak agar bisa segera cepat kering.
Mahira berinisiatif mengambil hairdryer dari dalam laci meja rias, kemudian mendekat ke arah suaminya.
Dengan kesalnya, Sadam malah menepisnya sehingga hairdryer dari genggaman tangan Mahira terjatuh di atas lantai.
Tubuh Mahira kini kembali gemetar karena takut, sorot kedua mata Sadam yang tajam, benar-benar membuat tubuh Mahira semakin gemetar
Tanpa berfikir panjang, Mahira buru-buru meminta maaf jika dirinya telah bersalah.
"Tolong maafkan saya Tuan, ampuni saya!" ucap Mahira sembari mengatupkan kedua tangannya, ia pun memasang wajah memelas nya.
Kemudian Sadam mendekat ke arah Mahira, lalu ia mencengkram tengkuk leher Mahira sampai-sampai tubuh Mahira semakin gemetar serta keringat dingin mulai menjalar di sekujur tubuhnya.
"Kau sadar diri dengan semua kesalahanmu hah? Baguslah kalau begitu!" cetus Sadam masih dengan posisi mencengkram tengkuk leher Mahira. Kini keduanya saling menatap dalam diam. Sadam sendiri tidak bisa menahan hasratnya walaupun dalam keadaan seperti ini, melihat Mahira rasanya ingin selalu melahap habis tubuhnya, dimatanya Mahira sudah seperti santapan lezatnya. Kemudian Sadam mulai menepis fikiran kotornya, ia fokus kembali dengan kesalahan yang telah di buat oleh Mahira.
Setelah itu Sadam mencoba melepaskan cengkraman tangannya lalu mencari tas kerja miliknya, ia mengambil sesuatu berupa amplop berwarna coklat kemudian menyerahkannya kepada Mahira.
"Kau lihat apa kesalahanmu sehingga membuat aku menjadi seperti ini." sungut Sadam sedikit membentak, ia pun melempar amplop dari genggaman tangannya hingga terjatuh ke atas lantai, Mahira buru-buru mengambilnya, ia semakin di buat penasaran dengan isi amplop tersebut. Ketika amplop di buka betapa terkejutnya Mahira, sampai-sampai kedua bola matanya melotot dan hampir keluar.
"Sekarang kau tahu kesalahanmu apa hah?"
'tidak mungkin? Ini kan kejadiannya saat aku baru seminggu menikah dengan Tuan Sadam, lantas siapa yang memfoto ketika Mas Danu tidak sengaja menggenggam tanganku?' batinnya menjadi penasaran.
"Tapi kejadian ini sudah terjadi cukup lama Tuan, dan Mas Danu juga tidak sengaja karena ia mengira kalau aku masih menjadi istrinya." jawab Mahira.
"Tidak di sengaja ya, terus kalau mantan suamimu itu peluk kamu dan cium kamu, itu juga kau bilang tidak sengaja hah?" bentak Sadam mulai tersulut emosi
"Bukan begitu maksudku Tuan, tolong jangan salah faham dulu."
"Sudahlah, kau sama saja seperti wanita lain, Murahan!" cetus Sadam dengan seenaknya
Mendengar Sadam berkata seperti itu, tiba-tiba saja Mahira menangis ketika dirinya di sebut sebagai wanita murahan, ia menundukkan kepalanya, air matanya terus saja berjatuhan.
"Iya, aku memang wanita murahan yang tidak punya harga diri, demi membayar hutang mantan suamiku, aku rela membayarnya dengan cara seperti ini, ya aku memang wanita j*lang yang sangat pantas untuk kau hina dan kau caci seperti ini, karena dimatamu aku bukanlah wanita baik-baik, aku..aku!" Mahira menghentikan perkataannya, ia merasakan sakit yang teramat dalam, sampai-sampai dadanya terasa begitu sesak.
Melihat hal itu, Sadam menjadi sangat bersalah apalagi saat ini Mahira sedang mengandung benih darinya.
"Aarrkkh, damn!" gerutu Sadam sembari menjambak rambutnya.
Mahira kini menangis sambil sesenggukan dengan posisi berdiri mematung dan kepala masih tertunduk.
Akhirnya Sadam mendekati Mahira, di peluknya tubuh Mahira yang masih gemetar.
"Tolong maafkan aku Mahira, aku benar-benar tidak suka kau di sentuh oleh pria bajingan itu, aku benar-benar tidak rela, kau saat ini adalah milikku tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku!" jawab Sadam yang semakin mengeratkan pelukannya, Mahira pun membalasnya.
"Aku tidak bermaksud seperti itu Tuan, tapi kejadiannya memang tidak di sengaja, aku pun sempat memberinya peringatan! karena aku tahu jika saat ini posisiku adalah sebagai istrimu, dan aku harus bisa menjaga Marwah ku." sahut Mahira masih dalam keadaan menangis sampai sesenggukan.
'Siapa yang telah mengirim foto-foto itu? Seperti nya ada orang yang ingin menghancurkan rumah tanggaku bersama Mahira, itu artinya ada orang lain yang tahu pernikahan keduaku? Arrrkkhh sial!' umpat Sadam dalam hati.
"Yasudah, sebaiknya kita tidur! Kamu harus banyak istirahat!" perintah Sadam.
Mahira pun mengangguk.
Kini keduanya berada di atas tempat tidur dengan satu selimut.
Ketika Mahira tertidur di dalam pelukannya, entah kenapa Sadam malah tidak bisa memejamkan kedua bola matanya, fikiran nakalnya kini kembali menyeruak. Rasanya ia tidak kuasa untuk menahan hasratnya yang kian menggebu, apalagi semenjak Mahira Hamil, tubuhnya semakin berisi.
'Hey Sadam, ingat apa kata Dokter Andini, kau harus lebih bisa menahan hasratnya agar tidak sering menyentuh istrimu yang sedang hamil muda, meskipun boleh saja menyentuhnya asalkan lebih hati-hati, tapi kenapa aku malah menjadi takut terjadi sesuatu terhadap Mahira dan juga calon anakku?' batinnya menjadi gelisah.
Kemudian netranya kembali fokus ke arah yang membuat adrenalin nya semakin terpacu, Mahira rupanya sudah tertidur pulas dan saat ini posisi tubuhnya menjadi terlentang, serta ia enggan menggunakan selimut yang tadi melekat di tubuhnya, seperti nya semenjak Hamil, Mahira selalu merasa kegerahan, padahal AC di kamar ini cukup dingin, otomatis pemandangan sebuah paha mulus seputih susu terekspos di hadapannya. Kali ini jakunnya naik turun ketika pemandangan indah begitu nyata di hadapannya.
"Kenapa ini, kenapa dadaku berdegup cukup kencang, aku bisa gila kalau terus seperti ini, cih sial!" umpat Sadam begitu kesalnya.
Akhirnya ia pun tidak bisa menahan hasratnya yang sudah menggebu, dan dengan terpaksa Sadam menanggalkan pakaian yang Mahira kenakan, sedangkan Mahira sendiri cukup terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh suaminya, kedua bola matanya sampai terbelalak.
"T tuan mau apa?" tanya Mahira yang sudah tidak mengenakan apapun, tubuh polosnya terekspos begitu nyata di depan Sadam, ia sendiri sampai menyilangkan kedua tangannya, sehingga menutupi dua gundukan yang menjadi area favorit suaminya.
"Hey, kenapa kau tutup pemandangan indah itu Mahira?" protes Sadam.
"A aku takut Tuan, apakah anda lupa dengan perkataan dari dokter Andini?" cetus Mahira mencoba memperingatkan suaminya.
"Iya aku tahu itu, tapi kan boleh-boleh saja, asalkan pelan! Iya kan?" sahut Sadam tidak mau kalah.
"Tapi Tuan tidak pernah pelan saat melakukannya, aku takut!" jawab Mahira bersikukuh.
"Aku janji Mahira, aku juga tidak ingin mencelakai mu dan juga calon anak kita, dan mulai besok aku akan mengurangi aktifitas seperti ini, tapi kali ini kumohon jangan menolak ku, kepalaku benar-benar serasa mau pecah!" bujuk Sadam dengan cara memelas.
karena merasa tidak tega, Mahira pun mengangguk, sehingga membuat Suaminya tersenyum senang.
"Tapi pelan ya Tuan!" pinta kembali Mahira.
"Iya, tenang saja Mahira!" sahut Sadam.
Akhirnya keduanya menuntaskan hasrat yang sudah membuncah dengan cara yang tidak seperti biasanya, kali ini Sadam melakukannya dengan sangat hati-hati.
setelah semuanya selesai, malah Sadam yang tertidur pulas lebih dulu, sedangkan Mahira ia menjadi termenung sembari menatap wajah suaminya.
'sebenarnya kenapa Tuan begitu marah ketika melihat foto itu? Bukankah anda membutuhkanku hanya untuk mengandung darah dagingmu saja, dan tidak ada embel-embel ini dan itu? Anda seperti orang yang sedang cemburu buta saja, aneh!' ucap Mahira dalam hati.
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁