Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjebak Revan Bagaskara
Pak Arya di dampingi Evan asistennya pagi-pagi sekali menuju perusahaan Revan. Rencana awalnya Bastian akan mengutus orang lain untuk masuk ke perusahaan Revan. Namun Alarich merubah rencananya. Jadinya papah Arya yang akan datang langsung menemui Revan Bagaskara.
"Selamat datang tuan Arya Dewantara sebuah kehormatan bagi saya kedatangan pengusaha terkenal seperti anda." Ucap Revan basa-basi dengan senyum manisnya. Dan menjabat tangan pak Arya.
Pak Arya juga menjabat tangan Revan dengan senyuman palsunya. "Halo tuan Revan senang berkenalan dengan anda." Ucap pak Arya.
"Langsung saja ke intinya tuan Arya ada kabar baik apa anda datang ke perusahaan sederhana saya?" tanya Revan yang duduk di sofa kebesarannya.
"Perusahaan saya melihat peluang bisnis yang menjanjikan dari perusahaan anda tuan Revan. Anda sepertinya paham maksud dan tujuan saya kesini. Kami ingin berinvestasi di perusahaan anda." Ucap pak Arya dengan sorot mata yang tajam.
"Tapi perusahaan saya ini di bawah perusahaan anda tuan Arya. Apa anda tidak takut rugi?" tanya Revan dengan menaikan halisnya.
Pak Arya hanya tersenyum dia memberi kode mata pada Evan asistennya. Dia memberikan proposal dengan sejumlah uang yang fantastis. "Silahkan anda baca dulu tuan Revan."
Revan mengambil prpoposal itu dan membacanya dengan teliti. Matanya bersinar ketika melihat angka yang di tawarkan pak Arya. Dengan angka yang fantastis itu, perusahaan Revan akan berkembang pesat. Namun isi pikiran Revan sudah melenceng. Dia akan memanfaakan uang itu untuk kepentingan pribadinya.
"DEAL."
Revan sudah tidak pikir panjang lagi. Dia menanda tangani proposal itu. Pak Arya dan Evan tersenyum smirk. Akhirnya Revan masuk dalam perangkapnya walaupun pak Arya harus mengorbankan uang pribadinya dalam jumlah yang besar.
Pak Arya dan Evan pamit dari sana. Ketika di dalam mobil Evan membuka tabletnya lalu di serahkan pada tuan Arya. Ternyata diam-diam Evan menyimpan alat penyadap suara di bawah meja Revan.
Pak Arya mendengar percakapan Revan bersama seorang wanita bernama Anita. "Sepertinya istri Revan tidak tahu kalau suaminya bermain di belakangnya." ucap pak Arya
"Bukan kah ini bagus tuan, sekali mendayung dua pulau terlampaui." Seringai Evan
"Saya suka gayamu, Evan. Lanjutkan !!!"
-
-
Erick melaporkan kejadian di perusahaan Revan ke tuan Abimana Bagaskara kakeknya Aleesya.
"APA?"
Abimana sangat terkejut bagaimana mungkin seorang Arya Dewantara mau berinvestasi di perusahaan anaknya, yaitu Revan. "Selidiki, kenapa Arya melakukan ini? Lalu Aleesya bagaimana keadaanya?" tanya Abimana.
"Nona Alesya sudah kembali kerumahnya tuan. Dan Tuan Alarich memperketat keamanan untuk nona Aleesya. Bahkan ada beberapa pengawal menjaga sekitar rumahnya." jawab Erick.
Abimana menghela nafasnya dia sangat menyesal tidak bisa menolong cucunya. Tapi dia berjanji akan menebus semua kesalahannya di masa lalu.
"Erick, undang Alarich dan Aleesya untuk makan malam besok. Temui dia di kantornya hari ini." titah Abimana.
"Baik tuan saya permisi." Erick pamit dia pun langsung menjalankan tugas dari tuan Abimana.
-
-
Erick pergi ke kantor Alarich saat itu juga. Dia sudah sampai di lobby. Resepsionis itu mengarahkan Erick ke lantai 20 khusus untuk CEO dan ruang meeting saja.
Erick di minta menunggu di sofa oleh sekertarisnya Alarich, yaitu Rani. "Tunggu sebentar ya pak." Rani ke ruangan tuan Alarich untuk laporan.
"Pak Alarich maaf di luar ada tamu. Beliau utusan tuan Abimana Bagaskara." Ucap Rani menunduk hormat.
Alarich tak segera menjawab dia menopang dagu berpikir sesaat. "Suruh masuk dan panggil Bastian ke sini." Jawab Alarich. Dia menutup laptopnya dan menunggu tamu itu masuk ke ruangannya.
Rani segera keluar dan memanggil Erick dan mengantarnya masuk ke ruangan bossnya itu. Rani pun pamit dari sana setelah mengantar Erick.
"Silahkan duduk. Langsung saja ada perlu apa anda kemari?" tanya Alarich dengan suara beratnya dan aura yang dingin menatap tajam Erick.
Erick agak ciut di tatap seperti itu dia agak gelagapan juga. Dia menghela nafasnya sebelum menjawab.
"Selamat pagi tuan Alarich. Saya di utus oleh tuan Abimana Bagaskara untuk mengundang anda bersama istri anda untuk makan malam besok di kediaman tuan Abimana." Tegas Erick
"Kirimkan alamatnya pada sekertaris saya." ucap Alarich datar. Bastian baru datang keruang kerja bossnya.
"Bastian, siapkan pakaian terbaik untuk istri saya, tuan Abimana mengundangku dan Aleesya besok untuk makan malam." Ucap Alarich pada Bastian di depan Erick.
Erick juga tidak basa basi lagi dia pun pamit dari sana. Bastian mengantarkan Erick kedepan pintu. Lalu Bastian kembali lagi ke dalam.
"Bas, bawa 2 orang lagi untuk acara malam besok. Siapkan juga pakaian untuk kami." Ucap Alarich datar. Dia tidak bicara lagi di membuka ponselnya untuk video call bersama istrinya. Bastian segera keluar dari sana dan menjalankan perintah bossnya.
"Sayang, lagi ngapain? Udah makan belum?" tanya Alarich.
"Lagi kangen sama mas hehe." Ucap Aleesya yang tengah bermalas-malasan di sofa ruang tengah sambil memakan cemilan.
"Nanti papih pulang cepet yah mamih. Kayaknya anak-anak papih udah kangen banget yah. Mamih mau dibawain apa pulangnya?" tanya Alarich dengan lembut.
"Apa aja papih... es krim juga boleh papih." jawab Aleesya dengan imut. Keduanya mengobrol dulu di video call. Alarich menyuruh istrinya tidur dulu karena dia melihat Aleesya terus menguap.
Semenjak hamil memang Aleesya ngantukan dan juga nafsu makannya bertambah. Mungkin karena hamil anak kembar jadi nafsu makannya tinggi dan mudah lelah.
Alarich melanjutkan lagi pekerjaannya. Dia juga akan meeting dengan Bastian, sekertarisnya dan beberapa klien penting. Seharian itu Alarich di sibukan dengan pekerjaanya hingga sore.
-
-
Dia lalu segera pulang kerumah dan membeli dulu banyak makanan untuk istri dan calon anak-anaknya. Dia langsung menemui istrinya yang baru selesai mandi.
"Wangi banget istri aku...mmmhhh." Alarich memeluk istrinya erat dari belakang. Aleesya sendiri masih memakai bathrobe. "Mas...ayo mandi. Aku siapin air hangat dulu yah mas." Ucap Aleesya lembut. Tanpa menoleh dia sudah hapal aroma tubuh suaminya.
"Nanti dulu aku kangen kamu sayang." Alarich membuka bathrobe istrinya lalu menggendongnya ke kasur. Dia juga melepaskan semua pakaiannya.
Alarich mencium bibir mungil istrinya yang ranum. Dia menyentuh istrinya penuh kasih sayang. Sungguh Alarich sangat menyayangi istrinya.
Mereka pun melakukan permainan panas hampir 2 jam lamanya. Sepertinya Alarich tidak akan pernah puas ingin dan ingin menyentuh istrinya. Pasutri itu masih dalam keadaan polos di kasur setelah penyatuan yang panas tadi.
"Sayang, kita di undang ke acara makan malam di kediaman tuan Abimana. Kamu mau kan datang?" tanya Alarich sembari mengelus lengan istrinya yang polos tertutup selimut.
"Hmm aku nurut apa kata mas saja." Jawab Aleesya.
"Besok anggap saja kamu tidak tahu siapa beliau. Tetap disampingku apapun yang terjadi besok. Bastian akan membawakan gaun untuk mu besok siang."
Aleesya menghela nafasnya panjang dia bingung besok harus bersikap bagaimana jika bertemu lagi dengan Abimana, kakek kandungnya. Dia pasrah sepertinya selama suaminya ada di sampingnya maka semuanya baik-baik saja.
"Kita mandi dulu yah terus makan deh, papih kelaparan." ucap Alarich dengan nada manja mendusel-dusel ceruk leher istrinya. "Hihihi ... Mas geli..."
Memang Alarich ini kalau sudah bersama istrinya sifatnya berubah drastis. Bak anak kecil yang sedang bermanja manja pada ibunya.