Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
Saat Rachel masuk ke dalam ruangan yang sejuk dan bersih itu, Marlon mewakili Reiner pamit undur diri. Dan Sonia yang terlihat sangat terpesona, terus menatap wajah kokoh pria yang kini kembali mengenakan kacamata hitamnya itu dengan angkuhnya.
Dua pria berpostur tinggi tegap itu kemudian pergi. Meninggalkan dua wanita yang terlihat senang.
"Siapa dia Bu? Kenapa bisa ada di sini?"
"Dia majikan Rachel. Rachel part time bersih-bersih di rumahnya. Dia juga yang bawa ayah kemari!"
Sonia terlihat senang. Bahkan terbesit ingin mengenal pria lebih jauh. Ia akan meminta Rachel mengajaknya bekerja di sana.
"Ibu senang kamu pulang. Kenapa tiba-tiba pulang nggak ngabarin Ibu?"
***
Reiner yang saat ini sudah berada di dalam mobil terlihat sumpek sekali mukanya. Persoalannya ialah, alih-alih terlihat senang, wajah Rachel malah tampak gelisah dan enggan menatap wajahnya. Dan itu cukup menganggu seorang Reiner yang senantiasa di segani dimanapun tempat.
Reiner merasa perempuan itu sangat tidak menghargai kebaikannya. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa sejak melihat Rachel pertama kali di cafe bar beberapa hari yang lalu, ia ingin Rachel terus ada di lingkaran kehidupannya.
"Apa menurut mu dia tak suka dengan keputusanku ini?"
Marlon tak menyangka jika pertanyaan itu bakal di di layangkan padanya. Bahkan selama ini tak ada satupun perempuan yang di notice oleh tuanya, meskipun kadang ia mendatangkan wanita berkelas untuk sekedar memuaskan hasrat tuannya, ia belum pernah melihat Reiner perduli apalagi sampai melakukan hal sejauh ini.
Dan melihat wajah gelisah bosnya, Marlon semakin yakin jika tuannya itu pasti memiliki sesuatu hal dengan Rachel. Tapi masalahnya, dua orang itu sungguh memiliki sikap dan sifat yang berbeda. Rachel orang biasa, dan Reiner merupakan orang yang jelas memilih ketidaksamaan dengan orang-orang umum macam Rachel.
"Tentu saja nona Rachel pasti senang tuan. Kamar itu memiliki kelas terbaik di sana. Nona pasti akan berterima kasih kepada anda!" jawab Marlon yang tahu orang seperti apa Reiner. Ucapnya tak boleh menyinggung atau merendahkan.
Mafia seperti Reiner memang tak bisa di samakan dengan kebanyakan orang. Apalagi Reiner itu kejam sekali dan kerap tak mau mempertimbangkan dua kali. Tidak suka langsung main, 'dor'. Atau langsung main 'tusuk'. Jika suka harus langsung dapat, meskipun terkesan memaksa. Begitulah sisi bengis seorang Reiner.
Mobil terus berjalan, membelah jalanan lengang yang di sampingnya di tumbuhi pohon asam besar. Tampak rimbun. Dan begitu mereka tiba di sebuah pertigaan, sebuah mobil dari arah kiri tiba-tiba menghadang mobil yang di kemudikan Marlon dan membuat mereka nyaris bertabrakan.
"Shit!" umpat Marlon sembari menarik tuas hand brake lalu keluar mobil dengan muka marah.
Reiner melihat sebentar situasi di luar sembari menyugar rambutnya. Siapa lagi orang yang tak sayang nyawa mereka karena telah berani menghadangnya perjalanannya?
Marlon terlihat kesal bukan main. Menatap tajam satu persatu dari lima orang yang bersiaga di depan sana. Dan begitu pandangannya bertumbuk pada satu orang yang lengannya di tato, ia segera tahu siapa mereka.
"Keparat, kenapa kalian merusak pangsa pasar ku, hah?" teriak pria bertato tak mau basa-basi.
Marlon masih terdiam sembari mengamati area sekitar tatkala mendengar pria bertato yang meluap-luap mengeluarkan emosi. Ia hampir saja merengsek maju namun suara Reiner membuatnya menahan diri.
"Apa maksud mu? Kau mau membahas soal barang mu yang busuk itu dan membandingkan dengan barang milik ku?" ucap Reiner tertawa mengejek.
Membuat ke-lima orang di sana semakin menatap geram dan semakin kehilangan kesabaran.
"Kenapa kau marah. Jika mereka lebih tertarik dengan barang ku, lalu salahku di mana?" lanjut Reiner yang sama sekali tidak takut.
"Memang tidak ada faedahnya berbicara dengan kalian. Serang mereka!" pria bertato berucap sambil berlari maju dengan muka muak. Kemudian keempat orang lainnya di belakang mengikuti dan mulai menyerang membabi-buta.
Marlon yang sudah menggulung kemejanya mulai bergerak, sementara Reiner yang terlihat lebih santai memilih menghadapi pria bertato. Perkelahian pun tak terhindarkan. Persaingan bisnis dan aksi saling serang seperti ini sudah sangat terbiasa bagi Reiner.
Dan sepanjang sejarah, ia belum pernah kalah sekalipun.
Marlon menjerat lawannya dengan tali kemudian mencekik nya hingga tak bisa bernapas dan mati. Sebagian lagi babak belur karena harus merasakan jotosan lengan kekar Marlon yang juga tak memiliki nurani jika sudah seperti ini.
Dan pria bertato yang jarinya kelingkingnya kini putus dengan mulut penuh darah karena di siksa oleh Reiner menggunakan pisau, hanya bisa berlutut sembari memohon ampun sebab tak menyangka bila Reiner sungguh sekejam ini.
"Ampuni, aku. Jangan bunuh aku!"
Reiner menjambak rambut pria itu sembari berkata, "Jangan mengusik ku bila kalian masih mau bernapas di muka bumi ini!" Reiner mengancam sembari mendorong muka pria bertato menggunakan kakinya.
Pria itu pun pingsan.
Marlon kemudian membukakan pintu untuk Reiner yang mukanya terlihat mengerikan. Meninggalkan manusia-manusia tak berguna itu dengan angkuh.
Dengan baju kotor akibat berkelahi, Reiner pergi bersama Marlon sebab ada banyak hal yang musti mereka jalankan hari ini.
***
Sonia merupakan adik tiri Rachel. Tapi ia sangat tak peduli kepada Ayahnya yang sakit. Ia malah terus menyalahkan sang Ayah karena tak bisa memberikan nafkah dan mengharuskan dirinya bekerja sendiri untuk menghidupi diri sendiri.
Di ruangan, ia yang kini duduk sembari menyilangkan kakinya berkata pada Rachel, "Bagimana bisa kau mengenal orang tadi?"
Rachel yang sibuk membetulkan letak bantal Ayahnya terlihat malas menanggapi.
"Heh, aku berbicara padamu!" teriak Sonia yang kesal sebab tak di gubris.
"Haruskah kita membahas hal tidak penting seperti itu sekarang? Ayah sedang sakit, jangan berteriak-teriak seperti itu, ini juga bukan di rumah!" kata Rachel menatap tak suka adik iparnya.
Helen yang mendengarnya langsung marah. "Adikmu ini hanya bertanya, kenapa kau jadi sewot?"
Rachel selanjutnya tak mau menanggapi. Ia tahu tak akan mendapat pembelaan. Dia sudah lelah dengan semuanya. Ia kini lebih memilih memijat kaki sang Ayah sembari memikirkan kenapa Reiner bisa tahu soal ayahnya dan mengambil keputusan memindahkan tanpa seizinnya.
Keesokan harinya, Rachel akhirnya memberanikan diri bertanya pada pria itu saat ia telah berada di mansion Reiner.
"Kenapa tuan memindahkan Ayah tanpa seizin saya?" ucapnya.
Reiner yang tahu bila Rachel pasti bakal menanyakan hal ini tampak berjalan mendekat. Ia mengelus wajah Rachel yang sebenarnya sedang menahan napas karena takut. Pria itu lalu mendongakkan kepala Rachel sembari menatapnya tajam.
"Ini balasan mu atas kebaikan ku memindahkan ayah mu ke ruangan yang lebih baik, hm?"
Rachel menelan saliva gugup. "Apa sebenarnya mau anda?" Rachel mengucapkan hal itu karena hari demi hari ia merasa pria gila di depannya itu makin membuat pergerakannya terbatas.
Reiner tersenyum. "Aku mau... kau terus melayaniku!" bisik Reiner sembari menjilat telinga Rachel dan membuat perempuan itu reflek mendorong dada Reiner.
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir