Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menepis rasa
Setelah mendapatkan kabar dari Nova mengenai ia yang diterima bekerja sebagai sekretaris CEO Alta Corp, Zafira pun segera mencari kontrakan yang murah tapi cukup nyaman untuk dirinya dan ibu serta anak-anaknya. Selain itu, kontrakan itu lokasinya haruslah mudah dijangkau atau tidak terlalu jauh dari sekolah Regina. Regina tentu saja merasa senang sebab ia tidak jadi dipindahkan ke sekolah lain. Apalagi teman-temannya di sana sangatlah baik. Meskipun ia dikenal tidak memiliki seorang ayah, tapi anak-anak di sekolah itu mau menerimanya dengan baik dan berteman dengannya tanpa membeda-bedakan.
Hari ini hari Sabtu, masih ada waktu 2 hari untuk Zafira berkemas dan membawa barang-barangnya ke kontrakan barunya. Minggu pagi, mereka pun berangkat dengan dijemput oleh Nova.
"Silahkan diminum, Nov," tawar Zafira seraya menghidangkan secangkir teh untuk Nova dan ibunya.
"Terima kasih," seru Nova sambil mengangkat cangkir berisi teh hangat tersebut.
"Seharusnya aku yang bilang makasih, kamu udah bantu aku banyak banget lho. Udah bantu kasi kerjaan, bantu cari kontrakan, sekarang bantu pindahan juga," sahut Zafira sumringah.
"Itulah gunanya sahabat. Lagipula mumpung lagi nyantai juga. Selain itu, mungkin nanti kita bakal lama nggak ketemu jadi aku mau puas-puasin bareng sahabat aku," tukas Nova dengan senyum yang tak lepas dari bibir bergincu merah muda itu.
"Oh iya ya. Pasti aku bakal kangen banget sama kamu, Nov. Apalagi aku nggak ada temen lain selain kamu." Raut wajah Zafira berubah sendu.
"Jarak boleh memisahkan, tapi persahabatan kita akan tetap abadi sampai kapanpun. Biar kita jauhan kan bisa vc, jadi nggak perlu pusing. Aku tahu kok, aku emang ngangenin karena itu suami aku pun nggak mau jauh-jauh dari aku,"
cetus Nova santai membuat Zafira berdecak kemudian tergelak. "Besok aku jemput ya! Oh ya, sebelum itu, aku kasih tau aja, bos kamu nanti itu emang jutek dan nyebelin jadi yang sabar ya! Nggak usah terlalu ambil pusing. Yang penting, kamu kerjain aja tugas kamu dengan baik, lama-lama juga dia luluh sendiri."
"Hmmm ... aku akan bekerja sebagai mungkin. Aku nggak akan kecewain kamu. Kamu nggak perlu khawatir berlebihan, aku 7 tahun nggak dianggap suami dan mertua aja bisa sabar, apalagi cuma ngadepin bos galak, hadapi saja dengan senyuman," tukasnya sumringah hingga matanya menyipit karena senyumnya yang kelewat merekah.
"Good. Ini baru Zafira yang aku kenal, strong woman." Seru Nova yang sudah tergelak.
Keesokan harinya, Zafira sudah tampak rapi dengan setelan kerjanya kemeja berwarna putih gading dan rok span hitam di bawah lutut. Dipadu dengan blazer warna senada namun kemeja dan blazer itu ukurannya di atas ukuran biasanya sebab untuk menyamarkan lekukan tubuhnya yang terlihat jelas akibat kehamilannya yang mulai membesar. Tapi anehnya, tubuh Zafira masih tampak ramping. Tak ada perubahan signifikan, hanya area perut saja yang sedikit membuncit namun masih bisa ia tutupi dengan kemeja oversize dan blazer yang ia kenakan.
Untuk wajah, Zafira tidak seperti pekerja yang lain cenderung merias wajah demi tampil paripurna. Zafira justru hanya mengenakan bedak tipis-tipis dan lipstik berwarna merah muda agar terlihat lebih segar serta sedikit eyeliner agar sorot matanya terlihat lebih tegas. Bulu mata yang panjang dan lentik dan alis mata yang tebal dan rapi, membuat wajahnya kian cantik meskipun dibalut dengan kesederhanaan.
"Ra, Nova udah di depan tuh!" panggil Bu Mayang sambil membantu Regina bersiap. Sebelum pergi ke kantor, Zafira terlebih dahulu akan mengantarkan Regina ke sekolahnya. Sedangkan untuk pulangnya, Regina akan diantarkan mini bus sekolah yang memang kerap digunakan untuk mengantarkan anak-anak yang orang tuanya tak sempat menjemput. Tentu saja Zafira telah terlebih dahulu mengkonfirmasi pihak sekolah. Sedangkan untuk alamat pengantaran, akan Zafira konfirmasikan saat mengantar Regina ke sekolah nanti.
"Iya Bu, ini Fira udah siap." Jawab Zafira sambil meraih tas selempang dan mencangklongnya di pundak kirinya.
Setelahnya ia pun segera keluar dan beranjak menuju dapur untuk mengambil bekal Regina dan juga untuk dirinya makan siang nanti yang telah ia siapkan pagi-pagi sekali.
Sebelum benar-benar pergi, Zafira terlebih dahulu menghampiri Refina yang sedang menonton serial kartun si kembar kepala botak kesukaannya.
"Sayang, mama kerja dulu ya, nak. Refi baik-baik di rumah, jangan nakal. Temenin nenek ya. Refi nggak papa kan mama tinggal sama nenek aja?" tanya Zafira sambil berjongkok di hadapan Refina. Regina mengerjapkan matanya kemudian tersenyum.
"Lefi nggak papa kok, ma. Kan mama kelja untuk Lefi sama kak Legi juga nenek." Ucap Refina sambil menyunggingkan senyum manisnya. Zafira lantas memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan serta dahi Refina. Setelah berpamitan dengan sang ibu, Zafira pun segera berangkat bersama Nova.
...***...
Refano tampak sedang bersiap untuk ke kantor. Tapi saat hendak memakai dasi ia kesulitan. Refano mendengkus sebab selama seminggu ini penampilannya tidak serapi biasanya. Dengan wajah bersungut-sungut, Saskia pun mendekat untuk membantu Refano memakai dasinya.
Wajahnya ditekuk masam. Pagi ini moodnya benar-benar kacau. Semua karena ulah Refano tadi malam. Setelah beberapa hari menunda menyentuhnya, akhirnya semalam Saskia berhasil membujuk Refano agar mau berhubungan badan dengannya. Awalnya Saskia merasa amat sangat bahagia. Apalagi sentuhan Refano benar-benar mampu membuatnya melayang.
Tapi rasa bahagia itu ternyata tidak berlangsung lama sebab saat mereka hendak mencapai puncak, Refano justru menyerukan nama perempuan lain saat pelepasannya. Nama yang tak lain dan tak bukan adalah nama istri pertamanya. Ibarat sudah melayang hingga ke langit tingkat ke-tujuh lalu tiba-tiba dihempaskan ke bumi, itulah yang Saskia rasakan. Saskia benar-benar kesal dan kecewa. Apakah di dalam hati Refano tidak ada sedikit saja namanya?
Yang membuat Saskia heran, Refano tidak mencintai Zafira sama sekali, tapi kenapa saat hendak mencapai pelepasan, Refano justru mengingat dan menyebutkan nama Zafira? Saskia jadi merasa tanda tanya, apa jangan-jangan sebenarnya Refano memiliki rasa pada Zafira?
Saskia menggeleng, merasa itu tidaklah mungkin.
'Mana mungkin Refano mencintai perempuan udik itu. Ya, itu nggak mungkin. Pasti itu hanya kebetulan saja. Apalagi Zafira menjadi istri Refano bukan waktu yang sebentar.'
Saskia mencoba menyangkal dugaan-dugaannya. Apalagi mengingat latar belakang pernikahannya dan bagaimana perlakuan Refano selama ini.
Seakan tak peduli dengan ekspresi wajah Saskia, Refano justru melenggang begitu saja setelah dasinya terpasang. Refano hanya bisa menghela nafas panjang saat dasi yang melingkari lehernya tidak serapi saat Zafira yang memakaikannya.
"Ck ... apa dia nggak ada rasa bersalah sama sekali?" gumam Saskia kesal karena Refano tampak acuh tak acuh saja dengan kejadian semalam. Padahal Saskia sudah protes, tapi Refano tetap dengan sikapnya yang tidak begitu peduli dengan perasaan orang-orang di sekitarnya.
Saat ini Refano, Saskia, dan kedua orang tua Refano telah duduk di meja makan untuk sarapan bersama. Sepertinya mood Refano benar-benar buruk. Baru saja satu sendok nasi goreng seafood yang masuk ke dalam mulutnya, Refano justru mendorong kembali piring itu hingga menjauh.
"Bik, kenapa akhir-akhir ini rasa masakan bibik berubah?" Refano berdecak kesal karena sarapannya tidak senikmat biasanya.
Bik Mina yang merasa tak enak hati lantas mendekat, "maaf tuan kalau masakan saya tidak seenak masakan non Fira soalnya biasanya yang memasak kan bukan saya, tapi non Fira." Tutur bik Mina dengan wajah menyesal.
Kedua orang tua Refano pun dalam diam menyetujui penuturan Refano, memang masakan asisten rumah tangga mereka itu tidak seenak masakan Zafira. Tapi mereka terlalu malu untuk mengakuinya.
Refano mengangkat wajahnya kemudian menghela nafas panjang sambil mengibaskan tangannya agar bik Mina segera menjauh.
"Kamu kenapa sih, Fan? Wajah kamu ditekuk gitu?" tegur Marwan.
"Udahlah Fan, tinggal makan aja. Rasa masakan Mina juga nggak terlalu buruk. Atau nanti mama cari pelayan baru yang pinter masak biar kamu puas," imbuh Liliana.
"Terserah mama saja lah. Aku berangkat dulu." Tukasnya segera berdiri untuk berangkat kerja.
"Mas, tunggu aku!" pekik Saskia yang ikut beranjak. Meskipun ia telah menjadi istri dari Refano, tetapi ia masih bertugas sebagai sekretarisnya. Bukan tanpa alasan, Saskia hanya takut suaminya kecantol perempuan lain bila ia tidak mengawasinya. Dia saja sudah susah payah bahkan butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan Refano, tentu ia takkan memberikan celah bagi perempuan lain untuk mendekati Refano yang memang sudah ia sukai sejak lama.
Saat hendak masuk ke dalam mobilnya, Refano menangkap sebuah bola kecil yang terselip di antara rerumputan taman. Tanpa pikir panjang, kakinya tiba-tiba saja melangkah ke tempat dimana bola tersebut berada dan mengambilnya. Entah sudah berapa kali lagi ini ia menghela nafas, karena nyatanya memang ia lagi-lagi menghela nafasnya bahkan lebih kasar dari sebelumnya. Ada perasaan tak biasa dalam benaknya. Tak mau pikirannya makin kacau, dilemparkannya bola itu hingga menghilang dari pandangannya. Setelahnya, ia pun segera beranjak masuk ke dalam mobil yang di dalamnya telah ada Saskia yang terduduk dengan senyum merekah. Tak lama kemudian, mobil pun mulai bergerak meninggalkan rumah menuju kantor.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...