Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria yang baru datang.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru, apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Ayo Menikah!
"Apa kamu mau menikah denganku?"
Jo tampak bingung, seorang wanita yang berada di samping pak Jaka menunjuk dirinya. Membuat semua mata yang berada di ruangan itu jadi tertuju padanya.
Jo merasa ada yang salah dengan putri gurunya itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Ayna mengulang pertanyaannya dengan suara berat menahan kesedihan.
"A-aku?" Tanya Jo jadi bingung menunjuk dirinya sendiri. Dan Ayna menganggukkan kepala.
"Maafkan aku. Aku sudah punya kekasih." Tolak Jo cepat.
"Jangan serius mendengarkan ucapan anak Bapak, Jo!" Pak Jaka tidak mau ada salah paham nantinya.
"Nak, ayo kita masuk!" Bunda berusaha membawa Ayna. Ia sedih melihat anaknya seperti ini.
Ayna perlahan melangkahkan kaki, ia akan menuju kamarnya. Hancur sudah semua impian dan harapannya selama ini. Arga begitu tega kepadanya. Bagaimana ia harus menghadapi semua ini? Para tamu, tetangga bahkan rekan kerjanya? Rasanya Ayna ingin menghilang saja dari dunia ini.
Kenapa harus di hari H nya Arga melakukan ini?
Kenapa begitu tega melakukan ini padanya?
Kenapa tidak menyakitinya sebelum rencana pernikahan ini?
Kenapa harus di hari ini? hari yang sama-sama mereka rundingkan untuk menjadi hari bersejarah cinta mereka.
Apa salahnya? kenapa Arga menghancurkan semuanya!!!
Ayna memegangi kepala yang mulai pusing. Kenangan bersama Arga memenuhi pikirannya. Saat kenangan-kenangan manis yang mereka lewati bersama. Saat Arga menyatakan perasaannya 5 tahun yang lalu. Saat Arga juga melamar dirinya beberapa bulan yang lalu. Ayna pun menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Permisi... maaf permisi semua. Jo, ayo pulang!" Ucap Alex yang masuk dan menghampiri Jo.
"Ayo, kita pulang saja! Ada pria jadi-jadian!" Bisik Alex yang membuat Jo menatapnya aneh.
Ayna membalikkan kembali tubuhnya, saat mendengar ada orang lain lagi yang masuk.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Ayna pun menunjuk pria itu.
"Aku?" Pria yang tampak bingung menunjuk dirinya sendiri. Sama seperti yang dilakukan Jo tadi.
"Iya kamu. Pria yang berkemeja biru, apa kamu mau menikah denganku?" Tanya Ayna dengan berlinang air mata.
Alex melihat pakaian yang dipakainya, ia sedang memakai kemeja biru. Pria itu juga melihat wanita yang tampak berantakan. Wanita ini ternyata yang menjadi objek gibahan ibu-ibu tadi.
"Nak, ayo kita masuk!" Ayah menarik paksa Ayna. Ia benar-benar tidak mau Ayna seperti ini.
"Maafkan anak saja." Ayah hanya dapat meminta maaf.
"Kenapa aku harus menikah denganmu?" Tanya Alex dengan suara lantang.
Jo menatap sang teman dengan wajah bingung.
Pertanyaan Alex membuat langkah Ayna terhenti. Dengan perlahan Ayna membalikkan tubuhnya.
"Mu-mungkin kita jodoh." Jawab Ayna ngasal. Wanita itu tampak gugup.
'Jodoh?' Alex tersenyum samar mendengar alasan wanita itu.
"Katakan kenapa kita harus menikah? kenapa aku harus menikahimu?" Alex mengulang pertanyaannya.
Jo menyenggol lengan Alex. Temannya ini malah menanggapi ucapan mempelai wanita yang sedang kacau itu.
"Maafkan perkataan anak saya." Ayah kembali akan menarik Ayna.
Ayna menarik nafas lalu membuangnya pelan.
"Jika kamu mau menikah denganku, aku akan menjadi istri yang patuh. Melayanimu lahir dan batin. Serta aku akan mencintaimu sampai akhir hayatku." Jelas Ayna panjang lebar.
'Astaga... kenapa aku seperti sedang mengobral janji ?!' Ayna merutuki ucapan panjang lebar yang keluar begitu saja.
'Cinta?'
"Dan satu lagi, aku masih perawan!" Timpal Ayna kemudian.
"Bun, bawa Ayna masuk!" Ayah memerintahkan Bunda membawa masuk putri mereka. Ayna sudah mulai ngacoh. Putrinya sudah mulai tidak bisa berpikiran jernih.
Bunda menarik paksa Ayna. Orang-orang di ruangan itu melihat putrinya dengan berbagai ekspresi dan itu semakin membuat hati Bunda sedih. Mereka menganggap Ayna sudah mulai frustasi.
Ayna kembali melangkahkan kaki, mengikuti Bunda yang menuntunnya pergi. Ia akan kembali ke kamar saja. Mungkin menangis akan menghilangkan kesedihannya.
"Hei!" Panggil Alex kemudian.
Ayna membalikkan badan saat mendengar suara pria itu memanggilnya.
"Ayo kita menikah!!!" Ajak Alex menatap wajah berantakan yang masih berlinang air mata.
Semua mata tertuju pada Alex, tanpa terkecuali Ayna sendiri.
"Aku bilang, ayo kita menikah!"
.
.
.
tingkah Alex jadi berubah drastis
😂