Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rey_Langit
Setelah melewati hari patah hati yang sekian hari. Akhirnya kami mendengar kabar jika Langit sudah bertunangan dengan Rey.
Aku cukup senang dengan hal itu. Setidaknya aku tidak meninggalkan dan memberi ia banyak luka yang aku torehkan. Aku cukup senang dengan hal ini meski tidak akan menghadiri acara pertunangan mereka.
Ya, kami tidak lantas menjadi dekat setelah hari kemarin. Meski tidak ada permusuhan yang tersisa diantara kami. Bagaimana hubunganku dengan Sarah? Dia sudah kembali ke Jepang.
Ya, dia pergi sebelum aku menyampaikan itu. Ia berpamitan pada Bagas dan meminta untuk memberitahukannya padaku.
Lalu bagaimana denganku? Aku tidak apa-apa. Aku melanjutkan hari ku dan bekerja seperti biasanya. Sekali lagi, mungkin ini sudah digariskan untuk kami. Aku tidak menyesalinya, justru aku bertambah bahagia untuk Sarah. Jodoh itu tidak akan pernah melewatkan jalannya untuk menemui jodohnya sendiri bukan.
Aku percaya itu, jika memang ia digariskan untukku, kami pasti akan menemui jalan kami sendiri. Tanpa harus melakukan apa-apa, tanpa ada hal apapun yang terlewat.
\*\*\*
Setelah selesai dengan Abi. Bapak meminta aku agar bersedia jika ditunangkan dengan Rey. Aku tidak menolak, aku tidak punya alasan untuk itu selama Rey sendiri pun tidak menolak untuk disandingkan denganku.
Selama aku mengenal Rey ia adalah lelaki yang baik, dan ia tulus dalam setiap hubungan yang dijalinnya. Ia tulus padaku dan Bapak, meski awalnya ia sendiri yang tidak setuju untuk hubungan itu.
Mungkin setelah aku tidak jadi dengan Abimana, Bapak mulai mempertimbangakannya. Memangnya dimana lagi tempat untuk mendapatkan seseorang yang tulus seperti Rey? Tidak ada. Apalagi saat sekarang, lelaki yang tidak benar sedang marak-maraknya.
Aku bukannya mencintai atau menginginkan Rey. Tetapi lelaki baik, kenapa tidak! Setelah selesai dengan Abi. Aku mencoba menerima semuanya aku tidak ingin terus-terusan bersedih dan segera memulai hal baru.
Selain ia baik, semua yang mengenal Rey sangat mendukung hubungan kami. Aku tidak mengundang Abi, meski Rey pernah mengatakannya. Tidak apa-apa. Hanya, aku takut berubah pikiran jika aku bertemu lagi dengannya. Aku tahu Sarah sudah ke Jepang, Bagas yang memberitahukannya.
Meski ada seutas senyum saat mendengar itu. Tapi percayalah, aku menginginkan yang terbaik bagi mereka. Mereka pasangan yang cocok dan serasi. Pertemuan kami? Aku mulai menyadari itu adalah kesalahan.
Abimana yang sedang galau-galaunya, karena sang pengantin melarikan diri ditengah acara yang sedang berlangsung. Bukan salahnya ia memang butuh tempat untuk mengalihkan pikirannya karena masalah itu. Itu kesalahan Sarah juga, bukan Abi sepenuhnya.
Aku memahami itu. Meski tidak membuat kenyataannya berubah bahwa mereka menyakiti hati banyak orang.
Aku, bapak, bahkan mungkin Ibuku disana! Aku percaya ia menjaga dan mengawasiku dari atas sana. Pasti ia turut merasakan apa yang aku rasakan. Alasan sepenuhnya aku memutuskan untuk menerima Rey adalah Bapak.
Sebab kemarin, ialah yang paling menyudutkan untuk aku segera bertunangan dengan Abi. Jadi aku tidak ingin membiarkan bapak berlarut akan hal itu.
" Jadi kita benar tidak mengundang Abi dan Sarah ? ". tanya Rey.
" Tidak, kupikir mereka tidak bisa menghadiri acara ini, karena mereka cukup sibuk ".
" Baiklah, jika kau sudah memutuskan aku tidak bisa menolak ". Aku tersenyum mendengar perkataan Rey, ya, sejak dulu ia tidak pernah menolak perkataanku.
Tidak ada yang berubah dari hubungan kami, bahkan, kami tidak memiliki panggilan khusus seperti pasangan lainnya diluar sana.
Rey tidak memaksaku untuk terburu-buru. Dan bersedia untuk menungguku meski aku tidak ada mengatakan apapun. Aku tahu, mungkin ia kecewa. Tapi Rey selalu meyakinkan bahwa ia sudah cukup senang sebab aku telah bersedia menerima hubungan ini meski aku tidak pernah menjanjikan apa-apa padanya.
" Rey, " panggilku.
" Iya ." ucapnya beralih menatapku.
" Terima kasih! ". ucapku lirih tetapi masih bisa terdengar. Ia tersenyum dan kemudian mengusap kepalaku dengan lembut. Ia kemudian beranjak dari dekatku dan sibuk memeriksa undangan yang telah kami pesan beberapa hari lalu.
Aku senang jika orang itu adalah kamu, aku tidak perlu khawatir teman seperti apa yang akan menemani ku mengarungiku hidupku yang panjang ini.
" Langit, kenapa senyum sendiri? ". tanya Bapak menghampiriku. Sementara aku tidak menjawab dan malah makin mengembangkan senyumku.
" Terima kasih, Nak. Sudah tersenyum seperti ini! ". tambah Bapak. Sebab ia adalah orang yang paling tahu bagaimana patah hatiku dan bagaimana aku melewatinya. Aku tersenyum memandang lelaki itu.
" Kau berjanji akan mencintainya, Nak? ". tanyanya lagi.
" Iya, Pak. Langit berjanji akan mencintainya sepenuh hati ". Bapak memelukku tepat setelah aku mengatakan itu. Ia menghujaniku dengan banyak kecupan dikepalaku.
Rencananya setelah menikah nanti, Rey tetap ingin tinggal disini, bersama aku dan Bapak. Ia bilang, jika ia tidak tega menjauhkan aku dari Bapak. Jika ada hal yang patut aku syukuri, maka kehadirannya adalah yang paling aku syukuri.
Bayangkan saja, tidak ada hambatan apapun untuk hubungan kami. Kami menikmatinya dengan sangat. Aku yang selama ini sibuk memikirkan pasanganku, ternyata yang dipilih adalah ia yang selalu bersamaku setiap hari.
Rencana Allah itu sungguh indah, bukan?
\*\*\*
" Sarah, kamu nggak mau ketemu dan ngomong baik dengan Abi dulu ?" tanya Akari. Ya, ia sudah bisa berbahasa Indonesia dengan lancar sekarang setelah setahun ini ia sibuk mempelajarinya.
" Udah enggak ada yang perlu kami bicarakan! ".
" Apa maksudmu? Kamu bahkan belum bertemu dengannya? Itu hanya satu bulan Sarah! ".
" Ya, itu hanya satu bulan. Tapi satu bulan itu ia menghindariku! Mungkin kemarin aku melakukan kesalahan. Tapi sekarang, aku akan belajar melupakannya disini! ". ucapku tegas menatap ke arah Akari.
Mungkin benar, seharusnya aku menunggu lebih lama lagi. Tapi menunggu dan didiamkan oleh seseorang itu tidak lebih baik dengan seseorang yang akan memakimu secara terus menerus.
Aku tidak suka menunggu, dan aku benci pekerjaan itu. Sebab itu aku memutuskan pergi. Mungkin disini aku bisa memulai semuanya kembali.
Teleponku berdering tertanda dari Mama yang menghubungiku. Aku segera meraih benda itu dan menggeser tanda hijau kecil itu.
" Ya, Ma. Sarah udah sampai ". setelah itu tidak ada pembicaraan apa-apa lagi dan kami memutuskan sambungannya.
Banyak yang terjadi setelah satu tahun ini, hubunganku dan Mama juga Papa yang semakin menjauh, mereka pun sudah tidak sedekat dulu.
Setelah aku dengar Papa memiliki wanita lain dari Mama dan ia mengetahuinya.
Mungkin itu yang membuatku tidak ingin terus berlarut menunggu Abi. Ya, Papa. Aku merasa semua hanya akan menjadi sia-sia. Lelaki yang memiliki Istri bagaimana ia bisa mencari bahagia dari wanita lain.
Tanpa terasa bulir air mata jatuh membasahi pipiku dengan sendirinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mama, seharusnya aku menemaninya sekarang dan menanyakan mengapa Papa melakukannya.
Siapa perempuan yang ia simpan itu. Apakah Mama mengetahuinya sejak lama? Apakah Papa berniat mengakhirinya atau tidak? Mengapa Papa melakukannya?
Pertanyaan-pertanyaan seputar itu seolah berlarian dikepalaku. Aku benci Papa jika ia terus seperti itu. Akari meminta aku pulang lagi saja ke Indonesia.
Ia memintaku untuk segera pulang secepatnya. Ia bilang jika yang harus aku lakukan sekarang adalah menemani mama.
Sebab yang aku lakukan sekarang, hanya menghindar. Entah aku mengakuinya atau tidak.