Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 : Jangan menangis
Mobil Adam terparkir di depan sebuah rumah makan.Keduanya masuk dan memesan makanan.Adam juga sudah sangat lapar.Bayangkan,hanya sepiring nasi goreng buatan Azalea tadi pagi yang menyentuh lambungnya sejauh ini.
Pekerjaan yang banyak dan pikiran yang kacau menghilangkan rasa lapar Adam.Barulah perutnya terasa sangat membutuhkan asupan setelah duduk berhadapan dengan Azalea di dalam restoran sederhana tersebut.
"Bagaimana operasinya mas?"Azalea mencoba membuka percakapan.
"Alhamdulillah,semua berjalan lancar."
"Alhamdulillah."
Kembali hening setelah kalimat terakhir dari Azalea.Keduanya terlihat canggung,seperti baru pertama kali bertemu.
"Mama Irene ke mana?"Tanya Adam penasaran.
"Mama lagi ada arisan."
Makanan datang tepat waktu hingga tidak mengharuskan salah satu dari mereka untuk melanjutkan pembicaraan.
***
Brawijaya hospital.
Mama Irene pulang dan terkejut mendapati Aqila yang duduk seorang diri dengan laptop di kedua tangannya.
"Kenapa kamu yang jaga?Azalea mana?"Serentetan pertanyaan dari mama Irene mengagetkan Aqila yang sedang fokus mengerjakan tugas sekolahnya.
"Oo tante...Mas Adam mengajak mbak Lea makan di luar."
"Makan bersama?Berani sekali Azalea mengkhianati Lily." Berang mama Irene mengepalkan kedua tangannya.
"Sudah lama mereka keluar?"Selidik nya.
Aqila melihat arloji di tangan kanannya.
"Sekitar setengah jam yang lalu."Jawab Aqila santai.
"Apa Lea yang menghubungimu untuk menjaga Lily?"Lagi,mama Irene tetap mencoba mencari celah untuk bisa menyalahkan Azalea.
"Bukan,mas Adam yang menghubungiku.Tidak mungkin juga mbak Lea bisa meneleponku,nomorku saja mbak Lea tidak tau."
"Astagfirullah,,aku sampai lupa meminta nomor telpon mbak Lea."Aqila menepuk jidatnya.
***
Di perjalanan kembali ke rumah sakit.
"Siang tadi aku keruangan Lily."
"Iya mas."
Kalimat Adam yang barusan adalah kalimat pembuka untuk menanyakan keberadaan Azalea.Meski Adam sudah tau ke mana Azalea siang tadi,tapi dia sebenarnya sangat berharap Azalea yang mengatakan sendiri,tapi ternyata kalimat pancingan yang Adam gunakan tidak serta merta membuat Azalea jadi peka.
"Aku cukup lama di sana."Adam masih memberikan signal,berharap kali ini Azalea paham dengan maksud dari ucapan Adam.
"Tadi mama menyuruhku pulang,bajunya ketinggalan di rumah.Rencanya aku mau meminta ijin dulu sama mas,tapi aku tidak tau mau menghubungi mas di mana."
Akhirnya Adam bernafas lega.Tidak ada salahnya jika dia menanyakan langsung,namun,kalimat pertanyaan itu begitu sulit untuk dia keluarkan padahal sudah berada di ujung lidahnya.
"Oiya,,kamu naik apa?"
"Ojek online mas."
"Kenapa tidak naik mobil saja?"
"Kalau mobil nanti kelamaan,sementara mama harus segera pergi,takut tidak keburu mas."
Adam menghela nafasnya.
Mereka sekarang berada di tempat parkir rumah sakit.
"Mana ponselmu."
Azalea mengambil gawai yang dia letakkan dalam tas lalu memberikan nya pada Adam.
Adam mengetik sesuatu,dan memberikan kembali ponsel itu pada Azalea.
"Itu nomorku.Kamu bisa menelpon kapan saja."Ujarnya singkat.
"Makasih mas."
Sepasang suami istri itu sudah berada dalam kamar Lily,tampak wajah masam mama Irene terpampang nyata menyambut kedatangan mereka.Beruntung,papa Zaid sudah pulang dari kantor,jadi tidak mungkin Azalea akan mendapatkan kalimat kalimat pedas dari mamanya sendiri.Terlebih,Adam ada bersama Azalea.Setelah cukup lama saling bertukar cerita,Aqila datang menghampiri Adam.
"Mas,Qila mau pulang,mama sudah menelpon dari tadi."Bisik Qila dan di iyakan oleh Adam.
"Pa,ma..kami pulang dulu."Pamit Adam.
***
"Mas yang antar kan?"Tanya Aqila.Saat ini ketiganya sedang berjalan di koridor rumah sakit menuju ke tempat parkir.
"Iya,cerewet banget sih kamu."
"Ya Allah,bilang terima kasih kek apa kek,sudah di bantuin juga."Sungut Aqila.
Azalea yang berjalan di belakang hanya mampu tersenyum melihat tingkah kakak dan adik itu.
***
Kediaman keluarga Arkananta.
Mama Aisyah sudah berdiri di teras depan menunggu kedatangan Aqila.Mama Aisyah tidak terlalu khawatir meski Aqila belum pulang ke rumah semenjak berangkat sekolah tadi pagi,itu karena supir pribadi keluarganya menyampaikan jika Adam memanggil adiknya ke rumah sakit.
Dan begitu melihat mobil anak pertamanya yang memasuki garasi,mama Aisyah seketika tersenyum lebar.
Aqila dan Azalea turun bersamaan dan di sambut mama Aisyah dengan sebuah pelukan.
"Kamu nginap kan nak?"
Azalea tidak bisa menjawab,beruntung Adam datang lalu mencium tangan sang mama.
"Kamu nginap kan?"Mama Aisyah kembali mengulang pertanyaan nya.
"Nanti ya ma..."Ujar Adam.
"Tapi kan ini sudah malam sayang,,ayolah."Mama Aisyah masih berusaha membujuk Adam.
Dengan Adam yang terus menolak dengan berbagai alasan,dan mama Aisyah di tambah Aqila yang terus merengek meminta agar mereka menginap, membuat Adam akhirnya mengalah.
***
Di dalam kamar Adam.
Inilah yang sebenarnya membuat Adam menolak untuk menginap,sekamar bersama Azalea.
Tidak mungkin kan Adam menyuruh istrinya tidur di kamar lain,apa kata orang tuanya kalau itu sampai terjadi.
Terjadilah kecanggungan di dalam kamar luas tersebut.Tidak berbeda jauh dengan keadaan sebelum sebelumnya saat mereka hanya berdua,hening cipta akan di mulai,kadang sebentar,bisa juga berlangsung lama.
"Kamu bisa tidur di kasur,biar aku di sofa."Ucap Adam memecah kesunyian.
"Tidak perlu mas,biar aku saja yang di sofa,besok mas harus berangkat kerja,tidur di sofa tidak akan membuat tidur mas lelap.Lagian besok aku bisa tidur sepuasnya,namanya juga pengangguran,mau ke mana coba?"Ujar Azalea tersenyum kemudian menghampiri sofa panjang dan mendudukkan tubuhnya di sana.
Adam tidak lagi membantah perkataan Azalea,malam juga sudah semakin larut,jadi beristirahat dari kepenatan hari ini adalah pilihan yang tepat.
"Kamu nyaman dengan pakaianmu di saat tidur seperti ini?"Adam bertanya.
Lampu sudah di matikan,namun Adam masih bisa melihat bayang tubuh Azalea yang masih berbalut pakaian dan jilbab panjang,jangan lupakan cadar yang tidak pernah lepas saat bersama dengan Adam.
"Insyaallah mas."Ujar Azalea pelan.
"Aku dengar,kamu masih sementara kuliah?"
"Iya mas."
"Kapan kuliah mu selesai?"
"Sebenarnya,insyaallah tiga bulan lagi aku wisuda mas."
"Maafkan aku.Karena aku,kamu tidak bisa selesai tepat waktu."Adam menghela nafas,perasaan bersalah begitu berat ia rasakan,menghambat studi seseorang hanya karena keegoisan keluarga.
"Tidak apa apa mas,membahagiakan orang tua itu, jauh lebih mulia kan?Kalau tentang kuliah,nanti bisa aku lanjutkan lagi."Lanjut Azalea.
Jam terus berputar,meninggalkan waktu demi waktu hingga hampir tengah malam,namun Adam dan Azalea masih terjaga.Pertama kali Adam mengetahui tentang kehidupan Azalea membuat Adam lupa tujuan awalnya,yaitu ingin segera beristirahat untuk memulihkan tenaga.
"Sudahlah,sebaiknya kita tidur."Lanjut Adam.
Adam memperbaiki posisi tidurnya,berharap bisa segera menutup mata dan bermimpi indah.Benar saja,mungkin karena kelelahan atau karena Azalea ada bersamanya,tidak butuh waktu lama hingga Adam tertidur lelap.
Jam setengah empat,Azalea terbangun.Tidak ada alarm seperti saat dia baru belajar melakukan shalat malam.Otaknya sudah disetting agar dia bangun di jam yang sama di tiap malamnya.
Azalea perlahan berjalan ke kamar mandi,takut mengganggu Adam yang masih tertidur.
Shalat malam ia tunaikan,mengangkat kedua tangan lalu berdoa pada sang penciptanya,menumpahkan semua keluh kesah yang dia rasakan,tidak ada waktu untuk membagi masalah dengan orang lain,karena menurutnya,manusia tidak akan pernah bisa membantu menyelesaikan masalahnya,hanya kepadaNya lah,dzat satu satunya yang bisa mendengarkan semua curahan hatinya.
Air mata mengalir deras,membasahi ujung jilbabnya,menanyakan pada sang maha kuasa,kenapa ibu kandungnya sangat membencinya,apa salahnya?Semua keinginan kedua orang tuanya sudah dia penuhi,lalu kenapa ibunya masih tidak menyukainya?
Adam menyaksikan air mata Azalea jatuh satu persatu,hatinya ikut sakit.
"Apa yang harus aku lakukan padamu?" Batin Adam.
"Jangan menangis."
...****************...