Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Aga
"Foto siapa ini." Ucap Amara seraya menatap foto yang ada di depannya saat ini. "Jika dilihat-lihat kenapa wajahnya mirip dengan Agatha, ya." Komentar Amara.
"Itu adalah foto Mama." Suara Aga yang berasal dari belakang tubuhnya membuat Amara terlonjak kaget.
"Kak Aga!" Seru Amara seraya mengusap dada.
Aga tak menyahut. Ia kini fokus menatap foto sang Mama yang baru saja ia pasang di area dapur beberapa bulan yang lalu.
"Sewaktu muda dulu, Mama memang sangat mirip dengan Agatha saat ini. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. Sama seperti Naina dan Zeline." Ucap Aga kemudian.
Amara menatap wajah Aga dengan intens. Dapat terlihat jelas oleh mata Amara jika tersirat kesedihan di mata Aga saat menceritakan sosok sang mama.
"Kak Aga sangat menyayangi Mama Kak Aga, ya." Ucap Amara pelan.
"Tentu saja. Seperti dirimu pada Ibu. Kau pasti sangat menyayangi ibumu bukan?" Tanya Aga.
Amara mengangguk mengiyakannya. Walau wajahnya tidak mirip dengan sang ibu, namun Amara sangat menyayangi ibu kandungnya itu.
"Mama adalah sosok ibu yang sangat hebat. Demi mengurus aku dan Gatha, Mama rela meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang pembisnis." Aga mulai menceritakan kelebihan sang mama seraya menatap foto wajah mamanya.
Amara memilih diam. Ia memanfaatkan situasi saat ini dengan baik karena baru kali ini Aga mau bercerita cukup banyak kepadanya.
"Kelahiran Agatha benar-benar merubah hidup mama. Mama bukan hanya meninggalkan karirnya namun juga merubah gaya hidupnya menjadi lebih sederhana." Aga terus bercerita tentang kelebihan sang Mama.
"Jangan bersedih, Kak. Mama Kak Aga pasti sudah bahagia di sana saat ini." Ucap Amara kemudian setelah cukup mendengar Aga bercerita.
Aga tak menyahut. Pandangannya terus fokus pada foto sang mama. "Walau berada sendiri di rumah ini, namun aku tidak pernah merasa kesepian. Aku selalu merasa jika mama selalu berada di dekatku." Ucap Aga kemudian.
Amara tersenyum mendengarnya. "Itu hanya perasaan Kakak saja. Jauh di lubuk hati Kakak aku tahu jika Kakak juga merasa kesepian jauh dari Agatha dan Paman Andrew."
Aga tak bisa menampik perkataan Amara. Perkataan Amara benar, sesekali ia memang merasakan rindu ingin berkumpul lagi dengan adik dan papanya. Namun rasa kesedihan yang mendalam membuatnya terus urung melakukannya.
"Jangan bersedih lagi, Kak. Mama Kakak pasti juga akan bersedih jika melihat Kakak bersedih seperti ini." Amara tanpa sadar mengusap lengan Aga.
Pergerakan Amara tersebut berhasil membuat Aga tersadar. "Kau sedang apa di sini?" Tanya Aga.
"Oh itu." Amara menjauhkan tangannya dari lengan Aga. "Aku ingin membuang air kecil."
"Kalau begitu pergilah ke kamar mandi. Kakak ingin mengambil air minum." Ucap Aga lalu melangkah meninggalkan Amara begitu saja.
Amara menatap nanar sosok Aga yang sudah melangkah pergi meninggalkannya. "Aku akan berusaha menjadi penerangan di hidup Kak Aga yang terasa gelap saat ini. Walau Kak Aga belum bisa melihat keberadaanku sebagai seorang wanita, namun aku akan tetap berusaha mengejar cinta Kak Aga." Tekad Amara. Setelah menyadari sisi lain Aga ketika berada di rumah membuat Amara semakin bertekad untuk mendapatkan hati Aga dan merubah kegelapan di hidup Aga menjadi terang kembali.
Sementara Aga yang sudah berada di dalam dapur nampak mencuri pandang pada Amara yang sedang berbicara seorang diri di depan pintu dapur.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka