Setelah hidup dengan suami yang suka memukulinya selama bertahun-tahun, Freya 'dijual' karena suaminya telah jatuh hati pada wanita lain. Dia hanya bisa pasrah saat pelelangan berlangsung, sampai akhirnya... "Satu juta Yuan!" Semua mata tertuju pada pria bertudung yang menawar dengan harga ribuan kali lebih mahal. Siapa pria itu dan kisah seperti apa yang menanti mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossywiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib Audrey
POV Freya
"Tunggu sebentar lagi, dan anda akan bisa datang ke acar perkumpulan kecil nyonya!", ucap lily ketika membantuku bersiap.
"Anda seharusnya di perkenalkan sebagai nyonya marchionnes Davinci di pesta yang lebih besar, tapi, pertama - taa tuan sudah mengatur untuk pesta teh kecil sehingga anda dapat membiasakan diri dengan kesempatan seperti ini!", lanjut Lily menjelaskan perinciannya.
"Iya,aku juga sudah dengar itu!", jawabku.
"Aku menghargai pertimbangan nya yang murah hati demi diriku!", lanjutku sambil tersenyum.
Kurasa, ini masih saja terlalu berlebihan bagiku untuk memperkenalkan diri di pergaulan sosial kelas atas sekaligus.
Kemungkinan besar kebanyakan orang yang akan ku temui di pergaulan kelas atas akan menilai negatif tentang diriku.
Karena aku hanyalah rakyat biasa yang dalam waktu semalam berubah menjadi nyonya marchionnes Davinci.
Ya tuhan!!
Bahkan sekarang pun aku sudah bisa menerima bahwa aku adalah nyonya marchionnes Davinci.. Ini semua berkat Marquess Albert Davinci.
"Pasangan suami-isteri..", ucapku dengan berbisik lirih sambil tersenyum memainkan jari tanganku.
"Maaf? Apa anda mengatakan sesuatu nyonya?", tanya Lily kepadaku.
Ahh.. aduh malu sekali aku..
Untungnya Lily tidak mendengar ucapanku barusan.
"Ti-tidak! Aku tidak mengatakan apapun!", jawabku sedikit gugup.
Sudahlah Freya! Kau jangan terlalu berfikiran aneh - aneh!
.
POV Audrey Frans
(Kediaman keluarga Frans)
Prakk
Suara gaduh dari sebuah ruangan yang di penuhi dengan dokumen - dokumen yang kini berceceran di lantai.
"Dasar anak bodoh!"
Sraatt..
Aku adalah Kepala keluarga Frans, Alvero Frans berteriak sambil melemparkan lagi dokumen yang berada di hadapanku kepada putriku. Saat ini aku sangat menyesal telah mengirim putriku menjadi guru dari nyonya marchionnes Davinci atau istri dari Marquess Davinci.
"Apa kamu sadar apa yang telah kamu lakukan? Bisa - bisa nya kamu berpikiran dan berperilaku seperti itu!!", teriakku marah kepada putriku, Audrey Frans.
"Saya tidak salah apa - apa ayah!", jawab putriku sambil membuang muka.
"Apa kamu bilang? Kamu masih tidak mengerti keadaannya?", tak habis pikir lagi Aku kepada putriku.
"Ayah! Wanita jelata itu bertingkah sok dan bahkan tidak tahu diri, jadi saya memberinya beberapa nasihat. Tidak saya sangka, saya akan diperlakukan seperti ini setelah semua itu!", ucap putriku dengan berteriak.
"Ini tidak adil untuk saya!!", lanjutnya.
"Audrey! Meski dia dulu adalah rakyat jelata, dia saat ini sudah menjadi seorang marchionnes!! Pernikahannya dengan tuan Marquess Davinci bahkan sudah di setujui oleh keluarga kekaisaran! Dengan kata lain, kastanya jauh lebih tinggi darimu! Aku menyuruhmu menjadi gurunya, bukan malah membuat tuan Marquess jengkel!", ucap ku menjelaskan. Mimpi apa aku semalam mendapati kebodohan putriku 2 kali lipat dari sebelumnya.
Tidak hanya pertama kali, putriku terakhir kali membuat masalah dengan menyinggung putri dari keluarga Afghani, salah satu dari 5 bangsawan besar.
Tidak mengira, kupikir dia sudah introspeksi diri ternyata malah mencari masalah yang lebih besar lagi.
Kali ini benar-benar tak bisa di biarkan.
"Pokoknya saya tidak salah apa - apa!", jawabnya lagi dengan membuang muka.
Anak ini akan begini terus jika tidak di tekankan dengan benar.
Brakk
Aku memukul dengan keras meja kerja ku.
Tak peduli lagi entah dia akan menangis atau ketakutan.
"Kalau tuan Marquess bilang kamu salah, berarti memang kamu salah!!", teriak ku lebih kencang dari sebelumnya. Habis sudah kesabaranku menghadapinya.
"Tuan Marquess ingat setiap kata yang kamu ucapkan kepada istrinya! Melalui pengacara dia bilang sebenarnya dia ingin menuntut kita atas tuduhan penghinaan, tapi akhirnya di ganti dengan pemutusan hubungan kerja! Apa kamu tidak tau betapa penting dan besarnya bisnis dengan tuan Marquess itu? Aku kira kamu akan dekat dengan nyonya Mirchioness Davinci dan bisnis perdagangan akan berjalan lancar, tapi.. kamu malah melakukan hal bodoh di sana dan menghancurkan ini semua!!", teriak ku.. dia terlihat akan menangis dengan masih berusaha menahan air matanya, tapi biarlah. Biar dia tau betapa bodohnya tindakannya itu.
Hikss..
Hikkss..
Sudah kuduga..
Anak itu tidak mungkin bisa menahan diri untuk tidak menangis. Anak itu terlalu kami manja hingga tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
"Hikkss.. kenapa saya harus menyanjung wanita seperti itu? Hikss.. padahal dia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh. Dia tidak pernah memperlihatkan ekspresi apapun karena dia tidak tahu harus apa! Dia hanya wanita bodoh yang memiliki paras rupawan sehingga bisa menggoda tuan Marquess!", ucapnya sambil menangis.
Ya tuhan...
Kenapa Audrey bisa tumbuh menjadi gadis seperti ini?
"Dia itu seorang nyonya keluarga Marques Davinci!", ucapku sambil memijat kepalaku yang terasa mau pecah.
Haaa..
Aku menghela nafas besar saking capeknya.
"Semua yang kamu katakan itu menghina keluarga Marques Davinci, Sudah begitu, bukannya mengajarinya dengan benar, kamu malah menyuruhnya melakukan hal yang sama terus menerus. Apa kamu masih belum tahu letak kesalahan mu?", ucapku tegas sambil menatapnya dengan datar.
"Ayah, kenapa ayah tidak membela saya dan malah terus membela wanita itu?", dia berteriak lagi kepadaku.
Aku baru menyadari keburukan sifat dari anak ku sendiri, padahal selama ini terlihat baik di depan ku.
"Tidak saya sangka bahkan ayah memarahi saya juga!", teriaknya lagi.
Anak yang selama ini manis dan baik serta berkata dengan lemah lembut kini sudah tak ada lagi.
"Aku tidak berpihak, tapi aku menegur mu yang berbuat salah!", ucapku padanya.
Padahal disini seharusnya aku yang marah, kenapa Adelia terlihat lebih marah dari ku?
"Sadarlah Audrey! Apa kamu tahu seberapa keras usaha ayah agar keluarga Frans kita bisa di akui di ibu kota? Padahal ayahmu ini sudah bekerja siang dan malam agar serikat dagang kita bisa berkembang dan mengharumkan nama keluarga!", aku lelah berdebat dengan putriku sendiri. Dia masih tidak mau mengakui kesalahan yang sudah di perbuatanya.
"Selain itu, aku dengar kamu meminta nyonya Marchionnes untuk mempertemukan kamu dengan tuan Marquess, apa itu benar?", aku bertanya lagi karena seperti tidak percaya akan apa yang aku dengar dari pengacara tuan Marquess Davinci.
Deg..
Ya, Tampa dia jawab pun aku sudah tau jawabannya bahwa itu benar. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang terkejut.
"I-ituu.. saya hanya bilang bahwa saya ingin bertemu dengan beliau", ucap anak itu sambil kembali membuang muka.
"Cihh.. apa wanita itu mengadukan semuanya termasuk itu? Sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan dengan kekuatannya sendiri!", Audrey berdecih menghina kembali nyonya Marchionnes.
Sungguh memalukan!
Sejak kapan dia tumbuh menjadi wanita seperti ini? Tidak hanya menghina, merendahkan, dan sekarang aku tahu bahwa anakku yang ku besarkan dengan bangga, kini menginginkan suami orang lain!
Tuhan..
Karma apa yang kau berikan kepadaku ini?
"Anakku, dewasalah sedikit!!!"