"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28 Korban lain
Iteung masih terdiam mendengar cerita Lia. Gadis itu terlihat menarik nafas dalam - dalam.
"Tidurlah, Lia. Kamu butuh istirahat! Sepertinya kamu kelelahan", ucap Iteung.
Lia menatap Iteung dengan tatapan sedih. Dia tahu, sama halnya dengan Enah, sepertinya Iteung juga tak mempercayainya.
"Iteung, kamu tidak percaya sama cerita aku?", tanya Lia dengan tatapan sendu.
"Hah,... bagaimana aku mau mempercayai ucapan mu, Lia. Semua itu sulit untuk di percaya tidak ada bukti secara langsung. Tapi karena kamu teman baikku, maka aku akan mencoba untuk mempercayainya. Sekarang kamu tidurlah! Aku juga sudah sangat lelah dan mau istirahat ", ucap Iteung.
Setelah berkata demikian, Iteung pergi meninggalkan Lia menuju ke kamar nya. Tak lupa dia menutup pintu kamar Lia.
Lia termenung menatap kepergian teman baiknya itu. Matanya berkaca-kaca. Lia menarik napas dalam-dalam. Memang sulit untuk membuat orang mempercayai apa yang ia katakan. Walaupun hal itu benar adanya.
Lelah memikirkan hal yang terjadi, Lia bangkit lalu mengunci pintu kamarnya. Dia juga ingin segera tidur.
Baru saja beberapa saat Lia memejamkan mata, tiba-tiba saja tercium bau harum yang sangat menusuk. Lia tahu, itu pertanda kehadiran Mahesa.
Seperti hari - hari yang lalu,...Lia kini telah berada di sebuah kamar mewah. Kamar tempat dia dan suami jin nya itu tinggal.
Samar - samar, dia melihat bayangan yang makin lama makin terlihat jelas.
Lia melihat Mahesa berjalan mendekati dirinya. Setelah dekat, pangeran jin yang tampan itu memeluk dan mengecup pucuk kepala Lia dengan lembut dan penuh cinta.
" Kanda Mahesa,.." Mata Lia terpejam merasakan pelukan suami nya yang hangat. Hatinya merasa senang, dan terhibur.
"Ada apa sayang?", tanya Mahesa saat melihat tatapan sendu di netra sang istri. Meskipun dia sebenarnya tahu apa yang terjadi.
"Kanda,... mengapa semua orang tidak mempercayai ucapan ku? Mbak Nah, bahkan Iteung,.. mereka malah mengatakan jika aku penyebar fitnah tentang pak Karso", ucap Lia kembali sedih. Matanya sudah berkaca-kaca. Teringat kembali akan yang terjadi antara dirinya dan Enah.
"Seperti itulah yang biasa terjadi, Dinda. Sulit untuk membuat orang mempercayai kita apalagi jika kita tidak memiliki bukti. Dinda tak bisa memperlihatkan sesuatu yang gaib kepada seseorang dengan begitu mudah jika bukan makhluk gaib itu sendiri yang ingin menampakkan wujudnya. Sulit bagi mereka untuk percaya walaupun kesialan dan musibah akan menimpa mereka sewaktu-waktu. Namun demikian mereka menganggap itu hanya sebagai kebetulan semata dan bukan keganjilan ", ucap Mahesa.
"Lalu apa yang harus Dinda lakukan untuk membuat mereka yakin. Dinda ingin menyelamatkan mereka ", Lia merasa gusar.
Pelukan Mahesa semakin erat mendekap tubuh Lia. Dia tahu kegelisahan hati Lia.
"Tidak ada caranya, Dinda. Sekarang beritahu Kanda, siapa yang ingin Dinda selamatkan?" tanya Mahesa.
Lia berpikir sejenak, seperti menimbang - nimbang sesuatu.
"hemm,... Iteung dan Mbak Nah ", ucap Iteung dengan yakin.
Iteung merasa bahwa dia harus menyelamatkan kedua orang temannya itu sebab mereka berdua dalam bahaya.
"Apa Iteung tidak memercayai mu, Dinda?",
"Entahlah,... aku rasa dia mempercayai ucapan ku, meskipun sangat sulit baginya, kanda ", jawab Lia.
"Tapi dia tidak memojokkan mu, kan, Dinda?", tanya Mahesa sembari mengelus kepala istrinya. Kembali dia melabuhkan ciuman di kening istrinya. Lia tersenyum bahagia.
"Tidak,...dia hanya ragu , bukan berarti dia tidak mempercayai ku",
"Lalu bagaimana dengan Enah?",
"Dia,.... entahlah, kanda.."
Lia terdiam.
"Jika dia tidak percaya, maka tidak yang bisa Dinda perbuat. Bila Dinda masih ingin menyelamatkan nya, maka Dinda harus menyakinkan dia terlebih dahulu agar dia bisa mencari cara untuk membuat dia keluar dari tempat itu ", ucap Mahesa.
Mendengar ucapan Mahesa, Lia menangis karena merasa bahwa Enah tak akan pernah percaya padanya.
Bagaimana caranya agar temannya itu mempercayai ucapan nya? Lia gundah sendiri memikirkan cara agar Enah percaya pada nya.
Malam itu, Lia hampir tak dapat memejamkan mata. Perasaan nya sungguh tak enak. Lia membolak-balikkan tubuh karena merasa sangat tidak nyaman. Tubuhnya terasa lemas dan bergetar. Firasat Lia mengatakan bahwa esok hari akan terjadi sesuatu.
Mahesa yang mengetahui apa yang ada di dalam pikiran istri nya, menarik Lia ke dalam pelukannya. Dia meniup ubun - ubun Lia yang membuat mata gadis itu tiba - tiba saja merasa berat. Sehingga dalam sekejap saja, Lia sudah terlelap pulas dalam pelukan Mahesa.
"Jangan khawatir Dinda, aku akan melindungi Iteung, temanmu itu. Tapi aku tak bisa melindungi temanmu yang satu lagi karena dia tidak percaya akan perkataan mu", bisik Mahesa. Dia mendekap erat tubuh Lia dan tak lama kemudian dia pun menyusul Lia, yang sudah dibuai mimpi.
****
Keesokan paginya....
"Astaghfirullahal a'zim,....Naaahhh!", pekik seseorang memecah keheningan pagi hari yang masih gelap itu.
Lia yang masih terlelap sontak membuka matanya karena sedikit kaget mendengar teriakan tersebut.
"Ya Allah,.. Enah! Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa jadi begini?!", teriak seseorang seorang lagi.
Hahhh, Enah??
Orang itu menyebut nama Enah.
Mendengar orang itu menyebut nama Enah, Lia langsung bangun dan membuka pintu kamar nya untuk melihat apa yang terjadi. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Lia menuju asal sumber suara yang ternyata dari kamar mandi.
Di kamar mandi, sudah banyak sekali orang - orang berkerumun. Mereka semua adalah pekerja yang bekerja di rumah makan. Sama seperti Lia, mereka juga terbangun lantaran mendengar teriakkan orang yang kaget melihat keadaan Enah.
Lia bergegas menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari kamar nya itu.
"Ada apa ya, mbak?" tanya Lia pada seseorang wanita di depannya. Wanita itu juga bekerja di rumah makan ini.
"Anu,... itu si Enah jatuh di kamar mandi", jawab nya.
"Astaghfirullah a'azim! ....kok bisa, mbak?", tanya Lia dengan wajah yang sangat terkejut.
"Enggak tahu, tadi mbak Nah mau ke kamar mandi bareng Mba Susi. Mbak Nah masuk duluan. Setelah masuk,tak lama kemudian, mbak Susi mendengar suara mbak Nah minta tolong. Mbak Susi langsung menggedor pintu kamar mandi namun tak ada sahutan. Karena khawatir dan takut terjadi sesuatu pada Nah, Mbak Susi langsung memanggil salah seorang pekerja rumah makan yang tinggal di mes sebelah untuk membantu nya mendobrak pintu kamar mandi. Setelah di dobrak, mereka menemukan mbak Nah sudah tidak sadarkan diri tergeletak di kamar mandi", ucap wanita itu.
Mendengar cerita itu, Lia merasa shock. Ternyata firasat buruk nya semalam adalah kejadian pagi ini. Sesuatu telah terjadi pada Enah. Dan Lia merasa itu ada hubungan nya dengan pesugihan yang dilakukan oleh Pak Karso.
Namun Lia tak habis pikir, mengapa bisa Enah yang menjadi sasaran tumbal pak Karso. Apakah lantaran Iteung tak jadi memakan rendang daging sapi itu maka sasaran di alihkan ke korbannya?