Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.
Setelah air hangat terisi dalam bathtub, Jane mematikan kran air.
Gadis itu pun tanpa ragu, membuka pakaian lelaki itu untuk melihat luka pada tubuh pria itu.
Dengan hati-hati jemarinya membuka, satu persatu kancing kemeja pria itu.
Mendadak tangan Jane berhenti membuka kemeja pria tersebut, matanya tertegun menatap tubuh pria itu.
Ternyata di balik kemeja itu, terdapat tubuh kekar penuh dengan tato, dari bagian bisep lengannya, lalu ke bagian dada sampai perutnya.
"Apakah dia seorang gangster?" gumam Jane menatap tubuh pria itu tidak berkedip.
Jane menduga pria itu pasti di keroyok, sesama gangster lainnya, sampai pria itu mengalami beberapa luka di tubuhnya.
Mata Jane nanar melihat luka, yang ada pada dada, perut dan lengan pria itu.
Dan luka yang paling parah, ada di bagian perut, terlihat lebih panjang dan dalam.
Sewaktu kuliah Jane pernah mengambil praktek Keperawatan, walau itu bukan jurusan yang ia ambil.
Itu di karenakan ia ingin mengetahui caranya untuk melakukan pertolongan pertama, dalam menangani pasien yang mengalami kecelakaan.
Pengalaman yang ia alami, saat Ibunya tertabrak mobil saat ia remaja, membuat ia bertekad, untuk tidak takut melihat seseorang mengalami luka parah.
Dengan begitu ia bisa melakukan pertolongan pada siapa saja, yang mengalami kecelakaan, sebelum di bawa ke rumah sakit.
Perlahan Jane membuka kemeja pria itu, dan menyingkirkannya dari tubuh lelaki itu.
Jane memeriksa luka yang ada di perut, apakah perlu di jahit atau tidak.
"Sepertinya perlu di jahit" gumam Jane setelah memeriksa luka tersebut.
Ia harus membersihkan tubuh pria itu terlebih dahulu, karena sudah terasa begitu dingin sekali.
Jane hanya memikirkan untuk menolong pria itu, seperti seorang perawat merawat pasien lumpuh.
Ia membuka pakaian terakhir lelaki itu, tanpa ada perasaan canggung atau malu.
Dengan susah payah, Jane menarik tubuh pria itu ke dalam bathtub, setelah ia melepaskan celana pria itu.
Setelah terkena air hangat, tubuh lelaki itu terasa hangat, tidak dingin lagi seperti tadi.
Jane membersihkan luka-luka, yang ada pada tubuh bertato itu, dengan perlahan dan hati-hati.
Setelah ia membersihkan luka pria itu, Jane harus menarik kembali pria itu keluar dari dalam bathtub.
Jane tanpa rasa malu, menarik pria itu, yang hanya memakai pakaian dalam saja.
Jane memakaikan bath robe nya kepada pria itu, dan dengan susah payah ia membawa ke atas tempat tidur nya.
Lalu menanggalkan pakaian dalam pria itu, karena sudah basah, dan tidak seharusnya di pakai lagi, karena akan membuat pria itu nantinya demam.
Jane tersenyum melihat bath robe, yang ia kenakan pada pria itu. Terlihat kecil di kenakan pria itu. Panjang bath robe itu, hanya sebatas atas lutut saja.
Jane menarik selimut untuk menutupi bagian kaki sampai pinggang pria itu, agar ia bisa untuk mengobati luka pada tubuh pria itu.
Dengan pelan dan hati-hati, Jane mengolesi luka pada lengan, dada perut pria itu.
Mata Jane nanar menatap luka di bagian perut, itu perlu di jahit karena terlalu lebar.
Tiba-tiba Jane mendengar suara berisik di luar kamar apartemen nya, yang sontak membuat ia bergegas, untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
Jane mengintip lewat kamera cctv di daun pintu apartemen nya, ia melihat beberapa lelaki di koridor apartemen nya, mondar-mandir seperti mencari sesuatu.
Tiba-tiba Jane tersadar, mungkin lelaki di luar sana, mencari pria yang ia tolong.
Jane dengan cepat mematikan lampu ruang tengah apartemen nya, lalu bergegas kembali masuk ke dalam kamar.
Ia dengan cepat dan hati-hati kembali mengoles obat pada luka pria itu, lalu menutup lukanya dengan kain kasa.
Setelah semua luka pada tubuh bertato pria itu ia oles obat, dan membungkus nya dengan kain kasa, Jane membenarkan lagi bath robe yang di pakai pria itu.
Mematikan lampu kamar, setelah ia membuka lampu tidur.
Jane waspada akan keadaan di luar pintu apartemennya, yang sepertinya para pria itu masih mencari pria terluka yang ia tolong.
Setelah menyelimuti tubuh pria itu dengan benar, Jane keluar dari kamarnya, untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai mandi, dan berpakaian, Jane membaringkan tubuhnya di sofa kamarnya.
Menarik selimut menutupi tubuhnya, dan ia pun memejamkan matanya untuk segera tidur, karena malam sudah semakin larut.
Bersambung.....