Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
Debora menutup pintu kamar tamu pelan, setelah Victor kembali berbaring di tempat tidurnya.
Ia kemudian ke dapur lagi, untuk membuat kembali sarapannya, yang sudah di makan Victor.
Di dapur Mansion ternyata masih ada Ira, Pelayan yang menurut Debora, sangat membenci dirinya.
Suara roda troli yang di dorong Debora, nyaris tidak terdengar bergesekan di lantai.
Sehingga ke tiga Pelayan yang masih ada di ruang dapur itu, tidak menyadari kedatangan Debora memasuki dapur.
Ira terdengar masih saja bicara dengan begitu pongahnya, membicarakan tentang dirinya.
"Kalau bukan karena Nyonya Riska lemah, tidak mungkin dia bisa menjadi Nyonya di Mansion Stephanus ini, gadis labil sepertinya tidak pantas menjadi istri Tuan Victor!" ujar Ira dengan kata-kata yang begitu mencibir, penuh dengan kebencian.
"Ssst..jaga bicaramu, bagaimana pun dia adik Nyonya Riska, hanya dia yang pantas jadi pengganti Nyonya Riska!" sahut Bibi Koki.
"Nyonya Riska sangat membenci adiknya itu, bagaimana mungkin ia setuju kalau adiknya itu menggantikan dirinya!" sahut Ira lagi sembari bersidekap dengan angkuhnya.
"Apa katamu? tahu apa kamu! almarhum Nyonya Riska tidak mungkin membenci adik kandungnya sendiri!" sahut Bibi Koki marah.
"Tahu apa? aku tahu segalanya, Nyonya Riska cerita padaku, mengenai Nyonya Debora yang sangat tidak di inginkannya, menjadi adiknya, karena memiliki tubuh yang kuat!" ujar Ira lagi dengan pongahnya.
"Kamu gila ya! itu tidak mungkin! mereka saudara kandung! kamu mengarang cerita, karena kamu suka sama Tuan Victor, jadi kamu mengatakan seperti itu, iya kan?" tanya Pelayan Asisten Bibi Koki.
Tubuh Debora membeku di tempat, mendengar apa yang di bicarakan oleh ke tiga Pelayan itu.
"Aku tidak bohong! Nyonya Riska yang mengatakannya, sampai dia takut kalau adiknya itu berada di sekitarnya, dan Tuan Victor jadi akrab dengan adiknya itu!" kata Ira dengan percaya diri.
"Kamu..itu tidak mungkin! jangan asal sembarangan bicara!" sahut Bibi Koki mendelik marah.
"Nyonya..!" Pelayan Asisten Bibi Koki terkejut bukan main, sampai tubuhnya tersentak di tempatnya.
Memandang ke arah Debora, yang diam di dekat pintu, mendengarkan pembicaraan mereka.
Bibi Koki sampai ikut juga terkejut, melihat Debora yang berdiri memegang troli.
Ira sontak menunjukkan perubahan pada wajahnya, melihat ke arah Debora.
"Katakan lagi, apa yang barusan kamu katakan tadi!" sahut Debora mendelik ke arah Ira.
Ira diam tidak bergerak, dia menelan ludahnya gugup, tidak menyangka kalau Debora mendengarkan semua yang di bicarakannya.
"Apa kamu tidak dengar, apa yang ku katakan?" sahut Debora dengan nada yang mulai meninggi.
Ira masih diam di tempatnya, dia tidak berani bicara.
Debora dengan langkah cepat mendekati Ira, dan berdiri tepat di depan Ira.
"Kamu menyukai kak Victor ya!" mata Debora menatap tajam Ira.
Ira menelan ludahnya gugup, tapi wajahnya tidak menunduk karena merasa bersalah.
Karena Ira tidak menjawab, berarti apa yang di katakannya tadi, benar apa adanya.
"Mulai hari ini, kamu tidak boleh menginjakkan kakimu ke dalam Mansion lagi, kamu tinggal dengan Pelayan kebun di paviliun belakang, mengurus kebun dan halaman belakang Mansion!" kata Debora dengan tegas.
"Nyonya...anda tidak boleh melakukan sesuka hati anda...!"
Plak!
Belum selesai Ira bicara, Debora menampar Ira dengan kencang.
"Lancang kamu! berani membantah apa yang di katakan majikanmu! sungguh berani kamu!" ujar Debora dengan wajah garang, memandang Ira dengan tatapan yang dingin.
Ira terkejut bukan main, mendapat tamparan dari Debora
Bersambung......