Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Anda membawa pengaruh baik di rumah ini." Gumam Roy, yang melihat kebersamaan Hana dan juga para penjaga rumah. "Aku harap kelak tuan Elang, membatalkan kontrak pernikahan kalian."
Lalu Roy, memutuskan masuk kembali ke ruang kerja Elang, untuk mengambil beberapa berkas yang di butuhkannya.
Hingga tengah malam pun menjelang, sama seperti kemarin malam. Kini Elang pulang dalam keadaan mabuk. Dan lagi-lagi kebiasaan buruk Elang, jika dirinya sudah mabuk maka semua yang berada di dalam perutnya akan ia keluarkan.
Dan dengan sabarnya Hana membersihkan tubuh Elang dari muntah, dan membaringkan tubuh Elang di atas tempat tidur.
"Kau sudah dewasa, tapi seperti bayi saja." Gumam Hana lalu menarik selimut dan menyelimuti tubuh Elang.
Keesokan paginya. Secara perlahan Elang membuka mata, dan sama seperti biasanya. Elang tidak melihat sama sekali keberadaan Hana di dalam kamar itu.
"Jam berapa dia bangun?" Ucap Elang sambil memperhatikan sekitar kamar dimana baju dan juga segala keperluannua pagi ini sudah tersedia..
"Tidak sia-sia aku membayarnya." Timpalnya kemudian lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah beberapa saat kemudian, Elang berjalan menuruni anak tangga. Elang melihat dengan jelas jika saat ini Hana sedang duduk di kursi sambil menikmati nonton tv. Elang berjalan melewati Hana, dan Hana pun cuek seperti tidak menghiraukan Elang sama sekali.
"Apa dia tidak melihatku?" Batin Elang. Lalu duduk di kursi dan melihat menu makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.
Braanngggkkkkkk, Elang melempar piring miliknya di atas lantai membuat Hana terkejut dan langsung menghampiri.
"Ini yang kau sebut makanan?" Tanya Elang dengan suara yang menggelegar.
"Iya, kau lihat sendirikan jika itu makanan."
"Lebih tepatnya racun." Bantah Elang.
"Racun? Aneh, mana ada makanan seenak itu di bilang racun." Hana tersenyum seakan mengejek apa yang Elang katakan.
"Buatkan aku mie, ingat jangan pakai cabai."
Tanpa menjawab Hana langsung menuju dapur dan membuatkan Elang mie.
"Ini." Kata Hana lalu memberikan semangkuk mie di hadapan Elang.
Elang mencicipi mie tersebut. "Ganti!" Ucap Elang lalu mendorong mangkuk mie tersebut.
Dan setelah ke 5 kalinya Hana memasak mie untuk Elang, dan seenak jidatnya Elang langsung berdiri dan berkata tanpa salah "aku sudah kenyang "
"Kau belum makan, dan bilang sudah kenyang?"
"Kau marah?"
"Setidaknya jika kau ingin memberiku pelajaran jangan yang berhubungan dengan makanan. Aku tahu kau kaya, tapi ingat masih banyak orang di luar sana yang kelaparan. Dan kau seenaknya membuang makanan."
"Jika kau mau makanlah. Karena kau tidak sudih."
Ucap Elang lalu melangkah pergi.
"Tunggu." Teriak Hana memanggil.
"Elang, tunggu." Ulang Hana membuat Elang menghentikan langkahnya.
Lalu Hana menaruh bantal di depan Elang, dan melingkarkan dasi di leher Elang.
"Diamlah sebentar. Aku hanya mau memasangkan dasi untukmu" kata Hana, membuat Elang terdiam.
Elang terus memandang wajah Hana, entah mengapa ada perasaan yang tiba-tiba saja sulit untuk Elang gambarkan. Jantungnya berdetak tidak karuan, seakan ingin melompat keluar dari tempatnya.
"Lepaskan." Ucap Elang, lalu berjalan meninggalkan Hana, padahal dasi belum terpasang rapi.
"Ada apa dengannya?" Gumam Hana.
"Ada apa denganku?" Batin Elang saat dirinya sudah berada di atas mobil.
"Roy, bawa aku ke rumah sakit sekarang" titah Roy.
"Siapa yang sakit tuan?"
"Jangan banyak bertanya, lalukan saja tugasmu."
"Baik tuan."
"Aku sudah mengirim bonus padamu." Ucap Elang setelah mentrasfer uang ke rekening Roy.
"Bonus untuk apa tuan."
"Bonus karena sudah dua malam ini kau mau mengurus muntahku tanpa berkelu kesah."
"Tapi tuan.."
"Diamlah, aku ingin istirahat."
"Tapi tuan, bukan aku. Yang melakukan itu nona Hana. Tapi tidak masalah yang jelas aku dapat bonus." Batin Roy.
semangat terus thor
pediih tau
Karena bagi yang tidak mengetahui rasa sakitnya Hana, pasti akan mudah luluh dg perlakuan sepele Elang