Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Rindu
Ji-hyeon ke luar dari dalam kamarnya untuk makan bersama Ibu dan adiknya.
“Mah, Papa kapan pulangnya sih Mah? Papa kan udah lama banget gak pulang ke rumah Mah, emang Papa sibuk banget ya di sana?” tanya Ji-hyeon dengan ekspresi wajah sedih.
Mendengar pertanyaan Ji-hyeon membuat Karissa tersedak, dan Ji-hyeon segera memberikannya air minum.
“Doakan saja pekerjaan Papamu di sana cepat selesai ya Nak, biar Kita bisa ngumpul lagi sama Papa,” ucap Karissa tersenyum dan mengelus kepala Ji-hyeon.
“Iya Mah!” jawab Ji-hyeon yang nampak murung.
“Yaudah, sekarang Kita makan sama-sama ya Nak. Kamu makan duluan saja, Mama suapin adik Kamu makan dulu ya Nak,” ucap Karissa tersenyum menatapnya.
“Iya Mah,” jawab Ji-hyeon tersenyum menganggukkan kepala.
Jolie menangis karena ingin bermain di luar, akhirnya Karissa membawa Jolie ke luar sembari Ia menyuapinya.
Beberapa tahun berlalu dengan sangat cepat, hingga Jolie kini masuk ke sekolah dasar, dan Jidan sudah tidak pernah kembali ke rumah, semenjak kepergiannya kala itu.
Hari ini merupakan hari ulangtahunnya yang genap berusia sepuluh tahun. Rasa penasaran Ji-hyeon semakin besar, dan Ia kembali menanyakannya pada Ibunya.
“Mah, jawab jujur deh, Papa ke mana Mah? Apa Papa sama Mama sudah berpisah? Papa menghilang bukan hanya setahun - dua tahun Mah, tapi enam tahun Mah! ...”
“... dari Jolie masih berusia dua tahun, lihat Jolie Mah! Dia bahkan tidak tahu siapa Ayahnya, hanya karena Papa gak pulang-pulang ke rumah. Dulu Papa selalu pulang ke rumah, paling lama hanya dua Minggu ...”
“... tapi sekarang? Papa bahkan tidak pernah menghubungi Keluarganya. Mah, aku mohon, bilang sama aku, ada apa sebenarnya Mah? Mah, aku mohon!” pinta Ji-hyeon.
“Iya Mah! aku juga ingin tahu di mana sebenarnya Papa, selama ini Papa tidak menemaniku, teman-temanku yang lain diantar sama Papanya ke sekolah, aku tidak, bahkan untuk melihat bagaimana wajahnya saja aku tidak bisa,” sambung Jolie.
“Oke, Mama akan jelaskan ke Kamu sekarang, sebenarnya Papa Kamu berselingkuh,” ucap Karissa menundukkan wajahnya.
“Apa? Selingkuh? Sama siapa Mah? Dari kapan Papa selingkuhya?” tanya Ji-hyeon syok.
“Sejak enam tahun yang lalu, saat Kamu terakhir kalinya menanyakan keberadaan Papa mu ...”
“... Saat Kamu berada di sekolah, sebenarnya Papamu sudah pulang ke rumah, tapi hanya mengambil koper, dan pergi lagi ...”
“... Mama sudah berusaha untuk menghentikannya, tetapi Papamu malah mengatakan jika Ia ingin bercerai dengan Mama, karena Ia ingin menikahi selingkuhannya yang bernama Lia ...”
“... Kata Papamu, saat itu Lia tengah mengandung anak dari Papamu, jadi Papamu akan menikahinya. Mungkin, Papamu dan Lia berselingkuh disaat Papamu sedang tugas di luar kota kala itu ...”
“... Maafkan Mama, Mama sebenarnya tidak ingin memberitahukan kabar duka ini Padamu, bukan bermaksud untuk menutupinya Darimu selamanya ...”
“... tapi Mama berpikir, jika umur Kamu terlalu muda untuk mengetahui tentang hal ini, tapi karena Kamu memaksanya, akhirnya Mama terpaksa memberitahukan hal ini Padamu, tepat di Usiamu yang genap sepuluh tahun,” ucap Karissa tersenyum meneteskan airmatanya.
“Enggak! ini bukan salah Mama! Tapi ini adalah kesalahan Papa dan Wanita itu! Mama jangan sedih ya! Maafkan aku sudah membuat Mama bersedih, karena harus kembali teringat dengan penghianatan yang Papa lakukan selama ini Pada Kita,” ucap Ji-hyeon meneteskan airmata dan memeluk Ibunya.
Baru saja Karissa menceritakan tentang Jidan kepada Anak-anaknya, Jidan pulang ke rumah dengan wajah yang murung.
“Mas Jidan?” tanya Karissa terkejut melihat kedatangannya.
“Mah, Dia siapa? Apa Dia Papaku?” tanya Jolie.
“Iya Sayang, Dia Papamu,” jawab Karissa.
“Papa,” ucap Jolie yang langsung berlari memeluknya, namun Jidan langsung mendorongnya, hingga Jolie terjatuh.
Karissa dan Ji-hyeon yang melihat pun segera membantu Jolie.
“Sayang, Kamu bawa adik Kamu ke luar rumah dulu ya, biar Mama ngomong sama Papa Kamu, jangan lupa diperiksa, apa Adik Kamu ada luka atau tidak, sana ya Nak!” pinta Karissa pada Ji-hyeon.
“Iya Mah,” jawab Ji-hyeon.
“Ayok Dek!” ajak Ji-hyeon membantu memapah Adiknya.
“Mas! Kamu apa-apaan sih? Jolie itu Anak Kamu ya Mas! Kenapa Kamu dorong Dia? Dia itu kangen sama Kamu mas, dari dia kecil, sampai saat ini, Dia belum pernah bertemu Denganmu. Tidak bisakah Kamu bersikap lebih baik sedikit saja pada Ji-hyeon dan juga Jolie?” tanya Karissa.
“Kamu diam ya! Aku lagi pusing tahu gak?” tanya Jidan.
“Pusing kenapa? Ada apa? Karena Lia selingkuhan Kamu itu? Atau karena anak Kamu dan Lia selingkuhan Kamu itu?” tanya Karissa.
“Sudahlah! Jangan banyak bicara Kamu! Setidaknya aku sudah menafkahi Anak-anakku, walaupun aku tidak tinggal di sini bersama dengan Mereka. Entah apa yang Kamu katakan selama aku pergi pada Mereka.”
“Aku tidak mengatakan apapun Mas, baru tadi aku bercerita pada Mereka, jika Kamu pergi karena selingkuhan Kamu sedang hamil Anak Kamu, itupun sebenarnya aku tidak menceritakannya pada Mereka, karena aku tahu, itu akan membuat Mereka terluka, tapi Mereka memaksaku untuk memberitahukan kejadian yang sebenarnya pada Mereka.”
“Aku tidak peduli akan hal itu, jangan ganggu aku, aku mau istirahat dulu!”
“Tapi kan Mas, Kita sudah lama berpisah, selama enam tahun Kamu pergi, dan tidak pernah kembali lagi. Kepergian terakhirmu juga mengatakan ingin bercerai denganku, bukankah itu berarti Kamu sudah menceraikanku?” tanya Karissa.
“Tapi aku masih mengirimkanmu uang.”
“Enam tahun yang lalu Mas, dan mungkin Kamu lupa akan hal itu!”
“Sudah! Diam! Aku mau tidur! Aku capek! Lagipula ini rumahku kan? Kamu tidak berhak untuk melarangku tidur di rumahku sendiri!”
“Iya, memang rumah ini atas nama Kamu Mas, tapi secara agama, Kita sudah bukan suami istri lagi.”
“Tapi secara hukum, aku belum menceraikanmu!”
“Tapi Mas...”
“Sudah! Diamlah! Daripada Kamu banyak omong, lebih baik Kamu siapkan aku makanan saja, aku lapar!”
Karissa hanya diam mematung melihat tingkah Jidan.
“Apa telingamu itu sudah tuli saat ini?” tanya Jidan menarik telinga Karissa hingga memerah.
“Cepat!” bentak Jidan.
“Iya Mas!” jawab Karissa ketakutan dan langsung pergi untuk menyiapkan makanan Jidan.
Karissa mengetuk pintu kamar untuk memberikan makanan Jidan.
“Mas, ini makanannya taruh di mana ya?” tanya Karissa.
“Bawa ke sini!” jawab Jidan.
“Iya Mas,” jawab Karissa.
“Letakkan saja diatas meja!” perintah Jidan.
“Sini Kamu!” pinta Jidan.
“Iya Mas, ada apa?” tanya Karissa.
Tanpa menjawab pertanyaan Karissa, Jidan langsung menciumnya, dan Mereka pun saling melepas kerinduan setelah sekian lamanya berpisah.
Awalnya Karissa menolaknya, karena berpikir jika Dia telah bercerai secara agama dengan Jidan, namun perasaan cintanya yang masih ada untuk Jidan membuatnya kembali luluh dan menikmati permainan Jidan.