NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Jendral

Mengejar Cinta Jendral

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Harem / Bad Boy / Pengawal
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Saat itu juga, Dominict keluar dari ruang kantornya di biro militer dengan langkah berat penuh amarah. Wajahnya merah padam, dan mulutnya tak henti-hentinya menggerutu, mengeluarkan sumpah serapah tertahan. "Dasar keras kepala! Apa dia pikir ini lelucon?! Kalau terjadi apa-apa, aku yang kena damprat!" gumamnya sambil berjalan tergesa-gesa menuju gerbang utama istana.

Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya—Putri Ana. Ia tengah melangkah perlahan namun pasti melewati gerbang belakang istana, berusaha menyelinap tanpa suara. Sialnya (atau untungnya), tak satu pun penjaga yang memperhatikan tindakan mencurigakannya itu.

Mata Dominict menyipit, rahangnya mengeras, dan amarahnya langsung memuncak. "ANA!!!" Teriaknya lantang hingga menggema di seluruh halaman istana. Suaranya seperti guntur yang memecah langit, membuat Putri Ana terlonjak kaget.

"Eh?! Dominict?!" Putri Ana menoleh dengan wajah pucat. "Kok dia ada di sini?" Ia bergumam panik, matanya membulat saat melihat Dominict berlari ke arahnya seperti banteng yang siap menyeruduk. Wajah pria itu jelas-jelas mengerikan, seperti singa yang baru saja kehilangan buruannya.

“Ketahuan!” pikir Putri Ana dengan cepat. Tanpa membuang waktu, ia segera memutar tubuh dan mulai berlari keluar gerbang dengan kecepatan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri.

“HEI! APA KALIAN HANYA BERDIRI DI SITU? CEPAT HENTIKAN DIA!!!” Dominict mengamuk pada para penjaga gerbang yang tampak kebingungan dan masih belum memahami apa yang terjadi. Ia hampir saja menabrak salah satu dari mereka dalam usahanya mengejar sang putri, sementara teriakan amarahnya terus menggema di udara.

Namun, Putri Ana sudah lebih dulu melesat ke luar, meninggalkan Dominict yang semakin frustrasi. "Ana! Jangan pikir kau bisa lolos dariku!" raungnya, kali ini dengan napas terengah-engah. Meski amarah menguasai dirinya, ada kilatan cemas di balik tatapan tajamnya.

"Cih! Dasar gadis itu benar-benar membuatku hilang akal!" gumamnya tajam, dengan nada penuh frustrasi yang membara. Tanpa ragu, ia segera berlari secepat mungkin, mengejar Putri Ana yang sudah hampir menghilang dari pandangannya. Tekadnya bulat—ia akan menyeretnya kembali ke istana, meski harus menggunakan paksaan.

Dominict, berhasil menyusul putri Ana dan mencengkram erat tangannya.

"Dominict?! Lepaskan!!" jerit Putri Ana, wajahnya kesal setengah mati sambil terus mencoba melepaskan cengkeraman Dominict. Ia bahkan berusaha menarik lengannya dengan dramatis, seperti ikan kecil yang terjebak di kail.

"Mau lari ke mana kau, hah?!" bentak Dominict, wajahnya merah padam, entah karena marah atau kehabisan napas. Rambutnya sedikit berantakan, dan alisnya mengerut seolah sedang menghitung berapa kali ia harus menghadapi ulah Putri Ana yang tak masuk akal.

"Aku cuma mau jalan-jalan sebentar! Apa salahnya?!" Putri Ana membalas dengan nada protes, mencoba menginjak kaki Dominict, tapi malah kehilangan keseimbangan.

"Jalan-jalan lewat gerbang belakang sambil sembunyi-sembunyi? Kau pikir aku bodoh?!" Dominict menariknya lebih erat, nyaris menyeret sang putri yang mulai berteriak-teriak layaknya anak kecil.

"Aku kan butuh kebebasan! Kamu nggak ngerti perasaan aku!!" balas Putri Ana, suaranya semakin melengking.

"Kebebasan, katamu? Kalau aku lepaskan kau sekarang, aku yang kehilangan kebebasan karena dihukum raja!" ujar Dominict sambil menahan diri agar tidak menggeleng frustrasi.

Tiba-tiba, raut wajah Dominict berubah drastis—sebuah campuran antara kemarahan dan kecemasan yang sulit diartikan. Tanpa peringatan, dia menarik tubuh mungil Putri Ana dengan kasar ke dalam pelukannya, seolah takut kehilangan sesuatu yang begitu berharga.

"Kau selalu membuatku gila," gumamnya pelan, suaranya bergetar, tapi masih cukup jelas untuk didengar.

Putri Ana membeku sejenak di pelukan itu, merasakan debaran jantung Dominict yang kacau, seolah menggambarkan badai yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Berhentilah membuatku gila seperti ini," lanjutnya, mempererat pelukannya, seolah takut kehilangan Putri Ana dalam pelukannya itu.

Untuk beberapa saat, mereka terdiam, menikmati kehangatan momen itu. Dominict tidak berkata apa-apa, sementara Putri Ana perlahan mulai membalas pelukannya, lebih lembut dan penuh rasa nyaman.

Namun, suara Ana kemudian pecah, lirih namun penuh keberanian. "Em... Dominict... kalau begitu, aku boleh jalan-jalan, kan?" tanyanya, nyaris berbisik, tetapi cukup jelas untuk didengar Dominict. Nadanya penuh harapan, hampir seperti seorang anak kecil yang tahu permintaannya mungkin tidak akan dikabulkan.

Dominict terdiam sesaat, lalu dengan gerakan cepat, ia melepaskan pelukan itu. Tatapannya berubah tajam, menusuk, membuat Ana terdiam sejenak.

"Hah?! Kau bilang apa?" suaranya penuh nada tajam, bercampur dengan frustrasi yang tidak bisa disembunyikan. Ia mengusap wajahnya dengan satu tangan, kemudian memijat keningnya, mencoba meredam perasaannya.

Ana menunduk, menggigit bibir bawahnya sejenak. Tapi ia tidak menyerah. Ia mendekat lagi, mencengkeram tangan Dominict dengan kedua tangannya yang mungil. Matanya memohon, penuh sinar kepolosan seperti anak kecil.

"Ya... aku mohon, Dominict. Boleh ya? Aku ingin ke festival di kota... Aku janji akan hati-hati... Tolong, ya? Boleh, kan? Hanya sebentar saja... Aku mohon..." Suaranya mulai bergetar, dan ada sedikit isak tertahan di akhir kalimatnya. Matanya menatap Dominict dengan ekspresi yang hampir mustahil untuk diabaikan—penuh harapan, ketulusan, dan sedikit rasa takut.

Dominict berusaha menguatkan hatinya. Rahangnya mengeras, dan ia membuang pandangannya, mencoba menghindari tatapan Ana. Namun tatapan itu seperti magnet—memaksanya kembali melihat ke mata gadis itu, yang kini mulai berkaca-kaca. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan badai di dadanya.

"Ana..." suaranya berat, seperti sedang menahan sesuatu. "Kau tahu aku tidak suka ide ini..." katanya pelan, tetapi nadanya mulai melunak. Putri Ana masih memandangnya, tanpa berkata apa-apa, hanya mempererat cengkeraman tangannya.

Dominict menutup matanya sejenak. Ia bisa merasakan kelembutan Putri Ana, ketulusan yang tidak dibuat-buat. Bagaimana mungkin ia tega menolaknya? Meski ia tahu risikonya, ada sesuatu dalam diri Putri Ana yang selalu meluluhkan hatinya.

"Baiklah," gumam Dominict akhirnya, suaranya terdengar hampir seperti desahan kekalahan. Ia membuka matanya lagi, menatap Putri Ana dengan peringatan yang jelas. "Tapi hanya sebentar. Dan kau harus janji untuk tidak membuatku khawatir."

Mata Putri Ana langsung berbinar. Senyumnya merekah, seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah yang paling diinginkannya.

"Terima kasih, Dominict! Aku janji, aku janji!" katanya dengan penuh semangat, hampir melompat kegirangan.

Dominict hanya menghela napas panjang, menggeleng pelan sambil menatap gadis itu. Ia tahu, meski ia mencoba sekuat mungkin, melawan permintaan Putri Ana adalah sesuatu yang hampir mustahil baginya.

"Yang Mulia, meskipun saya mengizinkan Anda meninggalkan istana, bukan berarti Anda bebas dari pengawasanku. Saya akan ikut menemani Anda ke kota," ujar Dominict dengan nada tegas.

Lalu Dominict tersenyum kecil seperti juga menikmati kebahagiaan kecil itu, kemudian Dominict mencondongkan tubuhnya kedepan. "Aku akan tunjukkan tempat yang belum pernah anda lihat di kota, Yang Mulia." bisik Dominict di dekat telinga Putri Ana. "Apa anda mau mencoba bertualang dengan cara yang berbeda? Kita akan menyamar! Anda akan melihat tempat yang belum pernah anda kunjungi." lanjut Dominict dengan senyum penuh misteri.

"Benarkah?" Ucap, Putri Ana dengan antusias.

"Iya. Kita akan menyamar menjadi orang bisa, bagaimana?" Dominict mengedipkan sebelah matanya sambil menyunggingkan senyuman iseng.

"Baiklah, aku setuju!" Seru, Putri Ana tampak bersemangat.

Bersambung.....

1
Little Fox🦊_wdyrskwt
kemana .....ke mars....atau ke sartunus whhaaha....mungkin ke Bulan wkwkwk jalan jaalan join sama mahkluk luar angkasa 😅 🤣 sia sudah kerasukan menggila mulai
sakura
...
Little Fox🦊_wdyrskwt
khemmm....coba deh....Iihhh melayang otak kuuu/Scream//Scream//Scream//Silent/
Little Fox🦊_wdyrskwt
suuuukaa aku
Alitha Fransisca
Perang dimulai!!!
Alitha Fransisca
Ya spesial dong 🤣
Alitha Fransisca
Lanjut dong Mas Jendral
Alitha Fransisca
romantis banget 😍
Alitha Fransisca
Pilih mana ya? 🤔
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung
Myra Myra
kasihan putri Ana...elara bahaya...
Myra Myra
mesti akan jadi slhphm surat x sampai
Alitha Fransisca
Cemburu ni yee
Alitha Fransisca
Untung ada Mas Jendral 🤣
Alitha Fransisca
Waduh 🙈 mau dong
Alitha Fransisca
Bacanya bikin deg-degan teruss 😂
Alitha Fransisca
Jendral Dominict menang banyak 😂
Alitha Fransisca
Ya ampun 🙈 dapat rezeki nomplok 🤣
Alitha Fransisca
Hayoo, siapa yang masuk ke kamar Putri Ana?
Tanzo
😊
Sarah Q. M
cemburu buta dia....
ARIES ♈: nantikan kelanjutan kisahnya ya .. a
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!