NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KARENA PERHATIANMU PADAKU AKAN TERBAGI

Marissa tiba tiba meminta Dimi menepi dan mundur beberapa meter sampai mobil yang dikendarai pria itu sampai di depan sebuah toko roti.

"Kamu mau beli roti?" tanya pria itu memastikan.

Marissa mengangguk tanpa menjawab pertanyaan pria itu.

"Baiklah, tunggu aku parkir dulu," kata pria itu lalu menepikan mobilnya.

"Tidak usah, kau langsung pulang saja, Dimi. Aku pulangnya naik taksi, ini sudah di pusat kota jadi taksi pasti banyak yang lewat," sahut wanita itu.

"Tidak, jangan. Ini sudah malam, biar aku yang antar. Tunggu, aku cari parkiran dulu," kekeuh pria itu kemudian melihat sekeliling.

"Baiklah. Tapi biar aku saja yang turun, sepertinya di sepanjang jalan ini dilarang parkir," kata Marissa saat melihat tanda dilarang stop di sepanjang jalan itu.

"Baiklah, aku tunggu di ujung jalan sana saja," tunjuk pria itu.

"Oke, apa ada yang kau inginkan?" tanya wanita itu.

"Apa saja, terserah kamu," jawabnya. Marissa mengangguk kemudian keluar dari mobil menuju toko roti yang ditunjuk tadi.

Aroma wangi khas dari roti tercium saat ia berada di depan pintu toko itu. Aroma manis dari roti bahkan dapat Marissa rasakan bahkan sebelum mencicipinya.

Perpaduan aroma butter dan kayu manis begitu terasa di indera penciumannya saat masuk ke dalam toko roti.

"Apakah ini yang namanya ngidam?" batin Marissa saat menyadari dirinya yang tiba-tiba menginginkan roti padahal ia tidak begitu suka dengan olahan tepung terigu. Bahkan kini hanya dengan melihat aneka macam roti saja sudah membuat matanya berbinar.

Marissa kemudian mendekat ke salah satu etalase roti yang mana terdapat roti asin seperti bagel, corn rye bread dan croissant yang dipadukan dengan aroma butter dan rempah-rempah.

"Permisi Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita tua yang menghampiri Marissa . Sepertinya wanita tua itu adalah pemilik dari toko roti tersebut.

Marissa berbalik dan mengulas senyum hangatnya pada wanita tua itu. "Ya. Aku ingin membeli roti yang ini, ini dan ini masing-masing dua buah.," tunjuk Marissa .

"Dan berikan juga roti Anda yang ada disana masing-masing dua buah," sambung wanita itu dengan lembut.

Tampak wanita tua itu memindai Marissa dari ujung kepala hingga ujung kaki wanita itu.

"Apakah kamu sedang hamil?" celetuk wanita tua itu menatap Marissa .

Marissa termangu mendengar celetukan wanita tua itu.

"Bagaimana Anda bisa tahu? Apakah sangat terlihat?" tanya Marissa menatap perutnya.

Wanita tua itu tersenyum mendengar ucapannya, "Bagi orang lain mungkin tidak, tapi tidak untukku.," papar wanita tua itu mengulas senyum. "Baiklah, saya akan menyiapkan pesanan Anda dulu. Silahkan duduk disana," sambungnya seraya menunjuk sofa panjang disalah satu sudut toko itu.

"Apakah kamu ingin roti hangat?" tanya wanita tua itu kembali dan ditanggapi dengan anggukan oleh Marissa .

*

*

Setelah mendapat pesanannya. Marissa kembali menuju mobil Dimi yang terparkir tidak jauh dari toko roti tersebut.

"Wow.. kau membeli semua roti itu?" tanya Dimi saat melihat dua paper bag besar yang ditenteng Marissa .

"Yup. Yang satu ini untukku dan yang ini untukmu. Ini!" Marissa memberikan satu paper bag besar pada pria itu.

"Oke, terima kasih untuk rotinya. Dan wow, ini masih hangat!" seru Dimi saat menyentuh roti pemberian Marissa.

"Tentu saja, dan pasti rasanya akan semakin lezat," balas Marissa.

Setelah 30 menit perjalanan, sampailah mereka di sebuah bangunan besar dan mewah berwarna ivory white dengan pagar yang menjulang tinggi ke atas.

"Ini rumahmu?" tanya Dimi saat melihat betapa mewah dan megahnya bangunan di depannya itu. Bahkan mansion keluarganya pun kalah besar.

"Hem, tapi hanya sementara," jawab Marissa singkat karena tidak ingin membahas perihal Giorgio padanya.

Kemudian Marissa keluar dari mobil setelah pria itu membukakan pintu untuknya.

"Terima kasih, tapi lain kali jangan lakukan itu. Orang lain akan beranggapan lain jika melihatmu seperti ini padaku," ungkap wanita itu yang merasa sungkan dengan sikap manis Dimi padanya.

"Cukup ucapkan terima kasih, aku tidak butuh kata lainnya. Okey!" seru pria itu mengecup pucuk kepala Marissa singkat.

Marissa terkesiap dengan perlakuan random Dimi padanya.

"Baiklah, aku masuk duluan. Hati-hati dijalan, bye!" ucap Marissa tersenyum kecil dengan melambaikan tangan ke arah pria itu.

"Oke, sampai jumpa besok," balas Dimi kemudian masuk ke dalam mobilnya setelah melihat Marissa masuk ke dalam gerbang mansion itu.

Marissa masuk ke dalam mansion dengan menggunakan buggy car karena jarak dari gerbang sampai depan pintu mansion cukup jauh.

Sesampainya di depan pintu, sudah ada beberapa maid yang menyambut wanita itu dengan menunduk hormat padanya.

"Selamat malam, Nona," sapa para maid pada nona nya.

"Tuan sudah menunggu, Nona di meja makan," ucap salah satu maid.

"Hem, baiklah. Terima kasih," sahut wanita itu dan berlalu menuju ruang makan lalu menghampiri pria tampan dengan wajah yang tertekuk itu.

"Hello, Baby. Kau sudah pulang? Maafkan aku, di kantor cukup banyak pekerjaan yang harus aku pelajari," Marissa menyapa Giorgio lalu mengecup pipi Giorgio singkat.

"Duduklah, kita langsung makan," jawabnya dengan singkat dan terkesan masih datar.

Marissa menghela napas saat melihat sikap Giorgio masih sama seperti pagi tadi.

"Apa dia masih marah padaku?" tanyanya dalam hati.

Mereka makan dengan tenang tanpa terlibat obrolan sama sekali. Marissa yang memang belum 100 persen memahami watak pria di depannya itu pun mengira jika ia harus memberi space dan menunggu sampai pria itu dalam kondisi hati yang baik dan barulah kembali membicarakan perihal keputusannya untuk bekerja.

*

*

Giorgio terlebih dulu menyelesaikan makan malam lalu pergi dari ruang makan tanpa sepatah katapun pada Marissa. Walau sedih namun Marissa tidak terlalu mengambil hati atas sikap dingin pria itu dan lebih memilih menikmati waktu makannya.

Selama dinyatakan hamil, entah kenapa nafsu makan wanita itu semakin tinggi setiap hari dan beruntung karena Marissa mengalami morning sickness hanya sebentar saja.

Setelah makan, Marissa naik ke atas kamar untuk membersihkan tubuh yang sudah sangat lengket.

"Hhuuuuuh.. tubuhku kaku, sepertinya ini karena sudah lama tidak banyak bekerja. Berendam air hangat sepertinya bisa merilekskan otot tubuhku!" gumam pelan Marissa.

Bagaimana tidak.. jika kegiatan wanita itu selama di mansion hanya diisi dengan kegiatan bercinta dan rebahan saja. Eh, dan makan tentu saja.

Giorgio masuk ke dalam kamar yang ditempati bersama dengan Marissa .

"Euh? Kemana dia? Apa dia di kamar mandi?" tanya pria itu dalam hati saat tidak melihat keberadaan wanitanya.

Giorgio lalu berjalan menuju walking closet untuk mengganti baju dengan piyama dan setelah itu membaringkan tubuh di atas kasur king size miliknya.

Sedang Marissa baru keluar dari kamar mandi setelah tiga puluh menit berada di dalam sana.

Marissa memakai gaun tidur seksi yang terbuat dari kain satin yang lembut dengan model tali spaghetti. Bagian belakangnya tampak terbuka dan mengekspos semua bagian punggung wanita cantik itu, sedang bagian depannya berpotongan dada rendah dengan hiasan renda yang semakin memperindah bentuk tubuh bagian atas wanita itu.

Giorgio memperhatikan gerak-gerik wanita itu dalam diam mulai dari keluar dari kamar mandi, masuk ke dalam walking closet hingga saat wanitanya itu keluar dengan memakai gaun tidur seksi.

SHITTT!!

Giorgio mengumpat dalam hati saat melihat bagian punggung Marissa yang terekspos hingga hampir memperlihatkan bagian bokongnya.

Giorgio turun dan mengangkat tubuh Marissa saat ia baru selesai dengan perawatan wajahnya. Giorgio kemudian menurunkan Marissa di atas ranjang.

"Oh astaga, Gio aku belum selesai menyisir rambutku," rengek wanita itu.

"Kau sudah lama mengabaikan ku sejak pagi sampai saat ini," sahut Giorgio dengan wajah kesal.

"Ya Tuhan, Gio! Kau tahu bukan kalau aku sedang bekerja. Aku tidak pernah mengabaikan mu, Baby," jawab Marissa.

"Ya aku tahu itu, dan karena itulah aku tidak setuju kau bekerja," balas Giorgio dengan jujur.

"Apa kamu cemburu hanya karena aku bekerja?" tanya wanita itu terkikik.

"Hem.. karena perhatianmu padaku akan terbagi dan aku tidak suka dengan itu," jawab Giorgio posesif yang kini mulai menciumi bibir wanitanya.

Napas keduanya saling beradu tatkala saat ciuman yang awalnya pelan kian menuntut.

Tidak memakan waktu lama kini Marissa sudah dalam keadaan naked tanpa sehelai benang pun setelah Giorgio berhasil membuka seluruh pakaian wanita itu.

"Baby, punyamu sudah berdiri!" seru Marissa saat merasakan sesuatu yang keras dibalik boxer pria itu.

"Ya! Dan kau selalu mampu membuatnya tegang hanya dengan menciummu seperti ini," ucap random Giorgio itu dan membuat Marissa terkekeh.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!