Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. LD 7.
"Xavier,"
Giok hijau menundukkan kepala sembari tersenyum, sesaat kemudian cahaya putih kembali berpendar, bersinar tepat di dahi Giok hijau selama beberapa saat hingga membentuk sebuah simbol bintang di dahi pria itu, hal serupa terjadi pada Leora di mana simbol yang sama terbentuk di punggung tangan kanan wanita itu.
Leora menatap punggung tangannya sendiri, merasakan sensasi hangat pada punggung tangan dan menghilang ketika cahaya itu lenyap.
"Saya menerimanya, Nona," sambut Xavier.
Leora masih terdiam selama beberapa saat, hingga ia tersentak ketika ia kembali teringat dengan gadis kecil yang berada dalam jarak puluhan meter dari tempatnya berada.
"Bisakah aku minta tolong padamu?" tanya Leora.
"Anda tidak perlu meminta tolong kepada saya, Nona. Anda hanya perlu mengatakan apa yang menjadi keinginan Anda," sambut Xavier.
"Ada seorang gadis kecil tak jauh dari sini, dan dia tengah bersembunyi dari sosok hitam_,,,"
"Erebus?" potong Xavier dengan kedua mata melebar.
"Bagaimana Anda bisa mengetahui hal itu?" imbuhnya bertanya.
"Aku tidak tahu, tapi tolong selamatkan anak itu," pinta Leora.
"Saya tidak bisa merasakan di mana keberadaan gadis kecil yang Anda maksud, Nona," sambut Xavier.
"Andalah yang harus menuntun saya ke sana," imbuhnya.
"Lalu, apa lagi yang kita tunggu? Kita ke sana sekarang!" sambut Leora.
"Anda perlu menghancurkan penghalang yang berada di sekitar gua ini terlebih dulu, Nona," ucap Xavier.
"Karena kami tidak bisa menembusnya, termasuk Fergus yang telah terjebak di sini setelah masuk bersama Anda," Xavier menambahkan.
"Penghalang?" ulang Leora bingung.
"Benar," Xavier menjawab.
"Gua ini terisolasi dengan dunia luar. Siapapun yang masuk ke dalam gua ini, dia akan terluka," jelasnya.
"Tapi, bagaimana denganku? Aku baik-baik sa_,,, Tunggu, apakah alasan lain Fergus merasakan sakit karena dia berada di dalam gua ini?" tanya Leora
"Kesimpulan termudah saat ini adalah itu, Nona," jawab Xavier.
"Fergus adalah penjaga Eldon, bukit dari gua ini. Namun tidak di ijinkan untuk masuk ke dalam gua karena pedang yang sebelumnya anda cabut tidak menerimanya,"
"Alasan mengapa dia bisa masuk adalah karena Anda naik di punggungnya,"
"Kini, setelah pedang itu tidak lagi berada di tempatnya, dia bisa masuk ke dalam gua tanpa hambatan," Xavier menambahkan.
"Akan tetapi, untuk menjawab dengan pasti pertanyaan anda, anda harus menghancurkan penghalang yang mengelilingi gua ini," saran Xavier.
"Bagaimana caranya?" tanya Leora.
"Menggunakan pedang itu," jawab Xavier.
"Kalau begitu, kau saja yang menggunakannya, aku tidak bisa menggunakan pedang," tolak Leora.
"Saya tidak bisa menggunakan pedang itu, Nona. Karena bukan saya yang dipilih olehnya. Saya bahkan tidak bisa menyentuhnya," sahut Xavier.
"Apakah kau sedang berdalih," tuduh Leora.
"Bagaimana mungkin saya berani melakukan itu, Nona," sanggah Xavier.
"Merepotkan," gerutu Leora.
Meski begitu, Leora tetap menghampiri pedang yang tergeletak di tanah dan mengambilnya. Pedang itu terasa jauh lebih ringan dari sebelumnya, ia bahkan merasa pedang itu menggerakkan tangannya dan menuntun bagaimana cara menggunakannya.
'Apapun itu aku tidak peduli. Aku hanya ingin menyelamatkan gadis kecil itu,' batin Leora.
Pedang yang berada di tangan Leora memberikan reaksi ketika merasakan apa yang benak wanita itu inginkan. Perlahan, cahaya hijau berpendar dari ukiran berbentuk naga, menyelimuti pedang itu beserta Leora yang tengah menggenggamnya.
Sekali lagi tanpa di sadari oleh Leora, mata kirinya kembali berubah ungu. Sesaat kemudian, pendaran cahaya hijau merubah warna mata kanan wanita itu menjadi hijau.
Bertepatan dengan berubahnya kedua mata Leora, ia melihat kepulan asap hitam mengelilingi gua dan titik cahaya yang secara perlahan di telan kegelapan.
'Kurasa, disanalah aku harus mengarahkan pedang ini. Baiklah,,, Tolong bantu aku agar aku bisa menyelamatkannya,' harap Leora dalam hati.
Pedang itu kembali beraksi, cahaya hijau pada pedang itu menyala terang tepat saat Leora mengarahkan sebuah tebasan di udara dan mengenai titik cahaya yang ia lihat.
'JLARR,,,,!!!'
Sebuah ledakan cahaya terjadi dengan cepat. Entah sejak kapan, Fergus dan Xavier sudah berdiri di depan Leora dengan tangan terangkat hingga sebuah perisai transparan terbentuk di depan mereka serta melindungi mereka.
Leora merasakan sesuatu bergerak cepat dari belakang mereka, membuat tubuhnya berbalik cepat sembari mengayunkan pedang di tangannya. Sesuatu yang bergerak meliuk-liuk dengan gerakan cepat, berwarna hitam dan siap untuk menusuk mereka bertiga.
Seolah telah berlatih lama, Leora mengayunkan pedang yang berada di tangannya tanpa kesulitan, menebas sesuatu yang berusaha menyerang mereka dari belakang bahkan mampu mengikuti kecepatan gerakan sesuatu yang terus meliuk-liuk ingin menyerang mereka. Sementara Fergus dan Xavier masih belum menurunkan perisai mereka dari ledakan cahaya yang ada di sekitar mereka.
Setelah ledakan itu berakhir, sesuatu yang berusaha menyerang mereka turut menghilang.
"A-A-Apa ini? B-Bagaimana aku melakukannya?" ucap Leora terbata.
Wanita itu terkejut dengan akar pohon yang telah berserakan di kakinya, lalu melangkah mundur dengan tatapan ngeri dan menjatuhkan pedang dari tangannya, menatap tangannya sendiri dengan tatapan tak percaya.
"Tenangkan diri Anda, Nona!" pinta Xavier menahan punggung Leora yang terus melangkah mundur.
"Saya akan membawa Nona untuk menemui seseorang yang bisa menjelaskan semuanya," janji Xavier.
"Bukankah kau bilang bahwa kau di kurung di dalam pedang? Kenapa bukan kamu yang menjelaskannya?" protes Leora.
"Lebih tepatnya, kekuatan pedang itulah yang menyegel kekuatan saya, Nona. Pedang itu sendiri memiliki kekuatan lebih besar," jelas Xavier.
"Itulah mengapa tidak semua orang bisa menyentuh pedang itu karena pedang itu memilih pemiliknya sendiri,"
"Namun, saya tidak bisa menjelaskan lebih banyak. Hanya ada satu orang yang bisa menjelaskan semuanya pada Anda. Saya akan membawa Anda kesana," imbuhnya.
"Baiklah, tapi selamatkan dulu gadis kecil itu," pinta Leora
"Baik, Nona," sambut Xavier.
Leora bersiap untuk pergi, namun suara Xavier kembali terdengar, cukup untuk membut wanita itu kembali menatap pria
"Anda harus membawa pedang Anda, Nona!" ucap Xavier.
"Bagaimana mungkin aku membawanya di saat aku tidak tahu cara menggunakan pedang? Bagaimana jika tanpa sengaja aku melukaimu? Pedang itu sangat tajam," tolak Leora.
"Pedang itu akan menuruti anda, Anda bisa meminta pedang itu untuk mengecil ataupun menjadi tak terlihat sesuai keinginan anda," ucap Xavier.
"Jangan konyol! Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Seolah pedang itu seekor anjing yang akan mendekat ketika aku berkata 'kemarilah' dan dia akan terbang kemari, begitu?" sambut Leora.
Secara tiba-tiba, pedang yang sebelumnya telah di jatuhkan oleh Leora melayang dan berpindah ke tangan Leora hingga membuat wanita itu terkejut.
"B-Bagaimana bisa?" desis Leora.
"Seperti yang saya katakan, Nona. Pedang itu memilih Anda," jelas Xavier.
"Anda juga bisa memberikan nama pada pedang itu karena pedang itu kini menjadi milik Anda," Xavier menambahkan.
Wanita itu terdiam selama beberapa saat, mengarahkan pandangan pada pedang yang berada di tangannya dengan berbagai pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
'Kenapa aku harus berhadapan dengan situasi tidak masuk akal ini? Aku tahu ini mimpi, tapi mengapa aku bisa menyadarinya dan menggerakkan tubuhku sendiri?' batin Leora.
'Apakah aku juga bisa kembali?'
Leora memejamkan mata di sertai hembusan napas lelah, lalu mempertimbangkan saran yang Xavier berikan padanya.
'Nama,,,, Nama apa yang aku harus berikan pada sebuah pedang? Aku bahkan tidak tahu harus memberikan nama pria atau wanita,' imbuhnya.
[[ "Aku lebih menyukai nama wanita jika kamu bertanya padaku,"
Suara lembut tiba-tiba masuk ke dalam benak Leora, hal yang membuat wanita itu kembali tersentak sembari menatap pedang di tangannya.
"Kamu,,,,"
Leora menggantung kalimatnya, ragu dengan apa yang akan ia ucapkan.
"Beri aku nama, aku bosan mendengar mereka menyebutku sebagai pedang giok, padahal mereka juga memanggil si Griffin itu sebagai Giok hijau,"
"Aku tidak mau namaku di samakan olehnya," suara itu berkata.
('Kapan mimpi gila ini berakhir?' keluh Leora dalam hati.)
"Akan lebih baik jika kamu berhati-hati berbicara di dalam hatimu, aku bisa mendengar semuanya," dia menjawab.
"Semua yang menjadi pertanyaan di dalam benakmu akan terjawab, untuk saat ini hanya itu yang bisa ku janjikan," suara itu menambahkan.
"Baiklah,,, selama aku bisa pulang setelah hal gila ini berakhir," jawab Leora.
"Tapi, berjanjilah satu hal," pinta Leora.
"Apa?"
"Jangan merubah sikapmu padaku!" harap Leora.
"Aku akan bersikap dengan menyesuaikan keadaan, apakah itu cukup?" dia menjawab dan bertanya.
"Baiklah,"
"Ehmmm,,,,,," (bergumam sembari berpikir)
"Alsneta,,,,,"
"Aku menerimanya, Master," sambut Alsneta.
"Berikan perintahmu!" Alsneta menambahkan.
"Masuklah ke dalam tubuhku dan keluarlah ketika aku memanggilmu!"
"Baik, Master," ]]
*Percakapan dalam benak Leora berakhir*
Pedang itu kembali berpendar, mengeluarkan cahaya hijau yang mengecil secara perlahan, lalu menghilang dari tangan Leora dan membentuk sebuah tanda naga di pergelangan tangan kanan menyerupai gelang.
"Antar aku ke tempat itu!" pinta Leora pada Xavier.
"Apakah Anda yakin akan naik ke punggung saya, Nona?" tanya Xavier memastikan.
"Erhmm..." Leora bergumam singkat, lalu terdiam sejenak, teringat kembali dengan sosok besar Xavier yang bahkan cukup untuk membuat dirinya merinding hanya dengan membayangkannya saja.
"Saya tidak keberatan Anda naik ke punggung saya, Nona!" sela Fergus.
"Kalau begitu, aku ikut denganmu," sambut Leora.
"Baik," jawab Fergus tersenyum.
Tanpa Leora sadari, Xavier tersenyum lesu, lalu mengangguk tanpa suara. Keduanya merubah wujud mereka di depan Leora, membuat wanita itu kembali tercengang saat melihat dua pria itu merubah wujud mereka menjadi binatang.
Mereka serentak mengepakkan sayap mereka setelah Leora berada di punggung kuda putih Fergus, meninggalkan gua menuju tempat di mana gadis kecil dalam penglihatan Leora berada.
Mereka tiba di saat bertepatan dengan saat gadis kecil itu tersungkur saat berlari.Tangannya memeluk kelinci persis seperti apa yang Leora lihat dalam penglihatannya.
'Apakah itu artinya setiap yang aku lihat adalah hal yang akan terjadi di waktu berikutnya?' batin Leora.
Leora meminta Fergus untuk mendekati gadis kecil itu, membantu gadis kecil itu berdiri dan menaikkan tubuh kecilnya ke punggung Fergus.
"Kamu aman di sini, berpeganganlah," ucap Leora.
Tubuh gadis kecil itu gemetar, namun segera tenang ketika ia menyentuh surai Fergus yang berada di bawah telapak tangannya.
"Makhluk itu tidak jauh dari sini. Kita segera pergi saja sebelum dia datang, " ucap Leora.
"Bagaimana anda bisa tahu?" tanya Fergus.
"Apa kau tidak melihatnya?" Leora balas bertanya dengan tidak sabar sembari menunjuk satu arah.
Baik Fergus maupun Xavier mengarahkan pandangan mereka ke arah yang di tunjuk Leora, namun tidak melihat apapun selain kegelapan.
"Makhluk itu tengah menuju ke tempat ini, kita pergi sekarang!" perintah Leora.
Fergus menurut dan membiarkan Leora menaikkan gadis kecil itu ke punggung Fergus. Sementara Leora memilih naik ke punggung Xavier sembari melindungi gadis kecil itu dari belakang, berjaga-jaga jika makhluk hitam itu menyerang mereka diam-diam.
Ia bahkan melupakan rasa takutnya ketika ia naik ke punggung Xavier dan kembali terbang ke tempat yang akan menjawab semua pertanyaan yang Leora simpan.
...##########...
. . . .
. .. .
To be continued....
tanya leora ini 🧐
🤣🤭